Cerita Hamid, Keliling Jual Tikar Anyaman Rumput Mendong untuk Hidupi Anak dan Cucunya di Tasik

"Pernah selama tiga hari berturut-turut tak ada yang beli," ungkapnya saat ditemui TribunJakarta.com di pinggir jalan Pejaten pada Senin (5/7/2019).

Penulis: Satrio Sarwo Trengginas | Editor: Wahyu Aji
TRIBUNJAKARTA.COM/SATRIO SARWO TRENGGINAS
Penjual tikar rumput mendong di Pejaten pada Senin (5/7/2019). 

Menurutnya, anak-anak muda sudah tak ada yang mau berjualan tikar seperti dirinya.

"Orang muda, udah enggak mau dagang kayak kami begini," katanya seraya tertawa.

Ia seringkali pulang ke kampung halamannya di Tasikmalaya jika uangnya mencukupi.

Di sana, Hamid bekerja sebagai petani.

Hidupi Anak dan 10 Cucu di Kampung

Ia berulang kali diingatkan oleh anaknya untuk tidak lagi bekerja mengingat usianya yang kian menua.

Namun, kebutuhan hidup yang terdesak membuat dirinya harus bekerja.

Hamid memiliki tiga orang anak namun dua anaknya sudah tutup usia meninggalkanya lebih dulu.

Kini, ia harus menghidupi dirinya sendiri serta satu orang anak dengan 10 orang cucu dan dua cicit.

"Anak saya bilang jangan kerja, tapi bagaimana kebutuhan hidup banyak. Saya punya anak 10 cucu, dan dua cicit," tambahnya.

Dalam sebulan biasanya, ia mengantongi Rp 2 juta untuk dibawa pulang kampung di Tasik.

"Kerja begini sebenarnya capek ya, jalan kaki terus-terusan. Tapi buat hidup, biasanya sebulan dapat uang Rp 2 juta saya bawa ke kampung," ujarnya.

Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved