HUT ke 74 Kemerdekaan RI

Ibunda Cerita Tangan Paskibra Tangsel Aurel Luka Lebam karena Cubitan dan Push Up Kepal Saat Diklat

Luka lebam terdapat di beberapa bagian tubuh jenazah Aurellia Qurratu Aini. Ibunda ungkap penyebabnya.

Istimewa/Tangkap layar Instagram @benyamindavnie
Paskibra Tangerang Selatan Aurellia meninggal dunia 

Sri memaparkan, hampir setiap hari selain Jumat, Aurel harus sudah sampai lokasi latihan pada pukul 06.00 WIB dan selesai latihan sampai 16.30 WIB.

Posisi rumah yang jauh membuat Aurel harus jalan dari rumah antara pukul 04.00 dan 05.00 WIB.
Setelahnya dia baru sampai rumah lagi setelah latihan, sekira pukul 19.30 WIB.

Ditambah lagi beban menulis diary atau buku harian.

Hal itu membuat Aurel bangun pukul 03.00 WIB dini hari untuk menulis kesannya terhadap diklat yang dijalaninya per hari.

"Karena dia sampai rumah lebih dari magrib, karena rumah kami memang cukup jauh, sekitar jam 7 atau setengah 8 malam. Dia baru bisa tidur jam setengah 9 setelah salat dan membersihkan diri. Tapi dia harus bangun lagi hampir selalu jam 3 pagi, untuk membuat cerita buku harian," paparnya.

Usaha keras membuat buku harian setiap subuh dengan istirahat yang minim, berbuah beban psikis tambahan, karena tulisan Aurel dalam diary itu disobek pada Rabu (31/7/2019).

Aurel harus mengulang menulis diary selama 22 hari pelatihan.

Setiap harinya, ia harus menulis dua halaman dan jika ditotal selama 22 hari, ia harus menulis sekian puluh halaman hanya dalam waktu satu hari.

Bayang-bayang hukuman membuat psikis Aurel beegejolak.

Gempa Banten, 1 Orang Wanita Berumur 48 Tahun Meninggal Serangan Jantung karena Panik

Polri Lakukan Rotasi, Kapolrestro Jakarta Selatan Kombes Pol Indra Jafar Duduki Jabatan Baru

Sinopsis Drama India Ishq Subhan Allah Episode 20, Sabtu 3 Agustus 2019 Pukul 14.30 WIB di ANTV

Terlebih, pada pelatihan Paskibraka, jika ada satu orang yang melakukan kesalahan, yang dihukum semuanya.

"Dan saat buku harian itu semua dirobek, sudah kurang lebih 22 hari membuat harian, dirobek dan harus menyalin dari ulang, itu sedikit memberikan pressure yang lebih lagi bagi Aurel di tengah istirahatnya yang sangat kurang," ujarnya.

Menurut Sri, tekanan psikis seperti itu dialami semua para calon Paskibraka yang menjalani diklat.

Namun dengan besar hati, Sri menerima anaknya lah yang menjadi pengingat bagi tim pelatih dan penyelenggara diklat itu dari Purna Paskibraka Indonesia (PPI) Tangsel.

"Tidak ada salahnya, tidak ada yang salah dengan sistem yang sudah dibuat Purna Paskibraka Indonesia. Tapi oleh beberapa oknum yang latah dan berlebihan. Itu yang membuat pendidikan yang dijalani Aurel dan teman-temannya menjadi jauh lebih berat dari biasanya," ujarnya.

Cerita Sang Ibu Saat Hari Terakhir Bersama Paskibra Tangsel Aurel di Rumah

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved