Lion Air JT610 Jatuh

Pilot Senior Singgung Masalah Teknis sebagai Penyebab Lion Air PK-LQP Jatuh, Begini Analisanya

Pilot senior singgung masalah teknis sebagai penyebab Lion Air PK-LQP jatuh, begini analisanya.

Penulis: Kurniawati Hasjanah | Editor: Erik Sinaga
YouTube/Trans 7
Kapten Aziz Hamid 

TRIBUNJAKARTA.COM - Kapten Aziz Hamid, seorang pilot senior mengemukakan analisa mengenai peristiwa Lion Air PK-LQP yang jatuh di Tanjung Karawang.

Hal tersebut dikatakannya saat menjadi narasumber di acara Hitam Putih pada Kamis malam (1/1/2018).

Di awal perbincangan, Kapten Aziz Hamid ditanyakan mengenai kondisi pesawat Indonesia yang kebanyakan second alias bekas.

Menurut Aziz, hal itu bukanlah sebuah masalah selama sudah melakukan maintenance yang baik.

"Yang penting dia layak terbang," ucapnya.

Aziz menyatakan, seorang pilot akan menerbangkan pesawatnya jika layak terbang, kondisi semuanya bagus dan tak ada komplain.

"Tapi kita cek dulu meski sudah dirilis oleh teknisi, kita cek lagi," tuturnya.

Aziz menyatakan, mesin mati di sebuah pesawat bisa saja terjadi karena cuaca atau kerusakan.

"Tapi kita alhamdulillah sudah well trained (dilatih baik) di simulator dan di dalam kelas," tegasnya.

"Kita tidak akan terbang jika tidak safe," sambungnya.

Sederet Misteri Penerbangan yang Belum Terpecahkan, dari Perang Dunia II hingga MH370

TERPOPULER- Lion Air PK-LQP Jatuh, Pilot Senior Lion Group Analogikan dengan Ponsel Ngehang

Aziz mengatakan, penyebab utama bisa terjadinya sebuah kecelakaan pesawat disebabkan cuaca, masalah teknis dan sebagainya.

Ia juga menyoroti masalah human error dalam kecelakaan pesawat.

"Kalau human error kan bisa macam-macam, bisa pilot, bisa teknisi. Tapi sekarang di Indonesia ada ikatan pilot bernama IPI, kami bersatu komitmen untuk menjaga keamanan penerbangan," katanya.

Follow Juga:

Aziz juga mengungkapkan jika dirinya pernah menghadapi sebuah situasi akan mengalami kecelakaan pesawat namun dengan kemampuan yang dimiliki, ia berhasil melewatinya dengan selamat.

"Misalkan kerusakan mesin atau turbulence, ketika cuaca jelek, beritahu pramugari, mesinnya dipanasin," jelasnya.

Aziz mengatakan, mengenai peristiwa hilangnya sebuah pesawat terdapat berbagai dugaan dan ada pihak yang menyelidiki.

"Seperti MH370 yang sampai saat ini penyebabnya belum diketahui tapi sebagai pilot, kita tak boleh rugi," paparnya.

Dalam kesempatan itu juga, Aziz mengungkapkan kemungkinan terbesar penyebab Lion Air PK-LQP jatuh.

Dilema Pilot Saat Take Off, Harus Mengambil Keputusan Dalam Hitungan Detik dengan Risiko Tinggi

Fakta Harvino Kopilot Lion Air PK-LQP, Sempat Sakit Gigi, Punya 5 Ribu Jam Terbang dan Dermawan

"Yang utama karena technical problem, info sebelumnya instrumennya ada kerusakan namun sudah dibenerin tapi masih kejadian, bisa jadi seperti itu," tegasnya.

"Tapi yang jelas kalau normal atau abnormal, kita sudah terlatih untuk menghadapi. Tapi diluar itu, Wallahu A'lam Bishawab," sambungnya.

Aziz mengatakan, saat ini telah ditemukan black box Lion Air PK-LQP yang jatuh sehingga kita bisa mengetahui penyebab sebenarnya.

"Tapi ini harus dikirim dulu ke Amerika Serikat. Alatnya di cek satu per satu, dia kan mencatat kecepatan, gravitasi, waktu," katanya.

Aziz menyatakan, saat detik-detik terakhir Lion Air PK-LQP kehilangan kontak, ia tak mendengarkan adanya laporan pilot yang bertugas, hanya mendengar mengenai permintaan kembali ke Bandara.

"Kita enggak denger adanya report dari pilot, hanya return to base," paparnya.

Return to base itu berarti ketika sudah terbang dan minta kembali ke bandara karena adanya masalah.

Lokasi jatuh pesawat ternyata 'kuburan'

Lokasi jatuhnya pesawat dengan Lion Air dengan nomor penerbangan JT 610 pada Senin (29/10), di perairan Karawang atau di Laut Jawa, berada tepat di kawasan kuburan kapal-kapal karam yang membawa muatan cagar budaya.

Tidak hanya kapal-kapal berusia ratusan tahun bahkan kapal-kapal yang tenggelam era modern pun karam di perairan tersebut. ‎

Di beberapa tempat sempat ada penemuan benda-benda cagar budaya tersebut.

"Salah satu yang sempat ada penemuan benda cagar budaya itu di perairan Cilamaya. Saat itu warga menemukan benda-benda berupa koin emas diduga peninggalan kongi dagang pemerintah kolonial, Verenigde Oostindische Compagnie (VOC) guci-guci peninggalan Cina hingga jangkar berusia ratusan tahun," kata Sekretaris Dinas Perikanan, Sari Nurmiasih via ponselnya, Kamis (1/11/2018).

Pada keterangan resmi Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan‎ tahun lalu, menyebutkan benda-benda cagar budaya merupakan barang muatan kapal karam (BMKT) yang tersebar di 463 tiik di perairan Indonesia mulai dari Kepulauan Riau, Selat Karimata, Perairan Bangka Belitung hingga Laut Jawa.

Sebaran kapal tenggelam tersebut umumnya membawa komoditi dan barang dari Cina, ‎Asia Barat dan Eropa.

Seperti Belanda (VOC), Inggris hingga Spanyol.

Dalam keterangan resminya itu, KKP menyebut setiap lokasi BMKT memiliki sisi ekonomi bernilai antara 80 Ribu - 18 juta US Dollar.

"Secara umum memang di Laut Jawa termasuk perairan Karawang merupakan satu kawasan BMKT. Termasuk di kawasan perairan Tanjung Pakis (lokasi jatuhnya pesawat Lion Air) juga wilayah BMKT. Cuma memang sejauh ini baru ditemukan di Tangkolak Desa Sukakerta Kecamatan Cilamaya," ujar dia.

Diguyur Hujan Deras, Sebagian Area Poskotis Pesawat Lion Air PK-LQP Tergenang Air

Sejumlah 143 Balita di Kota Tangerang Kurang Gizi dan Tumbuh Kerdil

Jauh sebelum pemerintah pusat membuat siste BMKT, kata sari, warga di utara Karawang kerap menemukan benda-benda cagar budaya.

"Sebelum ada aturan seperti ini, dulu warga di utara Karawang kerap menemukan koin-koin emas VOC hingga benda-benda antik seperti potongan guci hingga keramik, semuanya dijual per kilo. Padahal itu memiliki nilai tinggi," kata dia.

Tonton Juga:

Okih Hermawan, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemkab Karawang menambahkan sejumlah barang temuan di perairan Karawang oleh warga saat ini sudah diserahkan ke Kementerian Kelautan dan Perikanan.

"Untuk sementara disana dulu karena di kami belum ada galeri untuk penyimpanan koleksi tersebut. Nah sekarang dalam tahapan untuk membangun galeri tersebut yang dikoordinasikan dengan Dinas Pariwisata Pemprov Jabar," ujar dia.

Intip Rumah Mewah Denny Cagur Seluas 1500 Meter, Ada Ruang Fitness, Lift Hingga Pohon Kurma

Pergi Mendadak dan Hanya Bawa 2 Kaus ke Pangkalpinang, Sepatu Bot Paul Ferdinand Ditemukan Hancur

Pernyataan-pernyataan itu jadi beralasan saat dikaitkan dengan upaya pencarian pesawat Lion Air dengan nomor penerbangan JT 610 yang tenggelam di perairan Karawang pada Senin (29/10).

Pada pencarian hari ke-3, Tim SAR mendeteksi benda mirip badan pesawat Lion Air.

Namun, saat dilakukan penyelaman, yang ditemukan justru sebuah kapal kayu yang karam hingga rangka kapal yang sudah usang.

Informasi yang dihimpun, ‎pengangkatan BMKT sempat dilakukan di perairan Karawang pada 2008 oleh PT Paradigma Sejahtera, perairan Cirebon pada 2004 hingga perairan Kabupaten Subang.

(TribunJakarta.com/Kurniawati Hasjanah)

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved