Polemik Impor Beras, Sudjiwo Tedjo Geram Profesi Dalang Kerap Dicatut, Arie Kriting Ikut Komentar

Sudjiwo Tedjo geram profesi dalang kerap dicatut di berbagai kasus, salah satunya kasus impor beras. Kegeramannya ternyata dikomentari Arie Kriting.

Penulis: Kurniawati Hasjanah | Editor: Wahyu Aji
Kompas.com
Sudjiwo Tedjo 

TRIBUNJAKARTA.COM - Budayawan tanah air, Sudjiwo Tedjo mengungkapkan kegeramannya atas profesi dalang yang kerap dicatut di tiap konflik yang terjadi.

Cuitan yang ia tulis pada Kamis (20/9/2018) tersebut mengungkapkan soal dalang di balik impor beras yang harus diusut tuntas.

Sudjiwo mengatakan, soal impor beras tak perlu dicari siapa dalangnya.

Menurutnya, yang perlu dicari adalah sutradara, konduktor dan semacamnya di balik kasus ini.

Sudjiwo menegaskan, profesi dalang selalu dibawa-dibawa sebagai momok di berbagai kasus.

Sementara itu, sutradara dan peran lainnya tak dicatut.

Sudjiwo Tedjo tampak geram dan menanyakan sosok dibalik sutradara yang mengkambinghitamkan dalang.

Begini cuitan lengkap Sudjiwo Tedjo:

"Soal impor beras tolong jangan dicari siapa dalangnya.

Mbok cari siapa sutradaranya/konduktornya/dll. Kami parang dalang sudah lelah.

Profesi dalang selalu dibawa2 sbg momok ke berbagai kasus.

Giliran sutradara dll tidak dicatut.

SIAPA SIH SUTRADARA PENGKAMBINGHITAMAN DALANG?," tulisnya.

Pernyataan dari Sudjiwo Tedjo itu mengundang perhatian Komika Arie Kriting.

Arie Kriting membalas cuitan Sudjiwo Tedjo mengatakan, hal tersebut sama saja dengan tiap kali pejabat tak profesional kemudian selalu diminta menjadi seorang pelawak saja.

Follow Juga:

Ia mengutarakan, apa dipikir kami yang pelawak ini orang-orang tidak becus.

Selain itu, Sudjiwo juga sempat memberikan pernyataan soal suara Direktur Utama Perum Bulog (Badan Urusan Logistik), Budi Waseso.

Suara Buwas dikatakan mirip dengan suara ekonom Faisal Basri.

Menurut Sudjiwo, kemiripan suara itu bukan hanya serak-serak seksi namun juga intonasinya.

"Suara Kabulog Buwas ini kok mirip suara ekonom @@FaisalBasri ya .. bukan cuma serak2 seksinya... bahkan seintonasi2nya .. #membacaPertanda," tulisnya.

Diberitakan sebelumnya, Buwas geram dengan sikap apatis Menteri Perdagangan (Mendag), Enggartiasto Lukita, yang menilai masalah penuhnya gudang beras milik Bulog bukan persoalan Kementerian Perdagangan.

Hal itu disampaikan Budi Waseso di kantor Perum Bulog, Jakarta, Rabu (19/9) kemarin.

Mantan Kepala Bareskrim Polri yang karib disapa Buwas itu menegaskan, seharusnya Mendag Enggar selaku sesama aparatur negara dan pemerintah kompak bersinergi dan berpikir bersama-sama untuk mencari solusi atas masalah ketidakmampuan gudang Bulog.

Bukan justru saling melempar masalah. Sebab, masalah tersebut juga menyangkut kepentingan bangsa di bidang pangan.

"Jadi, kalau saya mengeluhkan fakta gudang saya sudah tidak mampu menyimpan, sedangkan saya harus menyewa gudang, bahkan meminjam, itu kan cost-nya mahal," kata Buwas dengan suara khasnya.

"Lalu, ada yang bilang 'Itu urusannya Bulog kalau soal gudang'. Matamu itu!" imbuhnya.

Polemik Buwas dan Mendag Enggar diawali sikap tegas Buwas yang menolak kebijakan dilakukannya kembali impor beras.

Buwas menyampaikan stok ketersedian beras di Bulog telah mencapai 2,4 juta ton.

Banyaknya stok beras tersebut membuat gudang-gudang Bulog penuh.

Impor Beras Akan Tetap Dilakukan, Buwas Ngotot Menolak, Fadli Zon: Bukti #Rezimamburadul

Tanggapi Pernyataan Buwas soal Impor Beras, Mahfud MD: Tegas, Rasional, dan Pro Rakyat

Namun, Mendag Enggar merespons sikap penolakan impor beras dan keluhan gudang beras itu dengan menyatakan, "Itu kan sudah diputuskan di rakor Menko jadi urusan Bulog. Jadi nggak tahu saya, bukan urusan kita."

Buwas menceritakan, saat ini gudang-gudang milik Bulog sudah penuh dengan stok mencapai 2,4 juta ton dan tidak mampu menampung beras yang akan datang, baik impor maupun produk petani dalam negeri.

Belum lagi, hingga Agustus 2018 nanti Bulog juga akan kedatangan 1,4 juta ton beras impor hasil kebijakan sebelum dirinya menjabat sebagai Dirut Bulog.

Akibatnya, saat ini Bulog sampai menyewa gudang milik TNI Angkatan Udara seperti di Lanud Halim Perdanakusuma Jakarta dan gudang TNI/Polri di daerah dengan biaya yang tidak murah.

Setidaknya, Bulog mesti menggelontorkan dana hingga Rp 45 miliar untuk menyewa gudang-gudang tersebut.

Dengan jumlah stok saat ini mencapai 2,4 juta ton ditambah kedatangan sebanyak 400 ribu ton pada Oktober 2018 sisa impor tahu lalu, maka Bulog akan memiliki cadangan beras sebanyak 2,7 juta ton.

Dede Richo Indonesia Idol Otaki Pecah Kaca Mobil, Lihat Videonya Saat Audisi Dapat Uang Rp 50 ribu

Namun, jika dikurangi dengan penyerapan setiap harinya, maka stok pada akhir tahun 2018 bisa mencapai hampir 3 juta ton.

Menurutnya, dengan demikian pemerintah tidak perlu lagi melakukan impor beras hingga Juni 2019. Buwas tetap pada sikapnya agar tidak ada lagi dilakukan impor beras.

"Yang kami lakukan ya tinggal menjaga ini (stok beras). Masa harus bertahan pada impor?," ucapnya.

Buwas menantang siapa saja yang dapat membantah hasil temuan tim miliknya itu asalkan menggunakan data.

Direktur Utama Perum Bulog, Budi Waseso mengatakan tidak ingin ada polemik mengenai impor beras.

Dalam kesempatan itu, Buwas juga memperingatkan agar mantan Dirut Bulog atau pendahulunya untuk tidak memberikan pernyataan atau informasi yang menyesatkan terkait keharusan pemerintah melakukan impor beras dengan alasan dan hitung-hitungannya sendiri.

Menurut Buwas, cara pemikiran seperti itu seperti pengkhianat bangsa.

"Saya bilang jangan jadi pengkhianat. Jadi orang pintar aja, tetapi saya nggak peduli dengan orang-orang itu kalau beliau hebat aja," ucap Buwas.

Dia juga meminta agar tidak mengutamakan kepentingan pribadi dalam mengemban jabatan.

Pasalnya urusan tersebut menyangkut kepentingan hidup orang banyak.

Meski begitu, Buwas tidak secara gamblang menyebutkan siapa mantan Dirut Bulog yang dimaksudkannya itu.

Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved