45 Tahun Peristiwa Malari: Tolak PM Jepang, 11 Korban Jiwa Kerusuhan hingga Pembungkaman Mahasiswa
Hari ini 45 tahun yang lalu, 15 Januari 1974, mahasiswa turun ke jalan untuk menentang rencana investasi besar-besaran Jepang di Indonesia.
TRIBUNJAKARTA.COM - Akhir masa pemerintahan Soekarno pasca-peristiwa Gerakan 30 September 1965 menjadi titik baru dalam sejarah Indonesia.
Saat itu, Soeharto secara perlahan bertampuk di kekuasaan. Awal dari berkuasanya Soeharto dimulai dengan julukan Orde Baru.
Soeharto memang bukan dari kalangan akademisi yang pandai untuk membuat rencana yang baik. Dia juga bukan intelektual layaknya Soekarno atau Mohammad Hatta.
Namun, Soeharto punya pengalaman cukup kaya dalam strategi militer. Berbagai posisi strategis pernah didapatkannya, baik itu dari Pangdam hingga Pangkostrad.
Para periode awal Soeharto berkuasa, semuanya tampak baik-baik saja. Memang sejumlah kritik muncul terkait cara Soeharto menangani lawan politiknya, terutama yang dikaitkan dengan aktivitas Partai Komunis Indonesia.
Namun, saat itu dianggap belum ada bentuk "perlawanan" berarti terhadap Orde Baru yang belum sewindu berdiri.
Dilansir dari dokumentasi Harian Kompas, kritik terhadap Soeharto mulai muncul beberapa tahun setelahnya. Salah satu bentuk kritik adalah dalam kebijakan ekonomi.
Kebijakan Orde Baru dianggap semakin liberal, sebab membiarkan investasi asing masuk begitu deras ke Indonesia.
Hari ini 45 tahun yang lalu, tepatnya pada 15 Januari 1974, mahasiswa turun ke jalan untuk menentang rencana investasi besar-besaran Jepang di Indonesia.
Demonstrasi besar dilakukan bertepatan dengan kunjungan Perdana Menteri Jepang Kakuei Tanaka di Ibu Kota. Peristiwa itu kemudian berakhir tragis karena terjadi kerusuhan di sejumlah titik di Jakarta, terutama Pasar Senen.
Sejarah kemudian mencatat peristiwa ini dengan nama Malapetaka 15 Januari 1974 atau Peristiwa Malari.
Pemerintah Orde Baru menuding mahasiswa melakukan kekerasan dan kerusuhan. Hal ini menjadi alasan bagi rezim pimpinan Soeharto untuk menangkap sejumlah aktivis mahasiswa dengan dalih menjadi dalang Peristiwa Malari.
• Mengenang 31 Tahun Tragedi Berdarah Kereta Api Bintaro: Kronologi, Cerita Masinis Hingga Dibuat Film
• Mengenang 19 Oktober Tanah Jakarta Berwarna Merah Tragedi Bintaro, Iwan Fals: 1910
• Ketika Anak-anak Korban Bencana di Sulteng Nyanyikan Lagu Mengenang Tragedi Gempa dan Tsunami
Awal bentrokan
Dikutip dari buku "Menyibak Tabir Orde Baru" karya Jusuf Wanandi, mahasiswa sebelumnya melakukan demonstrasi lunak di dalam kampus. Hingga kemudian, mereka mulai memberanikan diri untuk turun ke jalan.
Momen kedatangan PM Jepang Kakuei Tanaka yang berkunjung ke Jakarta dijadikan momentum untuk aksi demonstrasi.