Pilpres 2019
Pakar Mikro Ekspresi Beberkan Makna Jokowi Pegang Telinga di Debat Capres, Singgung Film James Bond
Memaknai ekspresi Jokowi memegang telinga dan memencet pulpen kala debat capres 2019, pakar ekspresi singgung film spionase.
Penulis: Kurniawati Hasjanah | Editor: Rr Dewi Kartika H
TRIBUNJAKARTA.COM - Pakar mikro ekspresi Kirdi Putra memaknai ekspresi Jokowi yang memegang telinga dan kerap memencet pulpen di debat capres 2019.
Tindakan Jokowi yang disebut kerap memegang telinga dan memencet pulpen yang dipegangnya itu viral di media sosial.
Bahkan, ramai diberitakan Jokowi memakai alat bantu komunikasi saat debat capres 2019 itu.
Hal tersebut bermula ketika beredarnya sebuah unggahan melalui akun Facebook yang menyebut dugaan Jokowi memakai alat bantu komunikasi saat debat.
Alat komunikasi itu berupa earphone dan pulpen yang digunakan Jokowi.
"Sisa debat capres, meninggalkan tanda tanya. BPN harusnya memeriksa telinga Jokowi, ada earphone atau tidak. Jika ada, patut dipertanyakan untuk apa itu earphone, cek juga pulpen yang dipegang Jokowi," demikian tulis akun Agus Ilham dilansir dari Kompas.com.
"Ada apa di kuping? Ada wireless earphone? Apa yang sedang didengarkan? Mendengarkan arahan? Atau mendengar rekaman Jawaban?" tulis akun tersebut.
• Jokowi Dianggap Serang Personal Prabowo Soal Kepemilikan Lahan, Tsamara Amany: Demi Transparansi
• Samakan Debat Capres dengan Lukisan Abstrak, Sudjiwo Tedjo: Pendukungnya Termehek-mehek Menjelaskan
• TERPOPULER: Ramai Kabar Ahok Akan Gantikan Maruf Amin, Mahfud MD Beberkan Aturan Pergantian Cawapres
• Sebut Achmad Zaky Salah, Gibran: Saya Cuma Bilang Bukalapak Udah Ngasih Makan ke Banyak Orang
Memaknai tindakan Jokowi yang memegang telinga, pakar ekspresi Kirdi Putra pun angkat bicara.
Saat menjadi narasumber di acara Apa Kabar Indonesia Pagi Tv One pada Senin (18/2/2019), pakar ekspresi itu menuturkan pendapatnya.
Follow Juga:
Kirdi Putra menyatakan, ekspresi Jokowi yang kerap menyentuh telinga dan memencet pulpen sehingga beranggapan calon presiden nomor urut 01 itu menggunakan alat bantu merupakan hal yang tak benar.
• Respon Jusuf Kalla Soal Debat Capres Kedua: Kejujuran Prabowo dan Infrastruktur Grasa-grusu
• Prabowo Sebut Pembangunan Tanpa Feasibility Study, Jokowi: Salah Besar, Ini Sudah Direncanakan Lama
• Jokowi Akui Bangun 191 Ribu Km Jalan Desa, Dahnil Anzar: Produsen Kebohongan Sesungguhnya Terungkap
• Membaca Senyuman dan Gaya Prabowo di Debat Capres, Pakar Gestur Ungkap Ini
"Kalau bicara netizen, menurut saya, kebanyakkan nonton film spionase. Kalau zaman dahulu film Twenty Four dan Double O Seven(James Bond 007). Kalau zaman sekarang misalnya Designated Survivor," ungkap pakar ekspresi.

Menurutnya, baik Prabowo Subianto dan Jokowi dengan gestur apapun bisa dimaknai berbagai arti.
Pakar ekspresi Kirdi Putra menilai tindakan Jokowi itu sebuah perilaku yang dilakukannya karena grogi saat memulai debat semalam.
"Itu sebetulnya dua paslon sama-sama grogi di awal. Kalau enggak grogi itu malah aneh dan bukan sesuatu yang buruk," papar pakar ekspresi.

Terkait tudingan mengenai Jokowi pakai earpiece, pakar ekspresi menilai pidato bapak anak tiga itu tak berbeda jauh dengan rivalnya, Prabowo Subianto sehingga tak mungkin menggunakan alat bantu.
"Perhatikan deh, kalau beliau (red: Jokowi) hendak memberikan penekanan terhadap sesuatu, beliau serta merta langsung memindahkan micnya ke tangan kiri dan memberikan penekanan dengan tangan kanan, hal itu sama dengan apa yang dilakukan sebelumnya," jelas pakar ekspresi.
Tanggapan Jokowi
Calon presiden nomor urut 01 Joko Widodo membantah isu yang ramai beredar bahwa ia menggunakan alat komunikasi saat debat kedua pilpres 2019 di Hotel Sultan, Jakarta, Senin (18/2/2019).
Ia menegaskan bahwa isu itu merupakan fitnah.
"Ah ada ada saja. Itu fitnah. Fitnah seperti itu jangan diterusin-terusin," kata calon presiden petahana ini di sela-sela kunjungan kerjanya di Kabupaten Pandeglang, Banten, Senin (18/2/2019).
• Material Sisa Kebakaran Dibersihkan dari Rumah Ketua DPR RI Bambang Soesatyo
• CEO Bukalapak Dirisak, Gibran Rakabuming dan Kaesang Pangarep Membelanya karena Hal Ini
• TERPOPULER: Reaksi Kaesang Pangarep Saat Dibandingkan dengan Didit Putra Prabowo yang Desain BMW
• Sederet Momen Kebersamaan Boy William dengan Jokowi, Jan Ethes Sampai Ketiduran di Delman
Dalam isu yang tersebar luas di sosial media, disebutkan bahwa Jokowi menggunakan earphone bluetooth kecil di telinganya.
Beredar pula gambar saat Jokowi menggenggam pulpen yang diduga sebagai alat untuk mengontrol komunikasi lewat earphone bluetooth itu. Jokowi membantah spekulasi tersebut.
Ia pun lantas menunjukkan pulpen yang ia gunakan dalam debat semalam kepada awak media.
Ia memastikan bahwa pulpen yang dibawa ke panggung debat adalah pulpen asli.
"Ini pulpennya. Ya cek aja. Jadi enggak usah buat isu-isu yang fitnah begitu lah," kata Jokowi.
Debat Pilpres Kedua Diambil Jokowi
Analis Politik Sekaligus Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting, Pangi Syarwi Chaniago menilai debat Pilpres kedua lebih baik dari debat perdana.
Namun, Pangi berpendapat pada debat kedua kemarin menjadu panggung capres petahana, Jokowi.
"Secara umum, kita melihat bahwa tidak ada pembaruan pikiran, debat belum visioner, enngak ada harapan yang mampu menjawab kegelisahan dan kekhawatiran rakyat," kata Pangi melalui keterangan tertulis, Senin (17/2/2019).
Pangi menjelaskan ada beberapa catatan terkait debat capres putaran kedua.
Pertama, Jokowi sangat detail menjelaskan soal strategi menjaga keseimbangan pangan dan harga, menyenangkan petani dan menjaga stok, soal nelayan, sumber daya laut, energi, lingkungan serta soal konektifitas infrastruktur dan konsistensi infrastruktur yang akan diteruskan.
"Performa Pak Jokowi cukup bagus, ada data dan lebih detail, lebih tenang dan lebih menguasai apabila diturunkan pada level operasional serta memberikan contoh sesederhana mungkin dan Jokowi menjawab dengan data. Walaupun ada potensi 'data keliru' yang salah dan bisa 'blunder' seperti
kebakaran hutan dan soal data impor jagung yang disampaikan Jokowi," katanya.
Dalam debat putaran kedua, Pangi melihat Joko Widodo dan Prabowo Subianto menunjukkan gayanya yang berbeda.
Jokowi tampil dengan gaya menyerang atau agresif, sementara Prabowo tampil dengan gaya patriot, negarawan dengan mengeluarkan gagasan atau narasi besar walaupun belum tuntas dijelaskan secara operasional dan teknis misalnya mengatakan bahwa ‘kami punya falsafah dan strategi lain’.
• Prabowo Akui Punya Tanah Ratusan Ribu Hektar, Fahri Hamzah Sebut Jokowi Panggil Para Mantan Jenderal
• Miliki Perkebunan Ratusan Ribu Hektare, Fadli Zon: Jadi Kebanggaan Nasional
• Beberapa Kali Puji Kinerja Jokowi, Prabowo: Kalau yang Benar dan Baik, Harus Kita Akui
Jokowi tampil penuh percaya diri, menguasai materi, dan sempat melakukan serangan terukur dan bahkan serangan menohok pada Prabowo.
Pak Jokowi terlihat lebih banyak belajar dari debat pertama soal konten debat, bahasa atau gaya tubuh, lebih lancar menyampaikan data dan contoh se-sederhana mungkin pada masyarakat kelas bawah.
"Jokowi semakin di atas angin ketika dalam beberapa kesempatan Prabowo malah menunjukkan 'persetujuan' dengan argumentasi Jokowi. Prabowo gagal menunjukkan alternatif lain sebagai tawaran alternatif kebijakan, sangat minim data, Prabowo terjebak pada narasi besar yang tidak mampu dan gagap dioperasionalkan ke dalam program yang lebih detail," ucapnya.
"Pak Jokowi langsung memberikan contoh soal ketegasan beliau dalam soal penegakan hukum. Misalnya langsung memberi contoh soal denda pada perusahaan yang merusak lingkungan. Jokowi langsung ke poin inti, menjelaskan dengan bahasa yang sangat sederhana sudah berapa kilometer jalan tol yang dibangun, irigasi, ratusan waduk di bangun dan proyek infrastruktur lainnya," imbuhnya.
Kedua, kata Pangi, Jokowi tampil lebih ofensif dan galak, Prabowo terkesan lebih bijak dan tak menyerang seperti Jokowi mengatakan Prabowo "jangan pesimis".
Kemudian terkesan Jokowi menyerang pribadi Prabowo soal kepemilikan tanah sebesar 220.000 hektare lahan di Kalimantan dan 120.000 hektare di Aceh Tengah.
"Prabowo menyempatkan di ujung debat mengklarifikasi bahwa 'tanah saya kuasai ratusan ribu hektare benar, itu HGU milik negara, negara bisa ambil, dari pada jatuh ke tangan asing lebih baik saya kelola, saya nasionalis dan patriot'," ujarnya.
Ketiga, dalam debat kedua ini terlihat Prabowo terlalu "berbalas-kasihan" dan terlalu baik pada Jokowi, selama ini sang penantang memainkan strategi menyerang namun Prabowo tak lakukan justru petahana yang ditagih janjinya tampil agresif menyerang.
"Prabowo terlalu baik, memuji kerja Jokowi, mestinya Prabowo bisa kritik mengapa bapak 'baru akan' dan 'sedang kami rencanakan', lalu selama ini pak Jokowi ngapaian aja?," tuturnya.
Prabowo mengulangi hal yang sama, yaitu "setuju" dengan petahana menyetujui langkah dan kebijakan pemerintah yang kongkrit dan yang sudah baik dilakukan pemerintah.
Keempat, sangat disayangkan mestinya Prabowo bisa membantah dan konfirmasi ulang apabila ada semburan data yang keliru dan diklarifikasi Prabowo.
Namun Prabowo hanya diam dan tak membantah data Jokowi. Kebijakan Jokowi yang sudah baik "diamini" Prabowo.
"Mungkin Prabowo ingin memberikan pesan makna politis (political meaning) sehingga Prabowo tercitrakan sebagai calon presiden 'negarawan' dan ‘nasionalis’," kata Pangi.
Pangi berpendapat seharusnya Prabowo tampil menyerang atau menyerang balik, mengkritik soal infrastruktur Jokowi.
Tetapi, Prabowo tidak memakai data yang kuat untuk membantah soal infrastruktur kecuali hanya soal MRT Palembang dan Bandara Kertajati, Bandung.
"Mesti Prabowo bisa juga melebar pada narasi rendahnya harga sawit dan karet, beliau enggak mengambil momentum mengambil empati petani karet dan sawit pada konteks harga yang rendah. Tak hanya sekedar bagi-bagi 7 (tujuh) juta sertifikat, Prabowo bisa menanyakan soal lahan rakyat diambil investor dan pemilik modal," paparnya.
Sebagai penantang,Pangi menilai Prabowo gagal mengeksprolasi kegagalan dan titik lemah kebijakan petahana.
Jika Prabowo lebih cermat dengan analisis yang lebih mendalam Prabowo juga bisa memberikan serangan yang cukup merepotkan Jokowi.
"Oleh karena itu, situasi ini menjadikan panggung debat kedua kali ini seperti didominasi dan menjadi panggung milik Jokowi. Ditopang dengan basis data dan uraian capaian dan prestasi, pemaparan Jokowi terkesan lebih rapi, sehingga Jokowi terlihat lebih menguasai masalah," pungkasnya.
Simak videonya: