Jadi Kuli Panggul Sejak 1994, Asep Sebut Pamor Pasar Pagi Mangga Dua Semakin Menurun

Diakuinya, Pasar Pagi Mangga Dua memang sepi saat ini dibandingkan dengan awal-awal dia bekerja disana tahun 1994 dulu.

Penulis: Afriyani Garnis | Editor: Muhammad Zulfikar
TribunJakarta.com/Afriyani Garnis
Suasana di Pasar Pagi Mangga Dua, Pademangan, Jakarta Utara, Kamis (23/5/2019). 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Afriyani Garnis

TRIBUNJAKARTA.COM, PADEMANGAN - Asep Nur (49) merupakan satu diantara kuli panggul di Pasar Pagi Mangga Dua, Pademangan, Jakarta Utara.

Saat ditemui, Asep sedang bersantai menunggu arahan pemilik toko yang ingin menggunakan jasanya.

Ya, tugas utama Asep adalah membawakan barang-barang milik toko atau pengunjung yang membutuhkan tenaganya.

Di Pasar Pagi Mangga Dua, disebutkan Asep ada lebih dari 120 kuli panggul yang bekerja.

Dengan berseragam kaos berwarna hijau mereka bekerja dengan menawarkan jasa angkut barang.

Asep sudah 21 tahun bekerja menjadi kuli disana.

"Disini ada lebih dari 120 kuli panggul sepertinya, tugasnya ya kadang disurih sama pemilik toko bawa barang, atau pengunjung juga ada. Tapi dalam sehari ngak semua kuli kerja, ngak sampai 100 lah tiap harinya," ucap Asep saat ditemui, Kamis (23/11/2019).

Meski banyak kuli panggul yang menggantungkan hidupnya disana, Asep tidak merasa tersaingi.

Menurutnya puluhan kuli sudah tersebar ke seluruh bagian pusat perbelanjaan itu.

"Kan sudah kebagi, ada yang di Blok A, Blok B dan lain-lain. Tergantung rejekinya saja, ya minimal 10 kali angkut adalah sehari," kata Asep.

Diakuinya, Pasar Pagi Mangga Dua memang sepi saat ini dibandingkan dengan awal-awal dia bekerja disana tahun 1994 dulu.

Kini, pamor Pasar Pagi Mangga Dua menurutnya semakin berkurang dibanding Pasar Tanah Abang.

"Dulu kan sama Tanah Abang sama, sekarang kayaknya orang lebih milih ke Tanah Abang. Kalau dibandingin yang dulu memang sepi sekarang. Toko juga banyak yang ngeluh karena sepi. Banyak juga yang pilih pindah ke Tanah Abang," terangnya.

"Padahal menurut saya lebih enak disini," lanjut dia.

Hadapi PSIS Semarang, Bek Asing Persija Jakarta Siap Tutup Ruang Gerak Silvio Escobar

Mengenai tutupnya ribuan toko di Pasar Pagi Mangga Dua kemarin disebutkan Asep karena imbas dari Aksi 22 Mei.

Diceritakannya, 1998 lalu Pasar Pagi Mangga Dua memang hampir dijarah oleh massa saat itu.

"Kemarin kan tutup, itu bisa jadi karena ada demo kemarin yang Aksi 22 Mei, tahun 1998 dulu kan disini sempat mau dijarah juga. Jadi mungkin belajar dari yang dulu makanya pada tutup," cerita dia.

Asep sempat datang untuk bekerja, namun karena kondisi yang sepi dan hanya beberapa toko yang buka ia kemudian pulang pukul 12.00 siang.

"Saya kesini kemarin, tahu disini sepi akhirnya jam 12 saya pulang abis salat dzuhur, soalnya kan enggak ada kerjaan juga. Toko juga nggal lama bukanya, bisa dihitung pakai jari lah yang buka kemarin," tutupnya.

Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved