10 Kecamatan di Bandung Berpotensi Ambles, Waspada Gempa Disusul Tanah Bergerak
Kasubid Perencanaan Tata Ruang dan Lingkungan Hidup Bapelitbang Kota Bandung, Andry Heru Santoso buka-bukaan soal dampak gempa bila terjadi di Bandung
Sehingga bisa diketahui, apa yang harus disiapkan dan apa yang harus dilakukan jika terjadi bencana di kawasan tersebut.
"Aplikasi ini juga merupakan embrio, agar ke depan bisa memperketat perizinan di Kota Bandung," katanya.
Andry mengatakan, seluruh kawasan di Kota Bandung merupakan kawasan rawan bencana. Namun, tingkat kerawanan dan kerusakan berbeda tergantung kondisi wilayahnya masing-masing.
"Untuk masyarakat yang ingin mengakses website ini, bisa membuka Sitaruna.cityplan.id," ujarnya.
Dalam aplikasi itu terdapat berbagai mitigasi bencana mulai dari bencana apa saja yang terjadi di Bandung hingga jalur evakuasi.
Warga Bandung dapat melihat aplikasi tersebut di laman sitaruna.cityplan.id.
• Nurrani Istri Iqbaal Ceritakan Kondisi Setelah Gempa dan Tsunami Palu: Bau Tak Sedap Dimana-mana
• Beredar Pesan Berantai Ada Gempa Susulan di Pulau Madura, BMKG Tegaskan Informasi Hoaks
Ahli Geologi
Menanggapi ancaman tanah bergerak di sepuluh kecamatan Bandung, Ahli Geologi, Dr Eng Imam Achmad Sadisun dari Kelompok Keahlian Geologi Terapan, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian ITB mengatakan, likuifaksi memang berpotensi terjadi terutama di daerah-daerah yang tersusun atas endapan danau purba Bandung.
Kendati demikian, dia belum dapat menjelaskan secara detil dan lebih dalam lantaran memang belum meneliti secara detil untuk potensi likuifaksi di wilayah Bandung.
"Saya enggak pernah meneliti secara detil. Tapi, penelitian (kerjasama Pemkot Bandung) itu bisa saja masih relevan karena geologi enggak berubah, geologi umurnya ratusan tahun, jutaan tahun. Masih relevan, hanya saja ilmu itu kan berkembang. Artinya, analisis yang dia pakai untuk menghitung, memilah-milah yang berpotensi, apakah sudah memakai metode terbaru misalnya. Tapi kalau batu dan endapan tanahnya tetap," ujarnya saat dihubungi Tribun Jabar melalui sambungan telepon, Kamis (11/10/2018).
Imam menjelaskan, fenomena likuifaksi secara sederhana dapat diartikan sebagai perubahan material yang padat, kemudian material tersebut seakan berubah karakternya seperti cairan.
Material padat dapat diartikan berupa endapan sedimen atau tanah sedimen.
Material itu dapat berubah akibat kejadian gempa.
• Jusuf Kalla dan Sekjen PBB Kunjungi Korban Gempa di Palu Hari Ini
• Bonek Siapkan Koreo dan Cahaya Indah Peduli Palu pada Laga Persebaya Lawan Borneo FC
Imam menjelaskan likuifaksi hanya bisa terjadi pada tanah yang jenuh air (saturated).
Air tersebut terdapat di antara pori-pori tanah dan membentuk apa yang seringkali dikenal sebagai tekanan air pori.
Tanah yang berpotensi likuifaksi umumnya tersusun atas material yang didominasi oleh ukuran pasir.