Pakai Setelan Jas Krem, Prabowo Subianto Hadiri Puncak Perayaan HUT ke-67 Kopassus
Pantauan TribunJakarta.com di lokasi, sejumlah mobil dengan pengawalan ketat silih berganti melenggang masuk ke markas Kopassus tempat acara digelar.
Penulis: Bima Putra | Editor: Wahyu Aji
AS menilai pisau buatan Fairbairn ini sangat efektif untuk digunakan oleh agen intelijen mereka.
Pisau Fairbairn & Skyes kemudian menjadi idola di kalangan pasukan khusus dunia.
Royal Marines, 1st Independent Parachute Brigade Plandia, ParaCommando Brigade Belgia, Grup Gerak Khas Malaysia, dan pasukan Komando Singapura adalah beberapa pengguna setia psau ini.
Kehadirannya di Indonesia sendiri tidak terlalu jelas.
Beberapa literatur menyebut bahwa pisau ini diperkenalkan di masa-masa awal Kopassus saat masih menyandang nama Kopassandha.
Tapi siapa yang membawa pisau Fairbairn & Skyes ini tetap tidak jelas.
Yang jelas, pisau ini telah menjadi saksi mata tangguhnya pasukan baret merah di dalam perjalanan bangsa ini.
Penembak jitu

Untuk menjadi prajurit yang tangguh, para prajurit Kopassus diwajibkan memiliki kemampuan menembak jitu.
Latihan bakal terus menerus dilakukan sampai mereka mampu memegang seluruh senjata, mulai pistol, senapan serbu hingga penembak runduk.
Pendidikan ini dilakukan selama enam sampai delapan minggu. Penyelesaiannya tergantung dengan tantangan yang dihadapi para calon prajurit sebelum akhirnya dinyatakan lulus dan berhak melanjutkannya ke pendidikan madya dan utama.
Pengintaian dan intelijen

Selain kemampuan bertahan dan tempur, seorang prajurit komando juga wajib memiliki kemampuan intelijen dan pengintaian.
Para calon prajurit pun akan melanjutkan pendidikannya ke Sekolah Sandi Yudha atau populer dengan nama Sandha.
Keahlian ini tidak hanya berlaku pada operasi intelijen seperti penyelidikan, dan pengintaian tapi juga tahap eksekusi sesuai perintah yang diberikan. Hal ini berbeda dengan kesatuan lain yang melaksanakannya harus menunggu atau menyerahkan kepada satuan lainnya untuk bertindak.
Ini berarti Prajurit Sandha hanya melaksanakan apa yang diperintahkan, dan semaksimal mungkin menghindari bias waktu menjalankan tugas.
Selama mengikuti pelatihan, setiap prajurit wajib untuk tidak membuka penyamaran yang telah diberikan.
Jika terungkap atau lawan mendapatkan informasi dengan mudah, maka sanksi yang diberikan adalah pemulangan ke satuan asal.