Kisah Ariani, Awal Mula Jadi Tuna Netra Hingga Buka Restoran hingga Pekerjakan Empat Pegawai
Ariani memegang tanggung jawab untuk merawat adiknya terutama dalam hal menyediakan makanan di rumah.
Penulis: Jaisy Rahman Tohir | Editor: Wahyu Aji
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Jaisy Rahman Tohir
TRIBUNJAKARTA.COM, CIPUTAT - Hilang kemampuan indra pengelihatan karena sakit sempat membuat Ariani Sri Ramadhani (31) depresi dan putus asa.
Namun kesadaran dan keadaan keluarga membuatnya bangkit.
Ariani menyandang tuna netra sejak 2006 saat lulus SMA.
Dirinyaa sempat berdiam diri dan meratapi keadaannya.
Namun sang ibu memaksanya bangun dan berdamai dengan keiistimewaan itu. Ariani dipaksa untuk belajar masak, karena di rumah ia masih memiliki adik yang masih kecil-kecil usia sekolah, sementara sang ibu harus bekerja.
Ariani memegang tanggung jawab untuk merawat adiknya terutama dalam hal menyediakan makanan di rumah.
"Dipaksa belajar masak sama mama. Karena kan adik masih sekolah semua, mama juga kerja. Jadi ancamannya kalau saya enggak masak, ya adik-adik kamu enggak masak," ujar Ariani saat ditemui di acara lomba masak Master Chef UKM yang diadakan Danish Culinary School, di Kandank Jurank Doank, Ciputat, Tangerang Selatan (Tangsel), Minggu (25/8/2019).
Danish Culinary School tempat Riany berlatih masak. Sekolah memasak yang berada di Serpong itu memang menyediakan kelas untuk tuna netra.
Ariana belajar membuat sambal di sana, hingga ia membuka bisnis restoran Ayam Geprek Petukangan di Jakarta Selatan.
Sambal buatannya istimewa, karena segar menggunakan perasan jeruk nipis yang diolah dengan baik.
Pengalamannya belajar masak di Danish Culinary School serta dukungan keluarga membuatnya menjadi chef yang andal.
"Tante saya juga guru, chef dari Palembang," ujarnya.
Ariani mengatakan, hal yang harus diperhatikan bagi penyandang tuna netra yang ingin memasak adalah posisi api dan wajan.
"Kalau kita enggak lihat yang harus diadaptasi kan api sama wajannya. Kalau motong-motong ya bisa, adaptasi aja. Kalau bahan-bahannya diraba aja, dibaui," ujarnya.
Wanita yang menjadi pengurus di Persatuan Indonesia Indonesia (Pertuni) DKI Jakarta itu, mengatakan, menyalurkan hobi, dalam hal ini memasak, penting bagi penyandang tuna netra.
"Ningkatin percaya diri dan jadi aktif berkegiatan," jelasnya.
Ia menyayangkan penyandang tuna netra yang mendapatkan kekhawatiran lebih dari keluarganya, sehingga sulit menyalurkan hobi dan kegiatannya.
"Karena memang enggak semua teman-teman bisa masak karena di rumah mereka over ptptective. Bukan mereka enggak mau, tapi karena mereka terbiasa enggak masak," ujarnya.
Saat ini, Ariani sudah menjalankan usahanya, Ayam Geprek Petukangan, sudah hampir satu tahun.
Ia juga sudah mempekerjakan empat orang pegawai di restorannya.