Kebakaran Hutan

Bayi Berusia 3 Hari Meninggal Karena Kabut Asap Kebakaran Hutan di Riau, Dokter Beberkan Penyakitnya

Bayi berusia tiga hari meninggal dunia akibat kabut asap kebakaran hutan di Pekanbaru. Hal yang sama terjadi di Palembang. Dokter beri penjelasan.

Penulis: Suharno | Editor: Muhammad Zulfikar
Istimewa
Sejumlah keluarga melayat ke rumah bayi yang meninggal dunia diduga akibat terpapar kabut asap karhutla di Kelurahan Kulim, Kecamatan Tenayan Raya, Pekanbaru, Riau, Kamis (19/9/2019). 

Kemudian pada pukul 17.45, saat dokter spesialis anak memeriksa Elsa, kondisi kesadarannya terus menurun.

Dokter akhirnya meningkatkan dosis oksigen, antibiotik, serta pemberian steroid sembari persiapan merujuk ke RSMH. Akan tetapi sekitar pukul 18.40, denyut jantung bayi Elsa tidak terdengar dan dilakukan resusitasi jantung paru (RJP) oleh dokter jaga.

"RJP yang diberikan tidak direspons pasien hingga akhirnya dinyatakan meninggal dunia oleh dokter jaga, disaksikan oleh perawat ruang rawat inap,” ujar jelasnya.

Sementara itu, Dokter Spesialis Anak RSI Ar-Rasyid Azwar Aruf mengungkapkan, mereka tidak bisa menyimpulkan penyakit mana yang lebih dominan antara radang selaput otak dan radang paru-paru yang menyebabkan Elsa meninggal.

Menurutnya, proses infeksi kedua penyakit tersebut, bisa saling menyebabkan dan memperberat sehingga memberikan dampak komplikasi serta menyebabkan bayi Elsa meninggal.

“Faktor pemicu pneumonia banyak, bisa ketularan batuk pilek dari lingkungan, orang terdekat atau paling pumum enyebabnya dari bakteri saluran pernapasan. Kabut asap saya tidak mendapatkan informasi mengenai faktor lingkungannya," ujarnya.

"Cuma dilihat dari sudah demam satu minggu, batuk pilek, kemudian pemeriksaan fisiknya ada radang paru-paru. Hasil laboratorium leukosit meningkat ini cenderungnya ke arah infeksi bakteri,” jelas Azwar.

Akan tetapi, Azwar memastikan infeksi di paru-paru maupun selaput otak tersebut menyebar karena faktor eksternal dan bukan karena penyakit bawaan lahir.

"Kabut asap bisa jadi faktor resiko, tapi bukan penyebab utama. Kabut asap bisa memperparah infeksi, tapi tidak bisa kita pastikan. Kalau infeksinya sudah terlanjur berat juga tanpa kabut asap bisa memburuk. Faktor cuaca kering, dan banyak lainnya. Istilah ISPA itu kurang spesifik,” jelas Azwar. (Kompas.com)

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved