Putra, Bocah Kelas 3 SD Jualan Cilok: Jago Berhitung, Dapat Banyak Simpati, dan Kakak Sudah Menikah
"Kalau berhitung dia bisa, pintar dia. Mungkin karena memang sudah biasa jualan juga ya," kata guru kelas
Penulis: Erik Sinaga 2 | Editor: Erik Sinaga
TRIBUNJAKARTA.COM, PONDOK AREN - Muhammad Saputra (12) sungguh merupakan seorang pekerja keras. Bagaimana tidak, di usianya yang sangat belia, dia harus kerja keras demi membutuhi kebutuhan hidupnya dan dua orang adiknya.
Kini, karena ramai diberitakan, Muhammad Saputra mendapat simpati dari masyarakat. Berikut adalah rangkuman TribunJakarta:
1. Mendapat banyak simpati
Kisah Muhammad Saputra (12) yang berjualan cilok keliling hingga larut malam demi menghidupi dua adiknya, viral di media sosial.
Salah seorang pembeli cilok Putra, memviralkan foto Putra yang sedang berdagang, lengkap dengan ceritanya, melalui media sosial, mendapat banyak simpati masyarakat.
Sejak kemarin, sudah ada beberapa orang yang mendatangi bangunan semi permanen di bilangan pengepul rongsokan, tempat tinggal Putra.
"Sudah banyak yang datang mas," ujar Marwiti, tetangga Putra, Rabu (13/2/2019).
Saat TribunJakarta.com berada di rumah Putra untuk melihat kesehariannya.
Sepasang suami istri bersama anaknya yang berseragam TK, tiba-tiba datang.
Suami Istri berpakaian necis itu pun bertemu Julaiha (17), kakaknya Putra, dan Putra secara langsung.
Setelah beberapa menit suami istri itu beranjak pulang meninggalkan perkampungan kumuh itu.
"Dari Jakarta Selatan mas. Iya saya tahu dari Instagram semalam, hari ini langsung ke sini," ujar Yosi, istri dari pasangan itu.
Ia mengaku berempati karena kondisi Putra yang yatim piatu dan harus banting tulang menghidupi dua adiknya, Renaldi Setiawan (7) dan Arsyad Nurardiansyah yang masih berusia 10 bulan.
"Ya kasihan lah mas, dia kan yatim piatu. Tradi ngasih bantuan," ujarnya.

2. Pandai berhitung
Muhammad Saputra (12) bocah yatim piatu yang viral karena berjualan cilok untuk menghidupi dua adiknya itu, sering mendapat bantuan dari masyarakat.
Muhammad Saputra, panggilan karibnya, masih duduk di bangku kelas III sekolah dasar. Ia sempat putus sekolah, dan kembali melanjutkan.
Hal itu membuat di usianya yang 12 tahun, Putra masih belum lancar membaca dan menulis.
Hal itu disampaikan Diah Indah Puspita, Guru kelas III SD Jurang Mangu Timur 01, saat ditemui di sekolahnya.
"Putra masih belum lancar bacanya. Jadi kalau di kelas tuh dia suka telat nulis soalnya, bu belum selesai," ujar Diah menceritakan.
Diah mengatakan, Muhammad Saputra sering diberi pelajaran membaca dan menulis secara khusus, karena di kelasnya ia tertinggal salam hal itu.
Namun dalam hal berhitung, Muhammad Saputra sudah menguasainya. Diah memperkirakan, hal itu karena selain ia mendapat pelajaran berhitung di sekolah, Putra juga mempraktikan langsung saat berjualan cilok.
"Kalau berhitung dia bisa, pintar dia. Mungkin karena memang sudah biasa jualan juga ya," ujarnya.
Diah mengatakan, pihak sekolah memperbolehkan Muhammad Saputra berjualan sejak dua bulan lalu, asalkan saat jam masuk kelas, ia tetap masuk.
"Tidak mengganggu jam belajarnya, kan dia berjualan saat jam istirahat saja," ujarnya.
Meskipun di kelasnya, Putra paling tua, namun ia bisa bergaul tanpa canggung dengan anak-anak lainnya.
Diah bahkan secara antusias menyebut anak didiknya sebagai anak yang baik dan sering membantu temannya.
"Putra baik orangnya, supel, dia juga enggak pelit, kalau ada apa-apa dia ngasih ke temannya," ujar Diah.

3. Punya kakak yang sudan menikah
Bocah bernama Muhammad Saputra (12), siswa kelas III SD 01 Jurang Mangu Timur, Pondok Aren, Tangerang Selatan (Tangsel), sekilas terlihat seperti anak-anak pada umumnya yang lincah dan murah senyum kepada siapa saja.
Namun di balik senyumnya, ia menanggung beban yang luar biasa, untuk menghidupi dua adiknya yang masih kecil, Renaldi Setiawan (7) dan si bungsu Arsyad Nurardiansyah yang masih berusia 10 bulan.
Sudah dua bulan Putra merelakan waktu bermainnya berjualan cilok tusuk menggunakan sepeda selepas pulang sekolah, hingga larut malam demi mencari uang untuk kehidupan sehari-hari.
Ayahnya, Rawin, meninggal karena sakit paru-paru sekira satu tahun lalu. Sedangkan ibunya, Siti Nurhayati harus tutup usia ketika melahirkan Arsyad.
Sementara Putra berkeliling berjualan cilok mencari rupiah, sang kakak, Siti Julaiha (17) mengurus si bungsu di rumah.
Julaiha sudah menikah, dan suaminya bekerja sebagai sopir angkot. Mereka semua tinggal di rumah semi permanen berukuran sekira 2x6 meter di kawasan pengepul rongsok di bilangan RT 02 RW 02 Jurang Mangu Timur, Pondok Aren, Tangsel.
Ditemui di sekolahnya, Putra terlihat sedang berjualan cilok saat jam istirahat di koridor sekolah.
Di antara siswa lainnya yang mengenakan seragam Pramuka, Putra terlihat mencolok dengan seragam putih merah yang berbeda sendiri.
• Muhammad Saputra Bocah Yatim Piatu Penjual Cilok, Banyak Dapat Perhatian Masyarakat
• Adi Saputra, Pemuda yang Ngamuk Hancurkan Motor Saat Ditilang Polisi Diperiksa Psikolog Hari Ini
• Video Viral Sosok Putra, Siswa SD Yatim Piatu, Berjualan Cilok Hingga Larut Malam Demi Susu Adik
"Jualan cilok goreng," ujar Putra sedikit malu.
Saat ditanya uang hasil jualannya untuk apa, dengan polos ia menyebut untuk membeli susu adik bungsunya.
"Beli susu ade," ujarnya.
Ia tidak merasa letih atau mengeluh walaupun harus keliling Bintaro sampai tengah malam.
"Sampai jam 12 malam," ujarnya. (TribunJakarta)