Berusaha Eksis, Ini Cerita Hasan 15 Tahun Jalani Pekerjaan Pangkas Rambut di Bawah Pohon Rindang

"Biaya cukur Rp 15 ribu, sehari kalau ramai bisa sampai 10 pelanggan, kalau sepi ya hanya nongkrong saja," ujarnya.

Penulis: Dionisius Arya Bima Suci | Editor: Wahyu Aji
TRIBUNJAKARTA.COM/DIONSIUS ARYA BIMA SUCI
Hasan (60) tukang cukur dibawah pohon rindang yang ada di kawasan Jatinegara, Jakarta Timur, Minggu (16/9/2018). 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Dionisius Arya Bima Suci

TRIBUNJAKARTA.COM, JATINEGARA - Tubuhnya tak lagi tegap, badannya pun cenderung bungkuk, raut wajahnya penuh dengan keriput, namun itu tak menghalangi semangat Hasan (60) untuk mencari nafkah.

Tangannya terlihat piawai mengayunkan gunting berwarna silver di tangan kanannya, sementara tangan kiri terlihat sibuk memegang sebuah sisir.

Tepat dihadapannya terlihat ada seorang laki-laki duduk di kursi plastik tua berkelir merah, ya Hasan berprofesi sebagai tukang pangkas rambut.

Ia dijuluki sebagai tukang cukur DPR, kepanjangan dari dibawah pohon rindang lantaran lapaknya beratapkan terpal yang ada dibawa sebuah pohon.

Ditengah semakin membanjirnya berbagai tempat cukur modern untuk para kaum milenial, Hasan tetap setiap menggelar lapak cukurnya di atas trotoar yang berada di Jalan Matraman Raya, dekat Gereja Koinonia, Jatinegara, Jakarta Timur.

Alat cukur yang digunakanya pun sangat sederhana, hanya sepasang gunting dan sisir serta sebuah kaca yang diletakan di dalam sebuah koper tua yang ia gantungkan pada pagar Gereja Koinonia.

"Sudah tiga puluh tahun saya berprofesi sebagai tukang cukur, 15 tahunnya saya habiskan sebagai tukang cukur DPR," ucapnya saat ditemui TribunJakarta.com, Minggu (16/9/2018).

Penghasilan yang ia peroleh setiap harinya pun tak menentu, kadang saat ramai pelanggan ia bisa melayani hingga 10 orang, namun diakala sepi, Hasan pernah tak mendapatkan pelanggan sama sekali.

"Biaya cukur Rp 15 ribu, sehari kalau ramai bisa sampai 10 pelanggan, kalau sepi ya hanya nongkrong saja," ujarnya.

Selama di Jakarta, ia berjuang seorang diri, sementara, istri dan sebagian anaknya tinggal di Kabupaten Bogor, tepatnya di daerah Leuwiliang.

Alat sederhana yang digunakan Hasan setiap harinya ia letakan di sebuah koper yang digantungkan pada pagar Gereja Koinonia, Balimester, Jatinegara, Jakarta Timur, Minggu (16/9/2018).
Alat sederhana yang digunakan Hasan setiap harinya ia letakan di sebuah koper yang digantungkan pada pagar Gereja Koinonia, Balimester, Jatinegara, Jakarta Timur, Minggu (16/9/2018). (TRIBUNJAKARTA.COM/DIONSIUS ARYA BIMA SUCI)

"Anak saya ada delapan, istri dan empat anak tinggal di Bogor, ada juga yang kerja di Batam," kata dia.

Hasan mengatakan, setiap harinya ia terpaksa tinggal di sebuah masjid yang ada di daerah Kebon Pala lantaran pendapatannya yang kadang tak menentu.

"Setiap hari saya tinggal di Masjid karena kalau ngontrak rumah saya enggak ada uang lagi untuk diberikan kepada istri saya di kampung," ucap dia.

Sebelum menjadi tukang cukur DPR, Hasan mengaku sempat memiliki sebuah kios cukur di dekat Pasar Jatinegara.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved