Jadi Saksi Hidup Stadion VIJ era 1960-an, Kakek Dullah Tagih Janji Anies Baswedan
Bagi Abdullah Palawa (77), Stadion VIJ menjadi salah satu bagian yang tak bisa dilepaskan dalam karir sepakbolanya.
Penulis: Satrio Sarwo Trengginas | Editor: Rr Dewi Kartika H
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Satrio Sarwo Trengginas
TRIBUNJAKARTA.COM - Bagi Abdullah Palawa (77), Stadion Voetbalbond Indonesische Jacatra (VIJ) menjadi salah satu bagian yang tak bisa dilepaskan dalam karir sepakbolanya.
Pria asal Manado itu sering bermain dan berlatih sepakbola di Stadion warisan era kolonial itu.
Saat pertama kali datang ke Jakarta tahun 1964, lapangan VIJ yang berada di daerah Petojo, Gambir itu telah berdiri.
Dullah mengenang Stadion yang memiliki luas 110 meter x 70 meter itu hanya lapangan kosong tanpa tribun penonton.
Lambat laun, Stadion VIJ ini sempat diambil alih oleh pihak Jasmani Daerah Militer (Jasdam) Kodam Jaya, sebagai sarana olahraga para tentara.
"Saat saya datang tahun segitu, lapangan sudah digunakan oleh Jasdam," kenangnya kepada TribunJakarta.com pada Selasa (20/8/2019).
Kompetisi sepakbola, lanjut Dullah, belum pernah digelar di Stadion VIJ.
Berkembang Era Ali Sadikin dan Harapan untuk Anies

Perkembangan Stadion VIJ ini tak terlepas dari peran Letjen Purnawirawan Ali Sadikin yang menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta saat itu.
Berkat Ali Sadikin, banyak perkembangan stadion yang diubah olehnya.
Ia meminta pihak Jasdam Kodam Jaya, saat itu, untuk pindah agar stadion bisa dibangun kembali.
"Diambil alih Ali Sadikin dari pihak Jasdam. Tapi ada proses tukar guling dipindahkan ke suatu tempat. Nah Stadion ini diambil," katanya.
Masa kepemimpinan Ali, lapangan VIJ dibangun layaknya stadion dengan adanya sebuah tribun penonton.

"Kalau dulu lapangannya lebih bagus menurut saya, ya. Kalau sekarang bergelombang enggak sebagus dulu. Udah jelek," imbuhnya.
Seiring bergerak majunya zaman, ada secercah harapan tatkala Gubernur Anies datang ke Stadion VIJ.
Dullah pun berharap Gubernur Anies menaruh perhatian lebih kepada Stadion VIJ ini.
Sebab, saat perayaan HUT MH Thamrin yang digelar di Stadion VIJ, Anies menyempatkan hadir pada bulan Februari silam.
Kehadiran Anies, diartikan oleh Dullah sebagai keseriusannya untuk membenahkan stadion VIJ agar kian layak.
Ia pun masih ingat perkataan Anies agar Stadion diperbagus.
"Belum lama Pak Anies ke sini, dia bilang sih mau dibikin rumput sintetis. Saya sih berharap ya," lanjutnya.
Sebab, lapangan yang berdiri sejak masa Hindia Belanda ini mengandung nilai historis perkembangan sepakbola di Jakarta.
"Ini kan yang beli Muhammad Husni Thamrin. Kasih ke lima klub yang ada di Pulau Jawa untuk kompetisi di sini," kenangnya.
Jadi Pemain Jakarta Putera di tahun 60-an

Karier Sepakbola Dullah itu bermula pada tahun 1964.
Saat itu, ia bertemu dengan salah satu pemilik Jakarta Putera sekaligus pengurus internal Persija, bernama Anwar Dado.
"Saya merantau dari Manado ke Jakarta tahun 1964. Terus diajak main sama pak Dado," kenangnya.
Padahal, pria yang akrab disapa Dullah itu awalnya tak berniat untuk menjadi pemain bola.
"Saya ke Jakarta malah niat ingin jadi pemain band," tambahnya.

Di Jakarta Pusat, kala itu, terdapat sekira 30 klub yang sering mengikuti kompetisi sepakbola.
Saat bergabung tim Jakarta Putera yang berada di Jakarta Pusat, Dullah sering ikut kompetisi yang rutin diadakan oleh Persija Jakarta.
Ia dan para pemain Jakarta Putera sering mempergunakan Stadion VIJ untuk berlatih.
"Kita sering berlatih di sana, untuk persiapan kompetisi. Salah satunya kompetisi yang diadakan Persija," ungkapnya.
Pemain bek kanan ini juga pernah pergi ke Australia dan Singapura bersama Jakarta Putera lantaran berhasil mengantarkan beberapa kali menjadi juara di kompetisi Persija.
Berkat Anwar Dado, ia dan para pemain lain bisa mencicipi ke luar negeri.
"Saat membela Jakarta Putera kita pernah ke Australia hanya sparing aja di sana. Kemudian jalan-jalan ke Singapura sama beliau juga," kenangnya.
Saat ini kompetisi yang rutin diadakan Persija sudah tidak pernah ada.
• Tanaman Lidah Mertua Viral, Stoknya Mulai Berkurang dan Harganya Mahal
• Putranya Ulang Tahun ke-17, Yuni Shara Bocorkan Keadaan Calvin Siahaan: Optimis Hadapi Hidup
• Tega Sebar Video Porno dengan Pacar ke Orangtua Korban, Aktivis Kampus Ngaku Sakit Hati Tak Direstui
• Alasan Pedagang Kaki Lima Masih Berdagang di Trotoar Jalan Kawasan Tanah Abang
• Balai Besar POM DKI Sita 5 Dus Produk Kedaluwarsa dari Toko Kosmetik dan Obat Pasar Mester
"Sudah enggak ada lagi, yang tersisa hanya klubnya aja, saya udah enggak tahu pengurusnya siapa," tambahnya.
Semenjak gantung sepatu di Tahun 1977, Dullah lebih sering menyaksikan anak-anak muda yang tergabung di SSB Atamora FC berlatih di Lapangan VIJ.
Ia pun sudah jarang bertemu dengan rekan-rekan pemain saat dulu merumput.
"Saya hanya menengok aja kalau ke lapangan, melihat para pemain berlatih. Enggak ketemu teman-teman, karena udah sebagian pada enggak ada," tandas pria dengan sembilan cucu itu.