Kisah Koko, Dari Sopir Angkot Hingga Jadi Pengajar Musik Anak Berkebutuhan Khusus
"Dari lahir memang mata sebelah kiri saya enggak kuat melihat. Tekanan bola mata, glaukoma sebelah kiri," terangnya.
Penulis: Satrio Sarwo Trengginas | Editor: Ilusi Insiroh
Musibah kembali merundungnya kala ia harus merelakan mata yang ia miliki satu satunya karena mengalami kerusakan pada retina.
"2011 saya terkena retina. Cuma memang saya merasa kornea di mata saya sebelah kanan itu goyang sejak dulu. Setahun berselang saya dioperasi. Hingga kini paling bisa saya melihat hanya sekitaran tinggal 20 persen saja. Itu karena saya dulu katanya suka mengangkat berat sehingga syaraf saya terganggu dan alami kerusakan," tuturnya.
• Peringati Hari Anak Nasional, Mal Central Park dan Neo Soho Akan Gelar Childrens Day Out Hari Ini
Kehidupan sebagai sopir angkutan umum dan pergaulannya yang ia anggap penuh dengan keburukan, ia tinggalkan untuk mencari pekerjaan yang lebih baik.
"Kemudian saya berkenalan dengan seorang teman yang mengajak saya untuk mengisi acara anak anak berkebutuhan khusus. Tawaran menjadi pengajar pun akhirnya datang di acara yang saya ikuti terus. Saya akhirnya berkerja menjadi pengajar musik anak SLB di Jakarta," tuturnya.
Kini, ia mengajar di empat sekolah Luar Biasa di Ibu kota.
"Saya mengajar musik total ada di 4 sekolah sampai sekarang ini," katanya mantap
Koko pun berpesan kepada anak berkebutuhan khusus agar terus semangat menjalani hidup.
Selain itu, ia berharap agar para orang tua mampu membimbing dan mengajari anaknya yang berkebutuhan khusus.
"Pesan saya meski mengalami keterbatasan saya pikir apa yang ada didirinya disyukuri, yang saya tekankan ke orang tua. Kebanyakan orang tua malu punya anak yang ABK jadi masalah. Saya menekankan yang memiliki ABK, faktor malu itu bisa dihilangkan. Anak anak ABK kan bisa diajari di sekolah Inklusi yang menunjang," tandasnya.