Demo di Jakarta
Luka Lebam di Pipi Maulana Suryadi, Sang Ibu Sudah Ikhlas, Cuma Penasaran Alasan Anaknya Meninggal
"Saya sudah ikhlas, tapi saya ingin tahu kenapa anak saya bisa meninggal," ujar Maspupah.
Penulis: Muhammad Rizki Hidayat | Editor: Wahyu Aji
Terdapat luka lebam pada pipi sehingga sukar dikenali. Bahkan tersemat darah yang keluar dari telinga bagian kiri.
"Saya tanya ke polisi, kenapa kupingnya berdarah pak," katanya.
Maspupah pun cemas dan sangat sedih. Dalam kesedihannya, seorang anggota polisi segera meminta dirinya membuat surat pernyataan.
"Itu adiknya yang bikin surat keterangan yang cewek (Marisa Febriyanti). Polisi itu ngomong, terus anak saya yang menulis, (Maulana Suryadi meninggal karena penyakit asma dan gas air mata)," ujarnya.
Surat pernyataan selesai, Maspupah diminta polisi masuk ke dalam ruangan yang terdapat di area RS Polri.
Kata Maspupah, di dalam ruangan tersebut polisi memberikan uang Rp 10 juta, sebagai uang pemakaman jenazah.
"Sini, Bu. Saya ingin turut berduka cita. Saya dikasih amplop, kata dia buat mengurus jenazah anak saya," kata Maspupah.
Sudah dilarang, sang anak tetap bersikeras berangkat demo
Maulana Suryadi (23), menjadi korban kerusuhan pada 24-30 September 2019, di sekitaran Gedung DPR MPR RI.
Maulana mengembuskan napas terakhirnya di Rumah Sakit Polri Kramat Jati, Jakarta Timur, pada Kamis (26/9/2019).
Ibunya, Maspupah (49), menuturkan tentang Maulana Suryadi sebelum wafat.
"Dia selalu minta maaf semasa hidup. Sebelum ikut demo, permintaan maafnya saya merasa ada yang aneh," kata Maspupah, saat diwawancarai Wartawan, di Blok F kawasan Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat, Jumat (4/10/2019).
Pada Rabu (25/9/2019) sekira pukul 20.00 WIB, Maulana Suryadi tiba di rumah seusai bekerja sebagai juru parkir di Blok F Pasar Tanah Abang.
Saat itu, Maspupah tertidur pulas lantaran lelah bekerja sebagai juru parkir juga di tempat yang sama dengan putranya tersebut.
Maspupah mengatakan, tiba-tiba saja Maulana Suryadi memijat badannya tanpa disuruh.