Lika-liku Kehidupan PSK Waria di Bali: Panggilan Jiwa, Penghasilan Rp 15 Juta dan Pelanggan Bule
Lambaian tangan sejumlah wanita pria (waria) menyeruak di tengah keheningan Jalan Bung Tomo, Ubung, Denpasar sekitar pukul 04.20 WITA.
Penulis: Ferdinand Waskita | Editor: Erik Sinaga
"Saya rela dihina orang, dianggap sampah masyarakat, karena apa? Karena ini panggilan jiwa," kata Melani mantap.
Awal menjadi PSK, Melani menjaga bentuk tubuhnya agar memikat mata pria
Bahkan, ia rela berpuasa untuk bisa menjaga bodi agar tetap langsing.
"Kalau lapar, saya makan buah, makan sayur. Jarang makan nasi. Itu saja. Saya jarang olahraga, cuma menjaga pola makan aja," tuturnya.
Melani kini sudah berumur 51 tahun.
Namun demikian ia tetap setia dengan profesinya meski usianya suduh setengah abad.
Dulu, ia mengklaim sebagai waria paling seksi di kawasan Bung Tomo.
Ia pun sempat memiliki suami bule tiga kali ketika bodinya masih lengkung bak gitar Spanyol.
Sejumlah lelaki lokal juga pernah jadi pacarnya.
"Dulu bodiku paling oke di sini. Aku dulu itu terkenal perusak rumah tangga orang. Dulu kalau ada laki-laki lihat, pasti langsung kecantol," tutur Melani sembari tersenyum genit.
Meski sudah uzur, Melani tetap jadi primadona.
Ia mengaku sering mendapatkan pelanggan anak muda alias ABG.
Ini tentunya sebagai ironi karena ternyata banyak anak-anak usia muda yang menjadi pelanggan waria.
Selain ABG, pelanggan para waria juga orang-orang dewasa, baik orang asing maupun lokal.
Banyak juga pria beristri.
Melani sering bertanya-tanya kepada para pelanggannya mengapa mereka menyukai waria.