6 Fakta Satu Keluarga Tewas Saat Kebakaran Teluk Gong: Sang Ayah Masuk Kobaran Api dan Teriakan Anak
Pasangan suami istri TN (45) dan JR (44) meregang nyawa bersama kedua anaknya, EW (17) dan KW (8), dalam kebakaran di sebuah ruko di Teluk Gong
Penulis: Gerald Leonardo Agustino | Editor: Ferdinand Waskita Suryacahya
Karenanya, anak sulung korban hanya bisa pasrah melihat orang tua dan adik-adiknya dari luar ruko yang terbakar.
"Jadi anaknya itu ada dua yang terpanggang. Ada satu lagi anaknya baru datang, dia kuliah di Bandung, posisinya di luar (lokasi kebakaran)," kata Mustakim.
Mustakim enggan membeberkan identitas maupun keberadaan anak sulung korban.
Namun, ia mengatakan bahwa pemuda itu masih syok dengan adanya peristiwa kebakaran itu.
"Syok dia. Karena kehilangan bapak ibunya, kehilangan adik-adiknya," ucap Mustakim.
Arifin juga mengatakan dirinya sempat melihat anak sulung korban ketika kebakaran terjadi.
Dini hari tadi, Arifin melihat seorang pemuda yang berteriak-teriak di depan ruko yang terbakar.
Pemuda itu panik sambil berseru ke arah ruko yang masih dalam kobaran api.
"Saya sempat lihat itu ada yang teriak, 'papa, papa, keluar!'. Saya pikir ini siapa, soalnya jarang kelihatan. Ternyata anaknya bapak ini (TN)," ucap Arifin.
5. Sosok yang suka bergaul dan berbagi
Satu keluarga yang meregang nyawa dalam kebakaran di Teluk Gong sudah tiga tahun menempati ruko itu.
Menurut Arifin, selama tiga tahun ini korban dikenal berbaur dengan tetangganya.
"Mereka orangnya bergaul, baik, udah lama kita kenal, ya temen lah," kata Arifin.
Arifin menyatakan, ruko tempat tinggal korban sering dijadikan tempat kumpul tetangga.
Sering di waktu sore hari, para tetangga korban berkumpul di depan ruko itu untuk mengobrol.
"Iya apalagi orang-orang kita (tetangga), setiap sore kita ramai-ramai nongkrong di depan rumahnya kok," ucap Arifin.
Tetangga korban lainnya, Muhammad Khoerullah (40) mengungkapkan satu keluarga itu termasuk orang yang ringan tangan.
Mereka sering membantu maupun berbagi kepada warga di sekitar rumahnya.
"Iya baik mereka. Sering ngasih-ngasih barang atau makanan gitu ke tetangga. Baik deh orangnya," ucap Khoerullah.
6. Soal teralis besi

Suku Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat) Jakarta Utara menilai penggunaan teralis besi pada rumah toko (ruko) menjadi sebuah masalah tersendiri.
Kasudin Gulkarmat Jakarta Utara, Satriadi Gunawan mengatakan, teralis besi yang terpasang pada ruko sering menyulitkan petugas dalam memadamkan api.
Terakhir, dalam kebakaran yang menewaskan satu keluarga di Jalan K Teluk Gong, Pejagalan, Jakarta Utara, petugas hanya bisa melakukan penyiraman dari lantai dasar.
Petugas kesulitan menembus teralis besi yang ada di lantai 2 ruko.
Keberadaan teralis menjadi ironi tersendiri dalam upaya penanggulangan kebakaran.
Di satu sisi teralis besi dipakai pemilik ruko sebagai pengaman. Namun, di sisi lainnya, teralis menyulitkan upaya penanggulangan kebakaran.
"Ya iya, karena kan pengen selamat tapi enggak selamat," kata Satriadi kepada wartawan.
Menurut pengalaman Sudin Gulkarmat Jakarta Utara selama ini, kebanyakan ruko di kawasan Pejagalan memang dilengkapi dengan teralis besi.
Tak jarang, petugas damkar mesti bekerja ekstra guna menembus teralis tersebut.
Yang paling memungkinan adalah penggunaan gergaji besi khusus untuk memotong teralis besi.
Itu pun, ucap Satriadi, situasional. Ketika kondisi masih tidak memungkinkan untuk menyelamatkan korban, petugas tak bisa berbuat banyak selain mengevakuasi jenazah.
"Kita pakai gergaji besi. Tapi kan kondisinya kalau masih bisa diselamatkan, tapi kan kebakaran itu sudah tidak bisa keluar lagi kan, ya gimana," kata Satriadi.
Kebakaran yang menewaskan warga di dalam ruko, di daerah Pejagalan, bukan pertama kalinya terjadi dalam rentang waktu lima tahun terkahir.
Arifin, warga yang telah puluhan tahun tinggal di Teluk Gong, mengatakan bahwa kebakaran dengan objek ruko sudah sekian kali terjadi.
Seingatnya, peristiwa kebakaran maut di ruko pernah terjadi belum lama ini.
• Mati Listrik Disebut Bukan Karena Disabotase, Polisi Beberkan Hasil Investigasinya
• Pulang Kerja, Kuli Semangka Pasar Induk Kramat Jati Bunuh Istri dan Bakar Anaknya
• Mati Listrik Jawa dan Bali, Rizal Ramli Duga PLN Lakukan Penghematan dan Beberkan Ini
• BPOM Temukan Kosmetik Ilegal Asal Cina di Tangerang Senilai Rp 36 Miliar Dijual Online
• Jadi Solusi Pemprov DKI Tekan Polusi Udara, Penjualan Tanaman Lidah Mertua Meningkat
Kala itu, sekitar Februari tahun ini, dua orang warga terjebak di dalam sebuah ruko yang terbakar hingga meninggal dunia.
Peristiwa lainnya yang Arifin ingat terjadi sekitar empat tahun lalu. Ketika itu, satu keluarga tewas mengenaskan dalam ruko yang juga berteralis besi.
"Yang kebakaran itu dulu jadi korbannya nenek, mantu, cucu tiga keturunan tambah satu pembantu," terangnya.
Keberadaan teralis besi, kata Arifin, memang sudah menjadi hal umum pada ruko di sekitaran Pejagalan.
Warga sekitar masih menganggap kawasan Pejagalan rawan pencurian, sehingga teralis besi dipakai sebagai pengaman ruko.
"Karena di sini rawan (pencurian). Jadi mau pasang (teralis) salah, mau nggak pasang salah," ucapnya.