Cerita Pedagang Asongan yang Mencari Rezeki dar Lampu Merah di Ibu Kota
Nana menuturkan, rata-rata dalam sehari, ia mengantongi uang Rp 200 sampai Rp 250 ribu dari berjualan di tempat ini.
Penulis: Elga Hikari Putra | Editor: Wahyu Aji
Yang terpenting, dirinya telah menyiapkan cukup banyak uang recehan, utamanya pecahan Rp 2.000 agar setiap pembeli yang membayar dengan nominal besar dapat segera ia kembalikan sebelum lampu hijau menyala.
Hal itu karena ia menjual tisu wajah seharga Rp 3.000 sehingga banyak pembeli yang membayar dengan uang Rp 5.000.
"Ini makanya saya sediain banyak uang Rp 2000-an. Soalnya kan buat kembalian biar enggak lari-lari dulu buat pinjem ke teman buat balikinnya. Meski kadang juga ada yang bilang enggak usah dikembaliin," ujar Tuti.
Cuaca terik dan polusi yang keluar dari knalpot kendaraan sama sekali tak dipermasalahkan para pedagang asongan di tempat ini.
"Kalau panas mah udah biasa, udah kebal lah kita. Kalau hujan tuh justru kita pada melempen karena dikit yang beli kan kita enggak pada ngider," katanya.
Selama menjadi pedagang asongan di lampu merah, Tuti bersyukur tidak pernah terlibat insiden semisal terserempet kendaraan.
"Alhamdulillah enggak pernah, kan kita juga lihat-lihat, kalau mobil berhenti baru kita samperin, paling sepeda motor aja yang suka klaksonin pas kita lagi ngider," ucapnya.