Pilpres 2019
Prabowo Dianggap Blunder Soal Yerusalem: Timses Membela, Lawan Bilang Tak Paham Sejarah
Prabowo Subianto dianggap tak memahami konstitusi ketika bersikap biasa soal langkah Australia memindahkan kedubesnya ke Yerusalem.
Penulis: Yogi Gustaman | Editor: Erik Sinaga
Pengamat komunikasi politik Ari Junaidi menyadari tensi politik menjelang pelaksanaan Piplres 2019 semakin tinggi.
Pasangan calon presiden dan calon wakil presiden dan calon petahana saling melempar isu-isu menarik, meski ada juga yang menganggapnya sekadar gimmick politik.
Sejauh ini, Ari menilai ada hal yang kurang pas dan keluar dari substansi persoalan mendasar, yakni sikap dan perjuangan Indonesia untuk kemerdekaan Palestina dari cengkeraman Israel.
"Jika Prabowo mendukung rencana pemindahan Kedubes Australia ke Yerusalem, saya anggap Prabowo tidak paham sejarah dan patut dipertanyakan keIslamannya. Harusnya tim komunikasi Prabowo-Uno memberi briefing terlebih dahulu," ucap Ari pada Jumat (23/11/2018).
Selama ini pernyataan Prabowo Subianto menjadi bahan cemoohan serta menggerus elektabilitasnya.
Ari mempertanyakan, bukankah pasangan Prabowo-Sandiaga ini didukung PKS, PAN dan Demokrat yang mengklaim mendukung perjuangan Palestina.
"Apa fungsi tim kampanye bersama jika perwakilan-perwakilan PKS, PAN serta Demokrat tidak diajak merumuskan bareng-bareng strategi komunikasi Prabowo-Sandi?" lanjut dia.
Tidak sekali ini Prabowo Subianto berbicara blunder. Belum lama ini ia menyoal Indonesia bubar 2030, tampang Boyolali, sebagian besar rakyat hidup pas-pasan hingga menyinggung profesi pengemudi ojek online.
Menurut dosen dan praktisi komunikasi ini, jika seorang kandidat dalam kontestasi politik tak menghargai dan mengindahkan saran dan masukan tim komunikasinya maka bersiap-siaplah untuk kalah di pentas politik. (*) (TribunJakarta.com/Tribunnews.com)