Tsunami di Banten
Afu Sempat Dikejar Ombak Lima Meter, Waryani Tersangkut di Pohon
Jelang Magrib, dari kejauhan, Gunung Anak Krakatau yang memercikkan magma membuat waswas Afu. Di lain tempat, Wuryani berjualan sebelum tsunami datang
Penulis: Yogi Gustaman | Editor: Wahyu Aji
Afu lari secepat yang ia bisa untuk sampai ke bukit di depannya. Untuk sampai ke sana tak mudah, pagar ia harus lompati.
"Saya lihat kontainer rubuh diterjang air," aku Afu lalu melanjutkan, "Orang-orang di jalan teriak tsunami."
Dari 50 rombongan Kemenpora, sekitar 14 pegawai dan keluarga luka-luka dan masih menjalani perawatan di rumah sakit.
Empat orang anggota rombongan meninggal, tapi masih ada satu yang belum ditemukan atas nama Helena.
Waryani tersangkut di pohon
Ombak sekira lima meter menggulung tubuh Waryani (60), warga sekitar Pantai Carita. Sekujur tubuhnya terluka.
Malam itu ia masih terjaga untuk berjualan di tepi pantai, sementara Calim (72), suaminya tertidur pulas di dalam warung.
"Memang saya sama suami nginep. Soalnya ramai pengunjung hari libur," kata Waryani kepada TribunJakarta.com di Puskesmas Carita, Senin (24/23/2018).

Tsunami datang dan menerjang warung, Wuryani tak sempat membangunkan Calim.
Ia sempat tergulung ombak, terseret hingga puluhan meter lalu tersangkut di pohon.
Setelah air surut, Waryani menemukan warungnya sudah hancur, sementara suaminya ada di bawah reruntuhan.
"Alhamdulillah itu ada si aki (Calim) ketiban warung lagi nangis minta tolong. Saya langsung geser puing-puingnya," papar Waryani.
Segera setelah mengevakuasi, ia membopong Calim dan berjalan menyusuri jalanan di depan Pantai Carita.
Ia dan suaminya tak lagi memikirkan jika tsunami susulan datang.
"Saya jalan di sekitar banyak korban bergeletakan. Ya Allah, saya cuma bisa pasrah," imbuh Waryani.
Beberapa jam menyusuri jalan, ia berjumpa anaknya yang membawa motor.
Ketiganya lalu menyelamatkan diri di daratan lebih tinggi. (Tribunews.com/TribunJakarta.com/Majid/Dwi)