Lokasi Pembongkaran Bangunan Lahan Pengairan PUPR Jadi Lahan Rezeki Bagi Komeng
Lokasi bekas gusuran ini sangat bermakna baginya, baru menjelang siang hari saja dia sudah mampu mengumpulkan sekitar 30 kilogram besi bekas
Penulis: Yusuf Bachtiar | Editor: Muhammad Zulfikar
"Kalau paling sedikit Rp 50 ribu, beda-beda si, besi bekaskan satu kilonya Rp 2,500 paling sehari dapet 10 - 50 kilo, kalau disini bisa lebih karena banyak setengah hari aja ini udah kira-kira Rp 30 kilo nanti sore balik lagi," jelas dia.
Komeng mengaku sebelum berprofesi sebagai pengumpul besi bekas, dia sempat kerja sebagai anak buah kapal. Namun karena kekurangan biaya untuk sertifikasi pendidikan dia banting stir beralih profesi.
"Udah lima tahun kerja begini, dulu sempet jadi ABK (anak buah kapal), tapi enggak ada uang buat sekolah lagi jadi kerja behinian," jelas dia.
Selain Komeng, banyak pengumpul besi yang memanfaatkan lahan bekas gusuran untuk mendulang rezeki, bahkan dari mereka telihat membawa gerobak atau mobil pick up untuk dapat besi bekas lebih banyak.
Selain orang yang memang pengumpul besi bekas, beberapa diantaranya adalah warga sekitar yang sengaja ikut mencari rezeki. Fahmi salah satuya, setiap hari dia bekerja sebagai tukang parkir.
"Iseng aja cari besi bekas, lumayan kalo dapet banyak kan bisa dijual, kalo setiap hari saya tukang parkir," terang dia.
Adapun pembongkaran di lahan pengairan milik PUPR dilakukan Pemerintah Kota Bekasi untuk upaya normalisasi Daerah Aliran Sungai (DAS) Jatiluhur. Ada sebanyak 74 banguan serta 57 KK yang terdampak.
Proses pembongakran sempat ricuh ketika warga dibantu mahasiwa berusaha mencegah petugas yang hendak melakukan eksekusi.
Warga korban gusuran merasa selama ini sosialisasi dari Pemkot Bekasi sangat minim. Mereka hanya kurang lebih dikasi waktu satu bulan untuk mengosongkan lahan sebelum eksekusi.