Ade Setiawan Si Pemilik 5 Ular di Permukiman Padat Penduduk di Pademangan
Kliwon, Djarot, Nengsih, Lisa, dan Ava adalah nama dari lima ular sanca yang dipelihara Ade sejak 2016 silam.
Penulis: Gerald Leonardo Agustino | Editor: Erik Sinaga
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Gerald Leonardo Agustino
TRIBUNJAKARTA.COM, PADEMANGAN- Kliwon, Djarot, Nengsih, Lisa, dan Ava selalu menemani aktivitas seorang pensiunan yang juga warga Pademangan, jakarta Utara, bernama Ade Setiawan (46).
Setiap harinya selama tiga tahun belakangan, kelima nama itu sudah begitu dekat di hati dan lekat dalam benak Ade.
Nama-nama tersebut bukan lah identitas dari kerabat maupun keluarga Ade. Kelima nama itu juga bukan nama dari anak-anak Ade.
Kliwon, Djarot, Nengsih, Lisa, dan Ava adalah nama dari lima ular sanca yang dipelihara Ade sejak 2016 silam.
Ade tinggal di sebuah rumah yang beralamat di Jalan Budi Mulia Utara, RT 4/RW 13, Pademangan Barat, Jakarta Utara.
Dari pengamatan TribunJakarta.com, rumah Ade yang berada di permukiman padat penduduk itu ada dalam sebuah gang dengan lebar hanya sekitar satu meter.
Persis di depan rumahnya lah berdiri kandang ular buatan tempat lima ular kesayangannya ia pelihara. Kandang itu berdiri setinggi 2 meter dengan panjang 120 sentimeter dan lebar 60 sentimeter.
Ada empat kotak yang menjadi tempat Ade menyimpan ular di kotak itu, sementara satu ular lainnya Ade masukkan ke dalam kandang di dalam rumah.
Kandang seharga Rp 1,5 juta itu dibuat dari kayu bekas dengan tambahan kaca di bagian tengahnya yang menurut Ade lebih aman bagi ular kesayangannya daripada dipasangi kawat besi.
Saat ditemui Kamis (14/2/2019) siang, Ade dengan santainya mengeluarkan tiga di antara lima ular peliharaannya dari dalam kandang.
Tiga ular yang dikeluarkan Ade yaitu si Kliwon, si Djarot, dan si Lisa. Ketiganya termasuk spesies python reticulatus (nama latin ular sanca) dengan corak badan berbeda.
Sementara dua ular lainnya, si Lisa dan si Ava, tidak ia keluarkan karena sedang ganti kulit.
"Ini namanya Kliwon, ular pertama yang saya pelihara," kata Ade sembari mengeluarkan hewan peliharaan pertamanya, ular sanca batik dengan motif yang menurutnya cukup standar dan banyak ditemui.
Hobi Ade yang terbilang ekstrim ini sudah ia geluti sejak tiga tahun lamanya. Namun, kecintaannya pada hewan reptil terutama ular sudah terjadi sejak kecil.
Ade sudah tinggal di kawasan Pademangan semenjak ia lahir. Dari dulu, kawasan itu memang terkenal sebagai habitat ular liar karena keberadaan rawa-rawa.
• Tinggalkan Pekerjaan Bergaji Besar Bantu Orang Kelaparan, Sederet Kisah Sukses Pemilik Kedai Mamak
• Tayang Kamis 14 Februari 2019, Berikut Sinopsis Film Drama Peraih Oscar, La La Land
• Kapasitas TPA Burangkeng Overload Sejak 2014
Napak tilas hobi ekstrim Ade memelihara ular berawal ketika dirinya diminta bantuan menangkap ular liar dari rumah tetangganya.
Ular liar yang awalnya berukuran panjang 80 sentimeter itu pun Ade pelihara sampai besar. Kini, ular itu panjangnya sudah mencapai 4 meter dan merupakan ular paling jinak yang dipelihara Ade.
Ular yang dimaksud, sebut Ade, adalah si Kliwon.
"Waktu itu ini nih, bener-bener pelihara ular serius ini nih si Kliwon. Waktu itu tetangga kedatangan ular, saya ditawarin mau nggak tuh. Saya ambil aja karena dasarnya seneng, saya ambil saya rawat nih, ini yang pertama," bebernya.
Kliwon adalah ular pertama yang Ade pelihara dan satu-satunya yang tidak ia beli.
Keempat ular lainnya Ade dapatkan dengan membeli melalui kenalannya di komunitas pecinta dan penjual reptil online.
Ular kedua yang Ade keluarkan dari kandangnya adalah si Djarot, sanca batik dengan corak yang mirip loreng di tubuh macan.
Sanca dengan corak seperti ini populer dengan sebutan sanca tiger. Djarot menurut Ade adalah ular peliharaannya yang paling agresif.

"Ini dulu dapat malah lebih kecil lagi. Pas awal beli sekitar 70 sentimeter. Dulu sempet dipaksa makan karena sempet mogok makan waktu kecil," kata Ade.
Setelah Kliwon dan Djarot, Ade lantas mengeluarkan Lisa, seekor sanca albino dengan corak kuning-putih di tubuhnya.
Ular ini adalah ular paling mahal yang Ade beli. Saat pertama membelinya, Lisa dijual seharga Rp 2,5 juta.
Ade mengaku hobi memelihara ular sama sekali tidak murah. "Hobi ini termasuk mahal," tegasnya.
Jika dirata-rata, uang yang harus Ade keluarkan selama sebulan untuk mengurus lima ular tersebut bisa mencapai Rp 600 ribu. Itu pun bisa lebih.
Uang ratusan ribu per bulan Ade keluarkan dari kantongnya terutama untuk memenuhi kebutuhan pangan kelima ularnya.
Dalam seminggu, Ade harus membeli lima ekor ayam hidup untuk makan kelima ularnya.
Satu ular dijatah satu ayam untuk satu kali makan dalam waktu satu minggu.
"Cost makannya lumayan kalo udah gede-gede gini, pengeluaran agak lumayan lah," ucapnya.
Memelihara ular di permukiman padat penduduk ternyata tak begitu dipusingkan Ade, terutama setelah Ade yakin bahwa kelima ularnya sudah sangat jinak.
Ternyata warga sekitar tidak keberatan atau sampai protes dengan keberadaan ular yang Ade pelihara.
Malahan, kandang ular di depan rumah Ade sering dikunjungi warga sekitar untuk dijadikan tontonan.
"Tiap ular dibawa keluar, dijemur, banyak anak-anak ngumpul. Mereka kan seneng, nggak masalah sih kan kita awasin juga ya. Kadang yang takut uler jadi brani," tandasnya.