Ramadan 2019
Identik dengan Toko Minyak Wangi, Ternyata Begini Sejarah Kawasan Condet
Ia menambahkan lokasi sepanjang Jalan Raya Condet merupakan akses warga, sehingga kawasan tersebut menjadi pusat penjualan bibit minyak wangi.
Penulis: Nur Indah Farrah Audina | Editor: Ilusi Insiroh
Sampai sekarang pun, banyak masyarakat yang masih mengetahui jika Condet masih disebut sebagai Kampung Kramat.
Meski Dituakan, Warga Condet Jaga Kesederhanaan 3 Makam Ini
Makam Ki Tua yang terletak di bantaran Sungai Ciliwung dan disebut makam tertua di wilayah Condet bukan satu-satunya makam yang dituakan di TPU Kober Wakaf Balekambang.
Iwan Sulaeman (32), satu warga Condet mengatakan ada dua makam lain yang dituakan di TPU Kober Wakaf, yakni makam Pangeran Astawana dan makam H. Mahmud atau Dato Imut.
Meski dituakan dan berperan besar dalam penyebaran agama Islam di wilayah Condet, Iwan menuturkan ketiga makam tersebut tak mendapat perlakuan khusus.
"Makam ini memang dari dulu dibiarkan sederhana, enggak ada perlakuan khusus atau bagaimana. Sengaja dibiarkan sederhana saja dari dulu," kata Iwan di Kramat Jati, Jakarta Timur, Minggu (5/5/2019).
Dia mencontohkan makam Ki Tua yang tak dipindahkan dari bantaran Sungai Ciliwung dan letaknya cukup terpencil dibanding makam lainnya.
Posisi makam yang dibiarkan sedikit miring menghadap kiblat, ketiadaan nisan, dan puluhan batu kali di sekelilingnya merupakan tanda kondisi makam tak pernah berubah.
"Kalau dilihat makam Ki Tua ini enggak cuman tanpa batu nisan. Makamnya agak miring, seperti posisi sejadah pas salat. Posisi ini enggak pernah berubah," ujarnya.
Peziarah yang datang pun tak diharuskan membawa bawaan khusus, cukup niat tulus dan memanjatkan doa kepada Allah SWT layaknya berziarah ke makam.
Merujuk cerita orang tuanya, baik Ki Tua, Pangeran Astawana, dan Dato Imut semasa hidup merupakan sosok yang sederhana sehingga tak ingin makamnya diperlakukan khusus.

"Kalau mau ziarah ya biasa saja, enggak perlu sampai berlebihan seperti menginap. Memang almarhum alim Ulama yang memiliki Karamah, tapi ketika berdoa kita tetap harus meminta ke Allah SWT," tuturnya.
Perihal sosok Ki Tua, Pangeran Astawana, dan Dato Imut semasa hidup, Iwan mengatakan hanya segelintir warga asli Condet yang mengetahui kisah ketiga almarhum.
Satu hal yang pasti bagi warga Condet, ketiganya merupakan sosok Ulama yang berperan besar dalam penyebaran agama Islam dan perjuangan rakyat Indonesia di zaman penjajahan.
"Saya enggak tahu pasti kapan meninggalnya, tapi tiga makam ini termasuk yang dituakan. Mereka termasuk tokoh yang berjasa bagi warga Condet," lanjut Iwan.