Satu Tahun Anies Baswedan, Catatan Perjalanan OK OTrip Hingga Berganti Jadi Jak Lingko

OK OTrip adalah program mengintegrasikan transportasi di Jakarta dengan membayar Rp 5 ribu dalam rentang waktu tiga jam.

Penulis: Suci Febriastuti | Editor: Ferdinand Waskita Suryacahya
TribunJakarta.com/Suci Febriastuti
Angkutan One Karcis One Trip (OK OTrip) rute Pondok Labu-Blok M atau OK-3 di Kawasan Pondok Labu, Cilandak, Jakarta Selatan, Minggu (14/10/2018). 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Suci Febriastuti

TRIBUNJAKARTA.COM, JAKARTA - Pada 16 Oktober 2018 mendatang, menjadi hari istimewa bagi Anies Baswedan lantaran dirinya sudah menjabat selama satu sebagai Gubernur DKI Jakarta.

Dalam satu tahun kebelakang, Anies Baswedan sudah banyak program dan kebijakan.

Satu diantaranya yakni program One Karcis One Trip (OK OTrip) yang ia gagas bersama Sandiaga Uno, yang kala itu menjabat sebagai wakilnya.

OK OTrip adalah program mengintegrasikan transportasi di Jakarta dengan membayar Rp 5 ribu dalam rentang waktu tiga jam.

Sejak diluncurkan pada pertengahan Januari lalu, program ini telah menjalani tiga kali perpanjangan masa uji coba.

Angkot OK Otrip mangkal di Terminal Tanjung Priok, Jakarta Utara, Kamis (11/10/2018).
Angkot OK Otrip mangkal di Terminal Tanjung Priok, Jakarta Utara, Kamis (11/10/2018). (TribunJakarta.com/Gerald Leonardo Agustino)

Uji coba pertama diterapkan pada pertengahan Januari hingga April 2018, diperpanjang kembali hingga 15 Juli 2018, dan yang ketiga kalinya OK OTrip di perpanjang hingga pertengahan Agustus 2018 lalu.

Pengamat Transportasi sekaligus Akademisi Transportasi Unika Soegijapranata di Semarang, Jawa Tengah, Djoko Setijowarno, menilai program OK OTrip yang digagas Anies-Sandi ini gagal.

Hal ini ia sampaikan berdasarkan jumlah penumpang OK OTrip yang masih sedikit.

"Lihat OK Otrip juga masih gagal. Dilihat dari segi penumpangnya. Ya kalau buat pengusahanya sih enggak masalah dapat duit. Mau kerja mau enggak, enggak urusan. Yang penting dibayarkan," kata Djoko saat dihubungi, Jumat (12/10/2018).

"Tapi kan rugi, pemerintah sudah mengeluarkan uang banyak, enggak ada penumpangnya, Jakarta tetap macet. Nah berarti kan tujuannya tidak tercapai," lanjut Djoko.

Kompetisi Jak Lingko // Angkot OK Otrip mangkal di Terminal Tanjung Priok, Jakarta Utara, Kamis (11/10/2018).
Kompetisi Jak Lingko // Angkot OK Otrip mangkal di Terminal Tanjung Priok, Jakarta Utara, Kamis (11/10/2018). (Instagram @dkijakrta // TribunJakarta.com/Gerald Leonardo Agustino)

Djoko mengatakan bahwa masalah tarif juga membuat orang enggan untuk menggunakan OK OTrip.

Selain itu rute yang dilalui oleh OK OTrip saat ini juga dinilai olehnya justru kebanyakan masyarakatnya menggunakan sepeda motor.

Jadi dari masalah efisiensi, baik finansial ataupun waktu tempuh, masyarakat akan lebih memilih untuk menggunakan sepeda motor.

"Nah kecuali kalau (Anies) mau menggratiskan baru orang akan berminat. Kalau masih bayar, pasti masih berpikir. Atau gratis, Anies enggak bakal berani dia. Apalagi melarang sepeda motor, dia kan sudah janji. Jadi dia bingung," ungkapnya.

Belum lama ini, yaitu pada Senin (8/10/2018), Anies secara resmi mengoperasikan dan membuat nama baru OK OTrip menjadi Jak Lingko.

Pergantian ini juga dirasa tak perlu, kata Djoko, daripada mengganti nama, Anies lebih baik mematangkan konsep dari OK OTrip itu sendiri.

"Mau diganti oleh Jak Lingko enggak ada pengaruh. Enggak penting pergantian nama. Yang penting itu orang cari yang lebih praktis yang mana. Masyarakat kan begitu," ungkapnya.

Dalam catatan TribunJakarta.com, awalnya Pemerintan Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta menargetkan 2.600 bus kecil yang beroperasi.

Namun hingga saat ini baru ada 484 bus kecil yang dioperasikan. Artinya, baru 22,8 persen yang tercapai.

Pelaksana Tugas Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Sigit Wijatmoko di Kawasan Hari Bebas Kendaraan atau Car Free Day (CFD) di Bundaran Hotel Indonesia (HI), Menteng, Jakarta Pusat, Minggu (14/10/2018).
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Sigit Wijatmoko di Kawasan Hari Bebas Kendaraan atau Car Free Day (CFD) di Bundaran Hotel Indonesia (HI), Menteng, Jakarta Pusat, Minggu (14/10/2018). (TribunJakarta.com/Suci Febriastuti)

Sementara itu, Pelaksana Tugas Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Sigit Wijatmoko menyatakan Pemprov DKI serius menjalani program OK OTrip.

"Kita berbicara pencapaian ini kan masalah angka-angka saja. Tapi ini ada strategi, ada tahapan yang terus di increase artinya kita serius. Kalau kemarin baru 6 operator, sekarang sudah 11 operator," kata Sigit saat ditemui di di Bundaran Hotel Indonesia (HI), Menteng, Jakarta Pusat, Minggu (14/10/2018).

"Jadi jangan dilihat kalau sekarang 484 padahal targetnya sekian ribu. Tapi yakinlah tahapan-tahapan ini sudah dilalui step by step pencapaian positif sehingga angka mau 2000 itu tinggal momentum waktu saja," kata dia.

Kartu  One Karcis One Trip.
Kartu One Karcis One Trip. (TribunJakarta.com/Suci Febriastuti)

Sigit menjelaskan bahwa Pemprov saat ini sedang memastikan semua program berjalan dengan baik.

Untuk OK OTrip ini, banyak yang harus dipastikan, mulai dari sistem hingga teknis pelaksanaannya.

"Kan saya bilang ini enggak bisa tunggal. Kita berbicara kendaraan dengan usia terbaik 0-5 tahun. Kemudian juga tentunya sistem pengawasan dan monitoringnya. Kemarin kan kita menggunakan kartu atau uang elektronik, ini kan juga ketersediaan kartunya atau readernya. Hingga terus didevelop," kata Sigit.

Jelang Madura United Vs Persija: Optimistis Teco Hingga Bayang-bayang Rekor Buruk Macan Kemayoran

Kasat Lantas Suruh Ombudsman Surati Kapolres Depok Soal Praktik Percaloan SIM di Satpas Pasar Segar

Kisah Haru Asmawati, PPSU Sunter Jaya: Dulu Anak Saya Kurus dan Pernah Pingsan karena Tak Makan

"Artinya ini suatu program yang kita rancang, tapi mana yang bisa speed up kita speed up. Yang pasti rutenya kita evaluasi, SPMnya kita tetapkan, terusnya bagaimana merangkul operator," tukasnya.

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved