BJ Habibie Meninggal
BJ Habibie Tutup Usia, Mahfud MD: Seandainya Boleh Minta Dispensasi kepada Tuhan
Namun, kata Mahfud, masyarakat Indonesia harus menerima kenyataan dan ikhlas atas kepergian BJ Habibie.
Penulis: Muhammad Rizki Hidayat | Editor: Wahyu Aji
Lima tahun berselang, tepatnya pada tahun 1955, Habibie mendapat beasiswa untuk melanjutkan kuliah di Rhenish Wesfalische Technische Hochscule, Jerman.
Saat itu, pengetahuannya tentang teknologi dan mesin semakin terasah.
Tak hanya itu, Habibie menjalani kuliahnya sembari bekerja.
Ia pernah bekerja di Messerschmitt-Bölkow-Blohm, sebuah perusahaan penerbangan yang berpusat di Hamburg, Jerman.
Karena kerja kerasnya, karir Habibie semakin cemerlang.
Diminta Soeharto Pada tahun 1973, Habibie diminta Soeharto untuk kembali pulang ke Indonesia karena faktor keadaan dan situasi.
Saat itu, Indonesia membutuhkan sentuhan dan pengaruh dari Habibie dari sektor teknologi.
Setahun berselang, Habibie diberikan kepercayaan oleh Soeharto untuk memimpin pengembangan industri di Indonesia.
Habibie ditunjuk sebagai CEO dari Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN).
Pada tahun 1978, Habibie berhasil diangkat menjadi Menteri Negara Riset dan Teknologi.
Pada 1995, Habibie tercatat memimpin proyek pesawat N250 Gatot Kaca yang merupakan pesawat pertama buatan Indonesia.
Pesawat rancangannya dapat terbang tanpa mengalami "Dutch Roll", istilah untuk pesawat yang oleng.
Pesawat tersebut juga pesawat turbotrop di dunia yang menggunakan "Fly by Wire" dengan jam terbang 900 jam.
PT IPTN mampu mengembangkan sayapnya di Amerika dan Eropa.
Kendati demikian, IPTN ditutup oleh Soeharto karena krisis moneter.