Kisah Nuridin: 31 Tahun Jadi Ojek Sepeda di Kota Tua, Pernah Dihipnotis hingga Ditabrak Mobil
"Sejak tahun 1988 saya sudah narik ojek sepeda. Sejak kawasan belum tertata sampai saat ini," kenangnya.
Penulis: Satrio Sarwo Trengginas | Editor: Erik Sinaga
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Satrio Sarwo Trengginas
TRIBUNJAKARTA.COM, TAMAN SARI - Saat matahari bersinar terik dan cuaca panas terasa menyengat kulit, Nuridin (55) memilih berteduh di sisi pinggir gedung Bank Indonesia, Kompleks Kota Tua, Jakarta Barat.
Sambil duduk bersila di samping sepeda onthel hitamnya itu, Nuridin tampak beristirahat sejenak.
Saat siang menjemput, Nuridin jarang mencari penumpang.
Sebab, ia jarang mendapatkan penumpang saat siang hari kecuali saat akhir pekan.
Biasanya, ia bekerja pada pagi hari dan sore hari lantaran banyak penumpang yang hendak bekerja maupun pulang.

Nuridin mengandalkan penghasilannya dari penumpang yang turun di Stasiun Kota untuk berangkat kerja di sekitar Kota Tua.
Saat senja tiba, ia biasanya kembali mencari penumpang yang pulang di sekitar kawasan Kota Tua menuju Stasiun.
"Saya biasanya nyari penumpang dari jam 8 pagi hingga 11 siang. Kemudian mulai lagi sore hingga jam 10 malam," ungkapnya kepada TribunJakarta.com pada Rabu (11/9/2019).
Kini Nuridin terseok-seok bekerja sebagai ojek sepeda.
Perkembangan transportasi umum yang kian pesat membuat keberadaan ojek sepeda terpinggirkan.
Sepedanya mulai tersisih oleh maraknya ojek dalam jaringan (daring) yang lebih cepat dan murah di dompet.
Mau tak mau, Nuridin kini hanya mencari pelanggan setia yang mau duduk di sadel belakangnya itu.
"Saya sekarang lebih mengandalkan penumpang langganan ketimbang nyari yang baru," ujarnya.
Selain itu, kala ada rombongan turis yang kunjungan ke Kompleks Kota Tua, biasanya jasa Nuridin dipakai.