Reaksi Gubernur Edy Rahmayadi Soal Banjir dan Longsor di Sumut yang Sebabkan Belasan Orang Meninggal

"Oh iya, kami masih mencari solusinya. Banjir itu karena apa dan terus solusinya bagaimana? Kami cari tahu dulu bagaimana," kata Edy Rahmayadi

Penulis: Wahyu Aji Tribun Jakarta | Editor: Erik Sinaga
TRIBUN-MEDAN.COM/NANDA BATUBARA
Banjir bandang di Mandailing Natal, Sumatera Utara. 

TRIBUNJAKARTA.COM, MEDAN - Hujan deras yang melanda wilayah di Sumatera Utara  selama Kamis dan Jumat (11-12/10/3018) telah menyebabkan bencana banjir, banjir bandang dan longsor di beberapa tempat.

Dampak yang ditimbulkan cukup besar.

Data sementara yang dilaporkan BPBD Provinsi Sumatera Utara, banjir dan longsor menyebabkan belasan orang meninggal duniadan hilang.

Sementara puluhan orang luka-luka di 4 wilayah yaitu di Kabupaten Mandailing Natal, Kota Sibolga, Kabupaten Tanah Datar dan Kabupaten Pasaman Barat.

Banjir dan longsor melanda 9 kecamatan di Kabupaten Mandailing Natal Provinsi Sumatera Utara yaitu Kecamatan Natal, Lingga Bayu, Muara Batang Gadis, Naga Juang, Panyambungan Utara, Bukit Malintang, Ulu Pungkut, Kota Nopan dan Batang Natal pada Jumat (12/10/2018) pagi dan sore hari.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, data sementara tercatat 13 orang meninggal dunia dan 10 orang hilang di Mandailing Natal.

11 murid madrasah di Desa Muara Saladi, Kecamatan Ulu Pungkut, Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara, meninggal dunia tertimpa bangunan yang hancur diterjang banjir bandang pada Jumat (12/10/2018) sore saat jam pelajaran sedang berlangsung.

"Diperkirakan 10 orang hilang," kata Sutopo kepada wartawan di Jakarta, Sabtu (13/10/2018).

Menurutnya kejadian berlangsung mendadak.

Sungai Aek Saladi tiba-tiba mengalir dengan debit besar dan membawa lumpur dan meluap sehingga menerjang madrasah.

Jumlah korban hilang masih dapat berubah karena belum dapat dipastikan.

Korban tertimbun lumpur dan material tembok yang roboh.

Sementara itu pada Sabtu (12/10/2018) pagi ditemukan 2 korban meninggal lagi akibat kendaraan masuk sungai dan hanyut.

Korban meninggal adalah 1 orang Polri dari Polsek dan seorang orang pegawai PT. Bank Sumut. 

"Dua orang berhasil diselamatkan dari kendaraan yang hanyut," kata Sutopo.

Dampak banjir bandang dan longsor di Mandailing Natal lain adalah 17 unit rumah roboh, lima unit rumah hanyut, ratusan rumah terendam banjir dengan ketinggian satu sampai dua meter di Kecamatan Natal dan Muara Batang Gadis. 8 titik longsor berada di Kecamat Batang Natal.

Evakuasi, pencarian dan penyelamatan korban masih dilakukan.

Kondisi medan berat karena desa-desa terdampak berada di pegunungan, pinggir hutan dan akses sulit dijangkau karena rusak.

BPBD Mandailing Natal, BPBD Provinsi Sumatera Utara, TNI, Polri, SAR Daerah, SKPD, PMI, dan relawan menangani darurat bencana. Bupati telah menetapkan status tanggap darurat banjir dan longsor di Kab Mandailing Natal Sumatera Utara selama 7 hari (12-18 Oktober 2018). 

Kebutuhan mendesak adalah bahan makanan pokok dan alat berat.

"Hujan juga menyebabkan longsor di beberapa daerah di Kota Sibolga, Sumatera Utara pada Kamis (11/10/2018) pukul 16.30 WIB," kata Sutopo.

Menurutnya, longsor menyebabkan empat orang meninggal dunia, satu orang luka berat, dan tiga orang luka ringan.

"Kerugian material meliputi 25 rumah rusak berat, 4 unit rumah rusak sedang dan sekitar 100 rumah terendam banjir dengan tinggi 60-80 centimeter," kata Sutopo.

Komentar Edy Rahmayadi

Banjir bandang di Mandailing Natal, Sumatera Utara.
Banjir bandang di Mandailing Natal, Sumatera Utara. (TRIBUN-MEDAN.COM/NANDA BATUBARA)

Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi mengaku masih mencari solusi terkait banjir yang kerap melanda Kota Medan dan sekitarnya belakangan ini.

"Oh iya, kami masih mencari solusinya. Banjir itu karena apa dan terus solusinya bagaimana? Kami cari tahu dulu bagaimana," katanya di lantai delapan Kantor Gubernur.

Edy berharap, permasalahan banjir segera terselesaikan lantaran banyak masyarakat sudah mengeluhkan masalah ini apalagi saat hujan turun.

"Akan kami cepat selesaikan masalah ini," katanya.

Genangan air setinggi mata kaki pada Jumat (5/10/2018) membuat Edy dan Wakil Gubernur Musa Rajeckshah tidak bisa menunaikan shalat Ashar di Masjid Agung.

Awalnya, lorong jalan yang menghubungkan kantor gubernur dengan Masjid Agung hanya digenangi air melebihi mata kaki.

Namun, ketika memasuki pekarangan Masjid Agung, tinggi air bertambah hingga sepaha orang dewasa.

Akibatnya, Edy dan Musa tidak dapat melewati genangan air menuju Masjid Agung.

Keduanya yang mengenakan sandal jepit melipat celananya hingga sepaha lalu memantau kondisi genangan air.

Saat itu, genangan air di sebelah kiri Gedung Kantor Gubernur mengalir deras menuju basement.

2 Alasan Polisi Tahan Augie Fantinus Viralkan Video, Hingga Polda Metro Minta Jadi Pelajaran

Kompaknya Istri Panglima TNI dan Istri Pasha Ungu Layani Korban Gempa dan Tsunami

Pembelaan Gerindra dan PKS, Prabowo Disindir Andi Arief Malas Hingga Tak Serius Mau Jadi Presiden

Menakar Peluang Keponakan Prabowo Jadi Wakil Gubernur DKI dan Prosedur Pembahasan di DPRD DKI

Akibatnya, air di areal parkir ini tergenang setinggi paha. Pegawai negeri sipil (PNS) yang memarkirkan mobil terlihat sibuk mengeluarkan kendarannya. (TRIBUNMEDAN/TRIBUNJAKARTA)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved