Penjual Tanaman Hias di Jakarta Timur Keluhkan Persaingan Harga Tak Sehat
Banyaknya penjual tanaman hias sering dimanfaatkan sebagaian orang untuk menjatuhkan harga pasaran.
Penulis: Nur Indah Farrah Audina | Editor: Wahyu Aji
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Nur Indah Farrah Audina
TRIBUNJAKARTA.COM, MAKASAR - Penjual tanaman hias di Makasar keluhkan persaingan dagang yang kurang sehat dengan menjatuhkan harga pasaran tanaman.
Meskipun dua pekan ini penjual tanaman hias di Jalan Raya Pondok Gede, Makasar, Jakarta Timur mengalami kenaikan omzet karena para pelajar banyak memburu tanaman lidah mertua, ada satu keluhan lain yang sampai saat ini masih mereka rasakan dan tak kunjung menemui solusi.
Keluhan tersebut ialah persaingan yang kurang sehat.
Banyaknya penjual tanaman hias sering dimanfaatkan sebagaian orang untuk menjatuhkan harga pasaran.
Hal ini tentunya membuat kurangnya pembeli terutama pelanggan.

Jamin (42) salah satu penjual tanaman hias mengatakan kini pelanggannya berkurang. Mereka lebih beralih pada penjual yang menawarkan harga lebih murah.
"Kita enggak ada masalah sama penjual online karena kalau tanaman harus lihat langsung supaya puas. Masalah kita justru di penjual yang jatuhin harga pasaran. Kita kan beli dari petani juga udah mahal apalagi musim kemarau," ucapnya di Makasar, Jakarta Timur, Jumat (23/8/2019).
Keluhan ini sudah dari tahun 2000-an dirasakan oleh para penjual apalagi ketika memasuki musim kemarau yang otomatis beberapa stok tanaman berkurang.
• Pelajar Buru Daun Lidah Mertua, Omzet Pedagang Tanaman Hias di Jakarta Timur Naik
Sejauh ini yang mereka lakukan hanyalah menyediakan tanaman yang lengkap untuk mengurangi penurunan omset yang terlalu parah.
"Kalau jualan itu kan enggak bisa ditaksir dapat berapanya, kalau rezeki bagus ya banyak. Tapi semenjak persaingan kurang sehat kita stok tanaman di sini selengkap mungkin aja. Begitu di tempat mereka beli enggak ada, di sini kan ada," lanjut ayah dua anak ini.
Asmawi (41) pedagang lainnya juga menuturkan hal serupa.
Bahkan dirinya hanya berharap dagangannya laku dari pembeli harian saja bukan lagi dari langganan.
"Saya jualan di sini dari tahun 1995, jadi tau banget perbedaan penghasilan dari zaman itu ke sekarang. Pas ada yang jatuhin harga pasaran, harapan saya justru di pembeli harian. Seperti sekarang nih banyak pelajar yang beli tanaman lidah mertua. Kalau dari langganan udah susah," ujarnya.
Selama ini para penjual hanya melakukan service sebaik-baiknya kepada para pelanggan.
Sebab hanya dengan pelayanan yang baik, pembeli akan kembali lagi ke toko mereka meskipun harga tanamannya berbeda Rp 5-10 ribu.