Selama 7 Bulan Diduga Hilang, Ternyata Pria Ini Dikubur di Dalam Rumah: Terungkap Penyebabnya

Seorang pria di Jember, Jawa Timur di duga hilang oleh warga sejak 7 bulan lalu.

Penulis: Muji Lestari | Editor: Kurniawati Hasjanah
Tangkapan Layar Surya.co.id
Pembongkaran lokasi diduga penguburan jenazah Surono di Dusun Juroju Desa Sumbersalak Kecamatan Ledokombo, Jember, Senin (4/11/2019). 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Muji Lestari

TRIBUNJAKARTA.COM - Seorang pria di Jember, Jawa Timur di duga hilang oleh warga sejak 7 bulan lalu.

Akan tetapi fakta sebenarnya justru menggegerkan warga Dusun Juroju Desa Sumbersalak, Kecamatan Ledokombo, Jember.

Pria bernama Surono yang diduga hilang oleh warga rupanya telah meninggal dunia.

Hal itu diketahui, ketika polisi membongkar sebuah tempat yang diduga menjadi lokasi penimbunan mayat Surono, Senin (4/11/2019).

Oknum Kepala Sekolah di Kalbar Cabuli 3 Murid SD di UKS, Begini Modus Pelaku Perdayai Korban

Dalam proses pembongkaran itu, polisi menemukan sebuah jasad.

Penemuan jasad itu pun dibenarkan oleh Kapolres Jember AKBP Alfian Nurrizal.

"Benar, kami menemukan jasad di sini," ujar Alfian dikutip TribunJakarta dari Surya.co.id.

Alfian juga menjelaskan jasad yang ditemukan masih utuh.

"Bukan tulang yang bercerai berai namun jasad yang masih utuh, hanya ada beberapa bagian jasad yang sudah rusak," lanjut Alfian.

Diketahui, saat AKBP Alfian dihubungi, proses pembongkaran masih berlangsung.

Setelah menemukan jasad itu, polisi dari tim DVI Polda Jatim melakukan autopsi jenazah.

"Kami gerak cepat. Saat ini masih berlangsung otopsi jenazah dari tim DVI Polda Jatim," imbuh Alfian.

Berawal dari laporan warga

Alfian menuturkan, pihaknya memutuskan membongkar tempat tersebut setelah mendapatkan laporan dari warga perihal hilangnya Surono.

Warga yang memberitahu pihak Polsek Ledokombo satu di antaranya ialah kepala dusun Juroju Edi.

Edi mendapatkan pengaduan dari Bahar, anak Surono pada Minggu (3/11/2019).

Bahar mengatakan, ayahnya diduga kuat meninggal dunia.

Bahkan Surono diduha sudah meninggal sejak tujuh bulan lalu.

Sang anak menduga Surono dikubur di dalam rumahnya.

Surono dikubur di bawah tanah di sebuah tempat yang oleh istri Surono disebut musala.

Isu UMK Naik, Pengusaha Hotel dan Restoran Tangsel Klaim Sudah Gaji Tinggi Karyawan

Musala itu berada di dekat dapur di dalam rumah tersebut.

Namun Musala itu ukurannya sangat kecil, hanya cukup untuk salat satu orang saja.

"Pemilik rumah menyebutnya musala tapi tempatnya kecil, hanya cukup untuk shalat satu orang (sendiri)," kata Alfian.

Atas laporan warga itulah, polisi membongkar tempat tersebut.

Saat membongkar tempat yang dicurigai menjadi kuburan Surono, polisi pun menemukan sesosok jenazah di dalamnya.

Cekcok dengan Istri, Pria di Ngawi Pukul Anak Kandungnya yang Masih Berusia 5 Bulan Hingga Tewas

Mengubur Diri di Dalam Rumah, Mbah Pani Jalani Ritual Topo Pendem

Ritual atau tirakat topo pendem dilakukan Mbah Pani di dalam rumahnya di Bendar RT 3 RW 1 Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati, Jawa Tengah pada Senin (16/9/2019).

Dikutip TribunJakarta (17/9/2019), TribunJateng menemui Mbah Pani beberapa saat sebelum menjalani prosesi Topo Pendem.

Mbah Pani mengatakan, ritual Topo Pendem kali ini merupakan yang ke-10 ia lakukan.

Mbah Pani juga mengatakan ini adalah ritual terakhir yang akan ia lakukan.

Sebelumnya, Mbah Pani sudah melakukan ritual serupa sebanyak 9 kali.

Dalam menjalani ritual Topo Pendem itu, Mbak Pani dikubur selama tiga hari tiga malam dalam liang yang dibuat di dalam rumahnya.

Selama 9 kali menjalani ritual Topo Pendem, dari pengakuannya Mbah Pani pernah menjalani ritual tersebut di luar desa sebanyak 2 kali.

Gagal Sidak ke Stadion Gelora Bung Tomo Surabaya Karena Terkunci, Menpora Cium Aroma Sampah

Mbah Pani yang juga Ketua Ketoprak Desa Bendar ini tampak tenang saat bertemu wartawan.

Sebelum berganti pakaian dengan kain kafan sebagaimana kain untuk orang yang akan dikubur, Mbah Pani menjawab singkat.

"Karena ini yang terakhir, nanti tidak cuma tiga hari, tapi lima hari," kata Mbah Pani di rumahnya.

Ditanya mengenai tujuan dan hal lainnya, Mbah Pani enggan memberi keterangan sebelum ritual tuntas dilaksanakan.

Mbah Pani punya seorang istri dan dua anak, serta anak angkat.

Suyono, anak angkat Mbah Pani, mengatakan, ritual topo pendem dilakukan Mbah Pani dengan menguburkan diri di dalam tanah yang diberi lubang untuk pernapasan.

"Topo pendem seperti ini sudah dilakukan beliau sebanyak sembilan kali. Dan hari ini adalah yang ke-10," ungkapnya.

Berdasarkan keterangan warga sekitar, terakhir kali Mbah Pani melakukan ritual ini adalah 2001 lalu.

Sebelumnya, Mbah Pani melakukan ritual ini setahun sekali, setiap bulan Suro.

Dalam prosesi ritual Topo Pendem, Mbah Pani diperlakukan hampir sama seperti jenazah yang akan dikubur.

Fakta-fakta Orangtua Gugat SMA Gonzaga, Sekolah Beberkan Penyebab Sang Anak Tak Naik Kelas

Ia dikafani, dan disediakan pula aneka kelengkapan pemulasaraan jenazah, antara lain bunga-bunga.

Namun dalam ritual ini tidak ada prosesi azan.

Supaya tidak sepenuhnya seperti prosesi penguburan jenazah.

Ukuran liang kubur yang dibuat untuk ritual Topo Pendem memiliki kedalaman sekitar 3 meter, panjang 2 meter, dan lebar 1,5 meter.

Di dalam liang kubur itu, sudah disediakan peti untuk tempat pertapaan.

Di dalamnya disediakan pula bantal dari tanah.

Ketika prosesi ritual mulai dilaksanakan, hanya pihak keluarga dan tokoh masyarakat setempat yang diperkenankan masuk rumah.

(Sumber: TribunJakarta/Surya)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved