Cermin Jaya Jadi Alat Bantu Lihat Kereta di Perlintasan Tanpa Palang Pintu Dekat Stasiun Rawa Buntu
Sebuah cermin sekira berukuran 80x40 centimeter berdiri disangga dua kaki dari kayu di sudit perlintasan tanpa palang pintu dekat stasiun Rawa Buntu
Penulis: Jaisy Rahman Tohir | Editor: Ferdinand Waskita Suryacahya
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Jaisy Rahman Tohir
TRIBUNJAKARTA.COM, CIPUTAT - Sebuah cermin sekira berukuran 80x40 centimeter berdiri disangga dua kaki dari kayu di sudit perlintasan tanpa palang pintu dekat stasiun Rawa Buntu, Serpong, Tangerang Selatan (Tangsel), Selasa (11/12/2018).
"Sudah lama, tiga tahun dah ada. Kaca saya," ujar Jaya (59), seorang penjual makanan di kedai pinggir jalan, dekat perlintasan tersebut.
Ia mengatakan cermin itu diambil dari rumahnya sendiri.
"Kan masih ada yang lain," ujarnya sambil tertawa.
Cermin tersebut dipasangnya demi keselamatan pengendara motor dan mobil ataupun pejalan kaki yang melintas.
Pelintasan tersebut menghubungkan jalan kecil dari arah BSD Serpong, menuju pintu masuk stasiun ataupun Jalan Raya Rawa Buntu.
Pelintasan tersebut memang tak lebih sekira 100 meter dari pintu masuk stasiun yang berusia lebih dari 50 tahun itu.
Namun bentuknya yang agak serong, membuat pengendara atau pejalan kaki yang lewat, hanya memperhatikan keberadaan kereta dari arah Tanah Abang, tidak memperhatikan arah sebaliknya.
"Kan enggak kelihatan dari arah sana," ujar pria yang karib disapa Pak Jaya itu.
Pelintasan itu memang terpantau sibuk. Dalam hitungan waktu lima menit, bisa belasan pengendara sepeda motor yang lewat, tak terkecuali pengendara ojek online yang sering beroperasi di sekitar stasiun.
Perlintasan tersebut bukan hanya tanpa palang, melainkan tanpa penjaga.
• Perlintasan Sebidang di Lenteng Agung Rawan Kecelakaan
• Perjalanan KRL dan KA Bandara Terganggu Akibat Pohon Tumbang di Perlintasan Rel Kereta Tanah Abang
Hanya orang-orang yang beraktivitas di sekitar rel saja, seperti Jaya yang rajin mengingatkan para pengendara untuk berhenti jika kereta mau lewat.
Hal itu tentu berbahaya, Pak Jaya dan warga sekitar tak selalu memantau pelintasan.
Jaya mengatakan sekira dua tahun lalu pernah ada mobil yang tertabrak kereta, karena ketika hendak melintas karena ban slip dan tak mampu melewati besi rel.
Karena kereta yang sudah dekat, sang pengendara keluar dari mobilnya menyelamatkan diri.
"Dia mau maju, ga kuat, eh mundur, keburu kereta. Sopirnya kabur, mobilnya mental," ujarnya.
