Pilpres 2019
Ijtima Ulama III Singgung Fatwa Alternatif, MUI: Fatwa Keabsahan Pemilu Minta ke Mahkamah Konstitusi
Majelis Ulama Indonesia menegaskan untuk fatwa politik praktis untuk keabsahaan Pemilu 2019 caranya meminta ke MK, bukan MUI apalagi Ijtima Ulama III.
Penulis: Y Gustaman | Editor: Y Gustaman
Satu di antara rekomendasi yang paling "keras" adalah usulan agar capres-cawapres Jokowi-Maruf Amin didiskualifikasi.
Ulama pendukung capres-cawapres 02, Prabowo-Sandi meminta Bawaslu dan Komisi Pemilihan Umum (KPU) untuk membatalkan atau mendiskualifikasi pasangan 01 Jokowi-Ma'ruf.
Beberapa ulama yang hadir di antaranya KH Abdul Rasyid Abdullah Syafie, Ustaz Yusuf Muhammad Martak, Ustaz Zaitul Rasmin, Ustaz Slamet Maarif, KH Sobri Lubis, dan Ustaz Bachtiar Nashir.
Dalam kesimpulan acara, Yusuf Martak, Ketua Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Ulama mengatakan, "Telah terjadi berbagai kecurangan dan kejahatan yang bersifat terstruktur, sistematis, masif dalam proses penyelenggaraan Pemilu 2019."
Prabowo yang juga hadir dalam acara mengatakan bahwa kesimpulan pertemuan "cukup komprehensif dan tegas."
Saat ditanya apa yang dimaksud dengan kejahatan dalam proses pemilu, Slamet Maarif pun menjelaskan.
"Kenapa kita peserta Ijtima mengatakan ada kejahatan, karena ada perbuatan-perbuatan curang yang mengarah ke kejahatan," ungkap Slamet Maarif yang juga Ketua Ijtima Ulama III.
Slamet Maarif mencontohkan salah satu kejahatan di antaranya menzalimi suara orang, memerintahkan suara hak orang.
"Kemudian fakta-fakta di lapangan ditemukan bntuk kejahatan juga yang kita indikasikan terstruktur, sistematis, dan masif," ungkap Slamet Maarif.
Sejauh ini kubu Prabowo-Sandiaga belum menunjukkan metode penghitungan dalam klaim mereka bahwa capres nomor urut 02 itu menang dalam Pemilu.
Dalam kesempatan itu, penyelenggara juga membantah tuduhan bahwa seolah-olah Ijtima Ulama ini berusaha menggiring opini bahwa seolah-olah Pemilu 2019 diwarnai kecurangan.
"Justru para ulama datang ke sini untuk memberikan ketenangan kepada umat," kata Ustaz Bachtiar Nasir.
Bachtiar mengklaim kehadiran ulama justru untuk apa yang dia sebut sebagai upaya "meredam" suara-suara pendukung capres Prabowo-Sandi yang menganggap ada kecurangan pada penyelenggaraan 2019.
"Posisi kami harusnya diapreasiasi, karena ada arahan (dalam forum agar pendukung Prabowo Subianto) tenang, aman, tidak boleh ada chaos," kata Bachtiar Nasir. (TribunJakarta.com/Tribunnews.com)