Tasawuf Underground, Cara Lain Merangkul Anak Jalanan dan Punk
Kerisauan Halim Ambiya (45) melihat minimnya pendidikan agama terhadap anak-anak punk dan jalanan membuatnya tergerak untuk turun tangan.
Penulis: Annas Furqon Hakim | Editor: Ferdinand Waskita Suryacahya
Mereka tidak hanya diajarkan shalat, mengaji, dan hadits, tetapi juga dibekali ilmu keterampilan seperti menyablon, desain grafis, serta bermain musik.
Halim berharap anggapan negatif di masyarakat tentang anak punk dan jalanan dapat hilang.
“Lihat tampilannya berbeda, bertato, sudah dicurigai mencuri sandal. Padahal mereka hanya datang untuk merasakan bagaimana kesejukan masjid,” katanya.
• Polisi Sebut Pembunuhan Anak Punk di Pamulang Sudah Direncanakan
• Pelatih Persela Lamongan Juluki Saddil Ramdani Ali Topan Anak Jalanan
“Tapi orang-orang di masjid, yang konon dianggap suci, menganggap mereka sampah. Padahal itu tugas masjid untuk merangkul mereka. Masjid harus menjemput bola.”
Kegiatan Tasawuf Underground di kolong jembatan Layang Tebet berlangsung setiap Jumat dan Sabtu pada pukul 14.00 hingga 17.00 WIB.