Kesaksian Pemilik Kebun yang Melihat Kegiatan Diksar Menwa Unitas: Dipukul dengan Kayu atau Ranting
Ini kesaksian warga sekitar yang melihat kegiatan Diksar Menwa Universitas Taman Siswa (Unitas).
Penulis: Muji Lestari | Editor: Rr Dewi Kartika H
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Muji Lestari
TRIBUNJAKARTA.COM - Kasus kematian Muhammad Akbar (19) Mahasiswa Universitas Taman Siswa (Unitas) Palembang yang tewas saat mengikuti pra Diksar Menwa cukup mengejutkan banyak pihak.
Pasalnya dari hasil visum yang dilakukan pihak RS Bhayangkara Palembang, ditemukan adanya dugaan kekerasan pada Akbar.
Pada hasil visum ditemukan adanya tanda kekerasan akibat benda tumpul di bagian vital korban.
Acara diksar itu dilakukan di Desa Tanjung Baru, Kecamatan Indralaya Utara, Kabupaten Ogan Ilir, Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel).
Peristiwa itu juga mengejutkan Usman (55), warga desa setempat yang memiliki lahan di sebelah lokasi tempat diadakannya Diksar Menwa.
• Mahasiswa Unitas di Palembang Tewas saat Pra Diskar Menwa, Rektor Berdalih: Bukan Kegiatan Kampus
Usman mengatakan, lokasi kebunnya hanya dibatasi pagar dengan tenda peserta Diksar Menwa Universitas Taman Siswa Palembang.
Rombongan Diksar menwa itu juga sudah berada di lokasi, 4 hari sebelum kejadian meninggalnya satu peserta Diksar.
Dengan demikian, Usman sudah beberapa kali melihat proses pelatihan peserta Diksar menwa tersebut.
Menurut keterangan Usman, peserta diksar rata-rata berkepala botak.
Mereka terlihat melakukan kegiatan seperti merayap di tanah, berjalan merangkak, hingga berguling-guling di tanah.
"Jika ada yang tidak mau (melakukan kegiatan yang diperintahkan) dipukul dengan kayu atau ranting, tapi tidak dikenai ke tubuhnya,” kata Usman saat ditemui di kebunnya, dikutip TribunJakarta dari Kompas.com, Jumat (18/10/2019).
Usman mengaku tidak mengetahui ada salah satu peserta diksar yang meninggal dunia.
Sebab saat petang ia pulang ke rumah dan saat itu tidak terjadi apa-apa di lokasi tersebut.
“Saya tidak tahu sebab malam itu saya pulang,” katanya.