Sering Ditolak Penumpang Ojek Online, Rustam: Saya Bilang Tuli, Terus Tiba-tiba Dicancel

Kendati demikian, Rustam malah sering jadi penumpang tatkala menjemput orderan dari ponselnya.

TRIBUNJAKARTA.COM/SATRIO SARWO TRENGGINAS
Driver ojek online penderita tuli, Muhammad Rustam (24), ojek daring yang optimistis jalani hidup pada Senin (2/9/2019). 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Satrio Sarwo Trengginas

TRIBUNJAKARTA.COM, PANCORAN - Baru dua bulan, Muhammad Rustam (24) menjajal jalanan Jakarta sebagai pengendara ojek online atau dalam jaringan (daring).

Meskipun tuli, tak menyurutkan Rustam untuk bekerja demi melanjutkan hidup.

Ia berupaya untuk berkomunikasi seperti biasa kepada penumpang layaknya pengendara ojek daring lainnya.

Kendati demikian, Rustam malah sering jadi penumpang tatkala menjemput orderan dari ponselnya.

"Saya paling seneng kalau yang mesen penumpang pria. Karena gantiin saya naik motor. Saya yang jadi penumpang," ungkap Rustam kepada TribunJakarta.com pada Senin (2/9/2019).

Ia pernah mengantarkan penumpang dari kawasan Ragunan menuju Bekasi.

Namun, di perjalanan penumpang itu bertanya kepada Rustam untuk merokok.

Rustam melarang penumpang itu. Mereka berdua pun sepakat berhenti di jalan setiap hendak merokok.

"Jadi setiap mau merokok kita berhenti dulu. Ada dua kali kita berhenti, tapi untungnya dia mau gantian nyetir," kenangnya.

Sebelum menggantikannya, Rustam biasanya menanyakan apakah penumpang itu memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM).

Selain sering berganti peran dengan penumpang, Rustam juga tak jarang mendapatkan uang lebih.

"Kalau itu sering. Paling besar sekitar Rp 70 ribu," tambahnya pria yang ingin menjadi chef itu.

Dalam setengah sehari antar penumpang, ia bisa meraup sekira Rp 200 ribu.

Sering Ditolak Halus

Rustam tak jarang mendapatkan perlakuan tak mengenakkan dengan penumpang yang masih menganggap sebelah mata dirinya.

Mereka seenaknya membatalkan pesanan saat Rustam hendak menjemputnya.

"Saya bilang tuli, terus tiba-tiba dicancel. Mereka nolak halus. Alasannya, maaf pak ada keperluan mendadak," bebernya.

Ia mengakui merasakan kesulitan saat mengantarkan penumpang.

Hal yang sulit adalah saat berkomunikasi.

"Memang sulit tapi saya coba. Seringnya ketik di ponsel. Jadi kalau penumpang mau ngomong diketik aja," katanya.

Tulis Tulisan di Helm

Untuk memudahkan penumpang saat berhenti di tempat tujuan, Rustam menempelkan kertas di belakang helmnya.

Petugas Kebersihan Mulai Bersihkan Lautan Sampah di Kampung Bengek Muara Baru

Paduan Keju Dengan Makanan Nusantara Ternyata Hasilkan Rasa Nikmat, Simak Tipsnya

Polisi Gunakan Alat Canggih TAA Ungkap Penyebab Kecelakaan Tol Cipularang, Evakuasi Korban Terjepit

Sebab, penumpang harus berulang kali menjelaskan kepada Rustam titik persis saat turun.

"Kadang kalau mau sampai itu alamatnya enggak sesuai aplikasi, saya bingung kadang enggak denger ketika penumpang mau belok kanan atau kiri," ungkapnya.

Karena itu, ia menempelkan kertas sebagai petunjuk penumpang.

"Mohon maaf saya tuli, mohon kerjasamanya. 20 meter sebelum belok tepuk pundak saya"

"Jika belok kanan, tepuk kanan. Jika belok kiri, tepuk kiri"

"Jika berhenti tepuk keduanya. Terimakasih atas perhatiannya dan pengertiannya," begitu bunyi tulisan di belakang helmnya itu.

Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved