UPDATE Tsunami Lampung: 20 Orang Meninggal, 50 Rumah Hancur, 1 Balita Belum Ditemukan
20 orang dilaporkan meninggal, 50 rumah hancur dan satu balita belum bisa ditemukan pasca-tsunami Lampung.
TRIBUNJAKARTA.COM, LAMPUNG - 20 orang dilaporkan meninggal akibat tsunami di Lampung.
Demikian data yang masuk hingga, Minggu (23/12/2018) pagi.
Sebanyak 50 rumah hancur dan satu balita belum diketemukan di Dusun III Tegakan Lada Pulau Sebesi Kabupaten Lampung Selatan, akibat terjangan ombak tsunami Sabtu (22/12/2018) malam.
Menurut Sekretaris Desa Sajan Pulau Sebesi Syamsiar, sebagian rumah rusak berat dan sisanya rusak ringan.
Dia mengatakan, Dusun III Tegakan Lada paling berdampak tsunami.
"Satu balita bernama Reza (5) belum ditemukan, kami masih melakukan pencarian sendiri," kata Syamsiar pada Minggu (23/12/2018).
Hingga saat ini, 500 warga di sana mengungsi di pegunungan. Mereka trauma melihat ombak setinggi 4 meter naik ke permukaan.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada tim evakuasi yang tiba di Pulau Sebesi.
"Kami masih berus berkoordinasi dengan aparat kecamatan sambil menunggu tim dari Bandarlampung," ujarnya.
Sementara, data yang berhasil dihimpun dari Basarnas Lampung dan Polair Wilayah Lampung Selatan terdapat 20 orang meninggal dunia.
Data sampai pukul 09.50 WIB korban meninggal yang berhasil dievakuasi di Desa Cugung, Lampung Selatan adalah Sanam (70), Caisa (18), Arka (2,5), Sainah (60), Rumtah (50),Nursiah (50) dan jenazah tanpa identitas.
Korban dari Desa Kunjir dan sekitarnya yakni Kurniawan (24), Gadis (3), Runtah (50) warga Desa Kunjir Lampung Selatan, satu orang yang belum terindentifikasi warga Way Muli, satu orang belum teridentifikasi di Grand Elty.
Korban yang berhasil dihimpun dari tim Polair Lampung Selatan di Dermaga Bom diantaranya NN (4), Muhamad Rayan Haidar (1,5) alamat Bandar Agung, Tirta (60) alamat Kalianda Bawah, Rindu (5) alamat Karet Kalianda, Uul Sinar Laut, dan Rahayu Anggraini (17) warga Kunjir.
Korban meninggal dunia dan luka-luka kemungkinan akan bertambah mengingat menurut keterangan yang selamat masih ada beberapa keluarga mereka yg belum ditemukan.
Untuk kerugian material belum dapat ditaksir sedangkan kondisi air laut telah kembali normal namun masih terdapat kepanikan dari warga masyarakat
Jumlah Korban Tewas Sementara di Selat Sunda
Penanganan bencana tsunami yang menerjang pantai di Selat Sunda, khususnya di daerah Pandenglang, Lampung Selatan dan Serang terus bertambah.
Hingga Minggu (23/12/2018) pukul 10.00 WIB, data sementara jumlah korban dari bencana tsunami di Selat Sunda tercatat 62 orang meninggal dunia, 584 orang luka-luka dan 20 orang hilang.
Kerugian fisik akibat tsunami tersebut, meliputi 430 unit rumah rusak berat, 9 unit hotel rusak berat, 10 kapal rusak berat dan puluhan rusak.
Rilis yang diterima Tribunnews.com dari Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho menyebutkan, data tersebut akan terus bertambah.
"Data korban jiwa dan kerusakan akan bertambah, mengingat belum semua wilayah belum dapat di data," ujar Sutopo.
Saat ini petugas masih terus melakukan pendataan, baik korban jiwa maupun kerugian.
Daerah yang terdampak adalah permukiman dan kawasan wisata di sepanjang Pantai seperti Pantai Tanjung Lesung, Sumur, Teluk Lada, Penimbang dan Carita.
Sebelumnya, Tsunami yang melanda Banten dan Lampung terjadi pada Sabtu (22/12/2018), sekitar pukul 21.27 WIB.
Faktor penyebab tsunami masih dilakukan penyelidikan oleh BMKG untuk mengetahui secara pasti.
Kemungkinan disebabkan longsor bawah laut akibat erupsi Gunung Anak Krakatau dan gelombang pasang akibat bulan purnama.
Dua kombinasi tersebut menyebabkan tsunami yang terjadi tiba-tiba yang menerjang pantai.
BMKG masih berkoordinasi dengan Badan Geologi untuk memastikan faktor penyebabnya.
Tsunami Pantai Anyer dan Lampung Selatan sebelumnya oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) disebut sebagai gelombang tinggi.
Petugas masih terus berusaha melakukan evakuasi korban tsunami Pantai Anyer.
Petugas masih mendatangi sejumlah desa di kawasan Pantai Pandeglang, mulai dari Tanjung Lesung sampai Sumur di kawasan Taman Nasional Ujung Kulon.
Personel Band Seventeen Jadi Korban
Vokalis band Seventeen, Riefan Fajarsyah atau Ifan memberikan kabar terbaru sang istri.
Sebelumnya, sang istri, Dylan Sahara dilaporkan hilang akibat terjangan tsunami Banten.
Dalam wawancara via telepon dengan TVOne, Minggu (22/12/2018), Ifan mengatakan bahwa ada orang yang melihat istrinya, Dylan Sahara, selamat dari tsunami Banten.
"Istriku kabarnya terakhir selamat. Ada orang yang lihat istriku," kata Ifan.
Diketahui bahwa Dylan mendampingi Ifan saat Seventeen manggung di Tanjung Lesung Beach Resort, Banten, Sekitar pukul 21.33 WIB, gelombang tinggi melanda lokasi tersebut.
Namun, Ifan belum bisa benar-benar memastikan kondisi istrinya karena belum bertemu langsung.
"Cuma dalam proses pencarian, mudah-mudahan cepat diketemuin posisinya istriku di mana," kata Ifan.
Selain itu, dua personel Seventeen yang lain, yakni Herman (gitar) serta Andi (drum), belum ditemukan.
Sementara pemain bass Seventeen, M Awal Purbani atau Bani, dan road manager mereka yang bernama Oki Wijaya meninggal dunia dalam bencana itu.
Sebelumnya gelombang tinggi menerjang pesisir Serang dan menyebabkan sejumlah kerusakan.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan bahwa gelombang itu merupakan tsunami.
BMKG menyampaikan kesimpulan tersebut setelah mendapatkan data dari 4 stasiun pengamatan pasang surut di sekitar Selat Sunda pada waktu kejadian tsunami, yaitu pukul 21.27 WIB.
Hasil pengamatan menunjukkan tinggi gelombang masing-masing 0.9 meter di Serang pada pukul 21.27 WIB, 0,35 meter di Banten pada pukul 21.33 WIB, 0,36 meter di Kota Agung pada pukul 21.35 WIB, dan 0,28 meter pada pukul 21.53 WIB di Pelabuhan Panjang.
Aa Jimmy Jadi Korban
Bencana tsunami Banten, Sabtu (22/12/2018), juga menewaskan komedian komedian Heriyanto atau Aa Jimmy (35).
Kabar tersebut diungkapkan oleh vokalis Seventeen, Ifan, dalam wawancara via telepon dengan TVOne, Minggu (23/12/2018).
Aa Jimmy menjadi salah satu pembawa acara bersama Ade "Jigo" dalam acara gathering PLN di Tanjung Lesung Beach Resort, Banten, ketika gelombang tsunami melanda lokasi tersebut, Sabtu (22/12/2018), sekitar pukul 21.33 WIB.
Kabar tersebut diungkapkan oleh vokalis Seventeen, Ifan, dalam wawancara via telepon dengan TVOne, Minggu (23/12/2018).
"Kebetulan yang saya lihat dengan mata kepala saya sendiri itu ada Aa Jimmy, kebetulan MC nya Aa Jimmy sama Ade Jigo eks Teamlo. Ade alhamdulillah selamat, cuma Aa Jimmy meninggal," kata Ifan, seperti dikutip Kompas.com.
Ia mengatakan, ketika berhasil menyelamatkan diri ke daratan, Ifan melihat jenazah Aa Jimmy terbaring di pinggir pantai.
"Saya lihat jenazahnya di tepi pantai. Kalau pengisi acara lain aku enggak tahu. Cuma peserta gathering ada 260, belum sama keluarganya, event organizer dan kru panggung. Ini kebetulan gathering perusahaan, acara akhir tahun," ujar Ifan.
"Sebagian yang terlempar ke laut. Mungkin sekitar 70 persen terlempar ke daratan itu sebagian besar selamat. Yang kelempar ke laut sebagian besar meninggal. Karena saya lihat kepanikan orang," tambahnya.
Sebelumnya gelombang tinggi menerjang pesisir Serang dan menyebabkan sejumlah kerusakan.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan bahwa gelombang itu merupakan tsunami.
BMKG menyampaikan kesimpulan tersebut setelah mendapatkan data dari 4 stasiun pengamatan pasang surut di sekitar Selat Sunda pada waktu kejadian tsunami, yaitu pukul 21.27 WIB.
Hasil pengamatan menunjukkan tinggi gelombang masing-masing 0.9 meter di Serang pada pukul 21.27 WIB, 0,35 meter di Banten pada pukul 21.33 WIB, 0,36 meter di Kota Agung pada pukul 21.35 WIB, dan 0,28 meter pada pukul 21.53 WIB di Pelabuhan Panjang. (Kompas.com/TribunLampung.com)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Korban Tsunami Lampung Bertambah, Pengungsi di Pulau Sebesi Belum Bisa Dievakuasi", https://regional.kompas.com/read/2018/12/23/12060301/korban-tsunami-lampung-bertambah-pengungsi-di-pulau-sebesi-belum-bisa.
Penulis : Kontributor Lampung, Eni Muslihah
Editor : Khairina