Terapi Lintah Jadi Pengobatan Alternatif Berbagai Penyakit: Asam Urat Hingga Diabetes, Berani Coba?

Seorang terapis dari padepokan Tafakur Alam Tapa Pendam yang sudah menggunakan lintah menjadi alat terapi sejak 2007 silam.

Penulis: Anisa Kurniasih | Editor: Erik Sinaga
TribunJakarta/Anisa Kurniasih
Terapis Efendi Risanto saat sedang melakukan terapi sedot lintah dengan pasiennya. 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Anisa Kurniasih

TRIBUNJAKARTA.COM, PONDOK AREN- Mendengar kata lintah, sebagian orang menganggap binatang tersebut adalah menjijikan.

Namun, sebagian orang rupanya memanfaatkan binatang penghisap darah ini menjadi sebuah media terapi pengobatan alternatif berbagai penyakit.

Contohnya ialah Efendi Risanto, seorang terapis dari padepokan Tafakur Alam Tapa Pendam yang sudah menggunakan lintah menjadi alat terapi sejak 2007 silam.

Lintah pun digunakan sebagai salah satu penyembuh serba guna untuk segala penyakit.

Efendi mengatakan bahwa cara kerja lintah untuk terapi tak cuma menghisp darah kotor yang ada dalam tubuh manusia, air liurnya yang mengandung antikoagulan atau anti pembekuan darah sangat bermanfaat.

Di kerongkongan tempat isapannya terdapat tiga rahang berbentuk setengah gergaji, dihiasi sampai 100 gigi kecil.

"Lintah mengeluarkan semacam liur (zat hirudin) yang bercampur dengan darah dan membawanya ke seluruh tubuh, Kemudian sedotannya itulah yang membuat sirkulasi darah menjadi lancar," ujar Efendi kepada TribunJakarta.com, Kamis (4/7/2019).

Pada penyakit tertentu, menurut Efendi permasalahannya ada di penyumbatan saluran darah sehingga dalam terapi ini air liur lintah berperan untuk memperbesar peredaran darah misalnya pada penyakit jantung atau ginjal.

Sejumlah penyakit yang bisa diobati diantaranya kolesterol, asam urat, jantung, kelenjar, diabetes, reumatik, pengapuran, stroke, gatal-gatal dan masih banyak lagi.

Dalam pengobatannya, Efendi menggunakan dua Jenis lintah yang dipakai yaitu lintah kebo, dan lintah rawa.

"Saya pakai dua jenis itu, lintahnya pun cuma sekali pakai saja, jadi beda pasien beda lintah lagi seperti jarum suntik," tambahnya.

Lintah tersebut nantinya ditempelkan pada titik - titik di bagian tubuh yang sakit dengan jumlah lima tingga tiga puluh lintah tergantung kebutuhan.

Setiap pengobatan pada pasien, bisa memakan waktu satu sampai satu setengah jam dalam sekali terapi.

Pasien pun disarankan untuk makan terlebih dahulu sebelum terapi karena setelah proses penyedotan darah kotor tubuh akan terasa lemas dan lapar.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved