Sebut Penjahat Negara Bisa Berlindung di Balik Demokrasi, Mahfud MD: Kokohkan Nomokrasi
Ada hal-hal buruk yang terjadi dalam sistem demokrasi. Untuk menghilangkan sisi buruk itu, Mahfud MD menegaskan untuk meneguhkan nomokrasi.
TRIBUNJAKARTA.COM - Pakar Hukum dan Tata Negara, Mahfud MD mengatakan bahwa demokrasi bukanlah sistem yang baik.
Namun menurut Mahfud MD demokrasi adalah sistem yang paling baik di antara sistem-sistem lain yang tidak baik.
Mahfud MD mengatakan, di dalam sistem demokrasi, rakyat bisa berkontestasi untuk berprestasi.
Yakni dengan mengoptimalkan kemampuan dan tanggungjawabnya sendiri.
Namun tak dipungkiri oleh Mahfud MD, ada hal-hal buruk pula yang terjadi dalam sistem demokrasi.
Untuk menghilangkan sisi buruk tersebut, Mahfud MD menegaskan untuk meneguhkan nomokrasi atau supremasi hukum.
Mahfud MD menambahkan, demokrasi tanpa hukum tak hanya buruk, namun dapat menimbulkan anarki.
Yang lebih buruk dari itu, seorang penjahat dapat berlindung di dalam mekanisme demokrasi.
Lebih lanjut, Mahfud MD mengatakan ada banyak pakar yang mengatakan bahwa di Indonesia, tindakan korupsi ditempuh melalui demokrasi.
Namun jika hukum dapat ditegakkan tanpa pandang bulu, maka demokrasi Indonesia dapat selamat.
Pernyataan Mahfud MD tentang demokrasi dan supremasi hukum ini disampaikannya melalui kicauan Twitter, Rabu (19/12/2018).
"Demokrasi bukanlah sistem yg baik tp paling baik jika dibandingkan dgn sistem" lain yg jg tdk baik.
Di dlm demokrasi rakyat bs berkontestasi utk berptestasi dgn kemampuan dan tanggungjawabnya sendiri.
Maka utk mengeliminir sisi buruk demokrasi hrs ada nomokrasi (supremasi hukum)," kicau Mahfud MD
"Demokrasi tanpa nomokrasi (hukum) bs jd anarki, penjahat bs berlindung di dlm mekanisme demokrasi.
Bnyk pakar yg bilang, di Indonesia korupsi ditempuh melalui demokrasi".
Maka jika negara demokrasi kita ingin selamat, kokohkanlah nomokrasi, tegakkan hukum tanpa pandang bulu," imbuh Mahfud MD.
Demokrasi Indonesia berjalan mundur?
Sebelumnya, Mahfud MD juga pernah menjawab pertanyaan seorang Indonesianis asal Jepang yang mengatakan bahwa demokrasi di Indonesia berjalan mundur.
Indonesianis adalah istilah yang dilekatkan kepada seorang warga negara asing yang melakukan penelitian tentang Indonesia.
Indonesianis asal Jepang yang bertanya kepada Mahfud MD kali ini bernama Mitzuo Nakamura.
Mahfud MD dan Mitzuo Nakamura saling bertemu dalam acara diskusi di Tokyo University.
Diskusi tersebut mengangkat tema tentang ideologi Pancasila.
Dalam diskusi tersebut, Mitzuo Nakamura meminta pendapat Mahfud MD.
Apakah Mahfud MD sepakat dengan anggapan Mitzuo Nakamura bahwa demokrasi Indonesia berjalan mundur atau back sliding.
Menanggapi hal tersebut, Mahfud MD sependapat di satu sisi namun tidak sependapat di sisi lain.
Menurut Mahfud MD ada beberapa hal yang mengarah ke oligarki.
Namun dalam hal lain proses demokrasi berjalan sangat maju.
Oleh karenanya, menurut Mahfud MD hanya perlu membenahi atau menghilangkan pengaruh oligarki yang ada.
"Indonesianis asal Jepang yg buku2nya ttg Islam di Indonesia menjadi rujukan dlm dunia akademik, Prof. Mitzuo Nakamura td hadir dlm diskusi dgn sy ttg ideologi Pancasila di Tokyo University.
Dia sangat paham ttg NU dan Muhammadiyah. Dialah penulis "Bulan Sabit dan Matahari Terbit"," kicau Mahfud MD, Jumat (7/12/2018).
"Dlm acr diskusi tadi Mitzuo Nakamura menanyakan pendapat sy, apakah sy sependapat bhw di Indonedia skrng tejadi back sliding (berjalan mundurnya) demokrasi?
Sy jawab, ada kemunduran ke arah oligarki tapi bnyk kemajuan ke arah demokrasi.
Jd tinggal dibenahi anasir oligarkinya sj," imbuh Mahfud MD.
"Td acara diskusi 'Tantangan Ideologi Pancasila' diselenggarakan oleh Sjiken, organisadi Indonesianis di Tokyo.
Malam ini sy akan menjadi narsum ttg "Merawat Persatuan NKRI" yg diselenggarakan, a-l, oleh PCI NU dan Muhammadiyah Jepang, bertempat Tokodai Ookayama Campus, Tokyo," pungkas Mahfud MD.
(*)
Artikel ini telah tayang di Tribunsolo.com dengan judul Korupsi Ditempuh Melalui Demokrasi, Mahfud MD: Jika Negara Ingin Selamat, Kokohkanlah Nomokrasi
Penulis: Fachri Sakti Nugroho 
Editor: Fachri Sakti Nugroho

:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jakarta/foto/bank/originals/mahfud-md_20180918_123209.jpg)
:format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jakarta/foto/bank/originals/Kabid-Humas-Polda-Metro-Jaya-Brigjen-Ade-Ary-Syam-Indradi-mengatakan-Onad-ditangkap-di-kawasan-Ci.jpg) 
                 
						
					 
						
					 
						
					 
						
					 
						
					 
						
					 
				
			:format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jakarta/foto/bank/originals/FERDINAND-KRITIK-JOKOWI-Kereta-Cepat-Jakarta-Bandung-KCJB-alias-Whoosh.jpg) 
											:format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jakarta/foto/bank/originals/Canva-dan-KompascomDian-Erika.jpg) 
											:format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jakarta/foto/bank/originals/KECELAKAAN-MAUT-DI-TOBA-Penampakan-kondisi-angkot-yang-ditabrak-truk-1.jpg) 
											:format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jakarta/foto/bank/originals/PURBAYA-BIKIN-JOKOWI-BUNGKAM.jpg) 
											:format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jakarta/foto/bank/originals/MELEMBEK-SOAL-WHOOSH.jpg)