Asal-usul Cap Tikus, Miras Asli Minahasa dan Kaitannya dengan Kebakaran Kompleks Pasar Ikan Manado

Cap Tikus adalah minuman beralkohol tradisional Minahasa dari hasil fermentasi dan distilasi Air Nira dari Pohon Aren.

Editor: Muji Lestari
Tangkapan Layar TribunManado
Ilustrasi: Cap Tikus 1978 kemasan 320 Ml dipasarkan Rp 80 ribu per botol. 

Cap tikus dijual seharga 5 hingga 10 sen per liter, itu harga petani dijual ke para pengumpul. 

Minuman itu dimasukkan ke botol-botol yang diberi lebel bergambar seekor tikus.

Cap tikus dalam kemasan botol ini lalu dipasarkan di tempat-tempat umum.

Harga jual per botol 25 hingga 50 sen.

Cap Tikus 1978
Cap Tikus 1978 (Tangkapan Layar TribunManado)

Tradisi Eropa

Denni menjelaskan, kebiasan menengak miras oleh orang Minahasa sudah ada sejak abad 19.

Menular dari kebiasaan orang barat di masa kolonial Belanda. 

Perdagangan miras semisal whisky dan Brandi di Eropa,  ikut tembus ke daerah kolonial. 

Belakangan, teknologi penyulingan ikut diperkenalkan, hingga ke pelosok.  

Denni mengatakan, menurut sejarawan Minahasa,  Jessy Wenas,  teknik penyulingan cap tikus ini diperoleh orang Minahasa yang jadi tentara kolonial ketika ditugaskan ke Jawa.  

Sejak zaman kolonial, di beberapa daerah sudah muncul beragam nama minuman tradisional. 

Di Ambon disebut sopi, kemudian disebut arak di daerah jawa. 

Saguer sebutan orang Minahasa, saguer fermentasi ini kemudian disuling 

"Kalau perkirakan akhir abad 19 orang minahasa membuat cuka saguer kemudian dimasak jadi captikus," kata dia Denni. 

Tradisi orang Eropa, menyuguhkan minuman keras seperti brendi atau whisky saat menyambut tamu. 

Halaman
1234
Sumber: Tibun Manado
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved