VIDEO Debu Tebal Pascaerupsi di Kawasan Wisata Gunung Tangkuban Parahu & 2 Warga Dilarikan ke Klinik

Pantauan Tribun Jabar, pintu masuk di Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Tangkuban Parahu pun telah ditutup pihak pengelola.

Penulis: Wahyu Aji Tribun Jakarta | Editor: Ferdinand Waskita Suryacahya
Tribunjabar/Hilman Kamaludin
Situasi terkini di sekitar Gunung Tangkubanparahu, Jumat (26/7/2019). 

"Dilihat dari arah barat, engga kayak perahu terbalik, dilihat dari arah timur engga kayak perahu juga dan apalagi jika dilihat dari arah utara, sama sekali tidak berbentuk perahu terbalik," jelasnya.

Bachtiar pun menyinggung soal legenda Tangkuban Perahu, yakni, cerita Sangkuriang dan Dayang Sumbi, di mana diceritakan dalam cerita itu Sangkuriang adalah anak dari Dayang Sumbi. Sangkuriang dan Dayang Sumbi (ibunya) berpisah sekian lama.

Pada suatu waktu, Tuhan mempertemukan kembali antara ibu dan anak itu. Namun, saat keduanya bertemu, Sangkuriang malah jatuh cinta sama ibunya (Dayang Sumbi).

Sangkuriang pun tidak menyadari, jika yang dicintainya itu adalah ibunya sendiri. Jelas, Dayang Sumbi menolak dicintai oleh Sangkuriang karena Dayang Sumbi tahu betul yang mencintainya itu adalah anaknya kandungnya sendiri.

Dayang Sumbi menegaskan, tidak mungkin seorang anak bercinta (menjalin kasih) dengan ibunya sendiri. Namun, saking terpesonanya Sangkuriang dengan kecantikan ibunya itu, Sangkuriang bersikukuh untuk mendapatkan cintanya Dayang Sumbi.

Sangkuriang pun tidak percaya, yang dicintainya itu pun adalah ibu kandungnya sendiri. Sangkuriang terus ngotot mendapatkan cinta Dayang Sumbi.

Hingga akhirnya, Dayang Sumbi memberlakukan persyaratan yang harus dikerjakan Sangkuriang, yakni, membuat perahu dalam waktu satu malam.

Jika perahu itu selesai dalam satu malam, Sangkuriang diperbolehkan Dayang Sumbi untuk menikahinya. Dengan senang hati, Sangkuriang menyanggupi persyaratan itu.

Sangkuriang pun berpikir, tidak mungkin menyelesaikan pekerjaannya itu (membuat perahu) diselesaikan dalam jangka waktu satu malam. Akhirnya, Sangkuriang meminta bantuan jin untuk membantu dan mempercepat pekerjaannya itu.

Sementara, Dayang Sumbi pun tak tinggal diam, saking tidak mau dinikahi oleh anaknya sendiri. Dayang Sumbi pun memanjatkan doa tak henti kepada Yang Kuasa selama Sangkuriang membuat perahu agar pekerjaan membuat perahu tidak selesai dimalam itu.

Berkat doa Dayang Sumbi, akhirnya perjalanan malam berlangsung sangat cepat dan akhirnya terbitlah fajar. Sementara, meskipun Sangkuriang dibantu jin, pekerjaannya pun tidak selesai, padahal tinggal sedikit lagi.

Ternyata, pagi datang begitu cepat. Persyaratan pun gagal dipenuhi Sangkuriang, sehingga keinginan Sangkuriang menikahi Dayang Sumbi pun gagal.

Gagal memenuhi persyaratan yang diminta Dayang Sumbi, Sangkuriang marah besar. Saking marahnya, Sangkuriang menendang sangat keras perahu yang dibuatnya hampir selesai itu.

Perahu ditendang hingga terbang melayang dan terjatuh terbalik. Dan dimitoskan, perahu yang terbalik yang ditendang Sangkuriang itu, sekarang yang menjadi Gunung Tangkuban Parahu.

Demikian singkat cerita. Bachtiar menambahkan, bahwa yang menciptakan cerita itu adalah orang selatan. "Jadi yang menciptakan legenda itu (Tangkuban Parahu), ya, pasti orang selatan," pungkasnya.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved