Cerita Penjual Oleh-oleh di Monas: Sering Jadi Lokasi Demo, Tak Selalu Membawa Untung
Namun menurut beberapa pedagang, berjualan di sekitar Monas, tak selalu membawa untung meskipun merupakan salah satu destinasi wisata.
Penulis: Pebby Ade Liana | Editor: Wahyu Aji
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Pebby Adhe Liana
TRIBUNJAKARTA.COM, GAMBIR - Pusat dagangan oleh-oleh, sering kali kita dijumpai di kawasan Lenggang Jakarta, IRTI Monas Jakarta Pusat.
Mereka menjajakan aneka oleh-oleh khas Jakarta untuk para wisatawan yang ingin berlibur ke Monas.
Namun menurut beberapa pedagang, berjualan di sekitar Monas, tak selalu membawa untung meskipun merupakan salah satu destinasi wisata.
Sebab, sebagai wilayah pusat pemerintahan, kawasan Medan Merdeka tepatnya sekitar Patung Kuda sering kali digunakan sebagai lokasi aksi bagi masyarakat yang ingin menyuarakan aspirasinya terhadap pemerintah.
"Kalau ada demo sekitar sini, jelas berpengaruh. Kan gak ada yang main kesini. Mereka pada takut, jadinya sepi," kata penjaga kios oleh-oleh bernama 'Betawi Store', milik Pemprov DKI Jakarta yang enggan disebutkan namanya.
Ia mengatakan, beberapa aksi yang digelar di kawasan Patung Kuda, berpengaruh terhadap pendapatan toko.
Pasalnya, apabila aksi tersebut berpotensi mengundang kerusuhan maka masyarakat pun takut dan enggan berkunjung ke Monas. Seperti saat aksi 22 Mei beberapa waktu lalu misalnya.
"Padahal kalau normal, sehari bisa dapat sekitar Rp 800 ribu atau Rp 700 ribu," kata dia.
Salah satu oleh-oleh yang paling diminati di pusat jajanan khas Betawi tersebut, adalah replika ondel-ondel.
Menurut dia, untuk sepasang replika ondel-ondel bisa terjual dari harga Rp 50 ribu hingga Rp 150 ribu.
Ia pun tak menapik bahwa kios milik Pemprov DKI bersama Bamus Betawi itu sering mengalami kerugian meski ramai dikunjungi pembeli.
"Kalau demo, kadang sekalinya sepi, sepi banget. Mungkin pada takut ke sini. Tapi kalau lagi ramai, kebanyakan pembelinya ya bawa anak-anak. Nah yang belinya banyak tapi yang jaga cuma satu (kasir). Jadi ambil-ambil aja gak keliatan. Jadi kalau orang ambil, gak keliatan," ujarnya.
Kios tersebut, seharusnya memang dilengkapi oleh CCTV untuk memantau keamanan di dalam toko.
Namun, diketahui CCTV di kios tersebut sedang mengalami kerusakan.
Sang penjaga kios pun mengatakan bahwa kasir yang bertugas, sering kali kebobolan.
Lantaran tak dapat mengawasi seluruh pengunjung saat sedang ramai. Kerugian pun baru bisa terlihat setiap para pemasok memasukan dagangannya tiap bulan.
"Ruginya banyak. Bisa Rp 700 ribu. Itu ketahuannya kan ada suplayernya. ngasih data kemaren masuk barang berapa, sisa berapa. Itu bulanan. Biasanya souvenir tuh, kalau makanan gak bakal ilang, hilang juga masih bisa keganti," katanya.