Sebut Saung di Lapas Sukamiskin Hal Wajar, Patrice Rio Capella: Yang Masuk di Sana Bukan Kerbau
Sebagai mantan penghuni Lapas Sukamiskin, Rio buka suara soal saung mewah tersebut. Menurut Rio saung mewah adalah fasilitas yang wajar.
Penulis: Rr Dewi Kartika H | Editor: Wahyu Aji
Mantan Sekjen Partai NasDem ini menjelaskan kala itu Lapas Sukamiskin tidak menyediakan ruang penerimaan tamu.
Keluarga yang datang harus rela menggelar tikar, dan membuat Lapas Sukamiskin menjadi penuh.
• The Secret dan Dimsum Martabak Diproduseri Raffi Ahmad, Ayu Ting Ting Sebut Filmnya Lebih Baik
"Karena Lapas Sukamiskin tak menyediakan tempat tamu yang besuk, maka tikar lah yang digelar di selasar dan tidak muat," kata Rio.
Karena hal tersebut warga binaan sepakat untuk memanfaatkan tanah kosong di belakang lapas.
Tanah kosong tersebut pada 2014 akhirnya digunakan untuk membangun saung-saung.
• Punya Masalah dengan Komedo? Coba Oleskan 3 Sayuran Ini Diwajahmu Sebelum Tidur!
Menurut Rio saung tersebut digunakan untuk menerima anggota keluarga warga binaan yang datang.
"Dan warga binaaan 2014 mempunyai inisiatif bagaimana kalau tanah kosong di belakang itu dibuatkan saung yang besar agar dapat menerima keluarga," jelas Rio.
Rio juga mengatakan saung tersebut digunakan juga untuk menyambut para politisi dan pejabat yang datang berkunjung ke Lapas Suka Miskin.
"Tamu bukan hanya keluarga, karena ada juga politisi, ada mantan pejabat," ujar Rio.
"Dimana kita menerima tamu? Ya di saung itu," tambahnya.
Menurut Rio fasilitas saung tersebut adalah sesuatu yang wajar.
Tak hanya itu Rio juga mempertanyakan standarisasi orang-orang yang menyebut saung itu sebagai sesuatu yang mewah.
• Ingin Wajahmu Putih Alami? Coba Pakai Masker dari Olahan Susu, 2 Youtuber Ini Sudah Membuktikan!
"Kalau dibilang mewah, mewahnya itu dimana terbuat dari bambu atapnya dari ijuk, apakah kalau menerima tamu duduknya harus di rumput?" sindir Rio.
"Standar kemewahan itu yang perlu kita samakan," tambahnya.
Menurut Rio warga binaan juga manusia yang memiliki perasaan, sehingga bisa mengalami stress bila tak didukung fasilitas yang memadai.
"Karena yang dimasukan ke sana bukan kerbau pak dia manusia, punya malu, punya pesarasaan, punya rasa salah, punya pride, punya marah," kata Rio.
Tak hanya itu Rio menganggap lapas yang membuat hidup warga binaanya menderita adalah sesuatu yang salah.
"Tidak boleh diberikan fasilitas apa-apa harus susah hidupnya, menangis setiap hari, saya pikir itu bukan konsep lapas yang benar," ujarnya.