Kisah Kakek Takim, Usia 80 Tahun Jadi Kuli Angkut Kayu di Kota Tua: Lelah Tapi Hanya Bisa Kerja Ini
Di atas jembatan, Takim (80) tengah melepas lelah. Ia berjongkok di samping gerobaknya meski sinar mentari menyengat kulitnya.
Penulis: Satrio Sarwo Trengginas | Editor: Ferdinand Waskita Suryacahya
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Satrio Sarwo Trengginas
TRIBUNJAKARTA.COM, TAMAN SARI - Di atas jembatan, Takim (80) tengah melepas lelah.
Ia berjongkok di samping gerobaknya meski sinar mentari menyengat kulitnya.
Saat itu, Takim tengah menarik gerobak kayu sebagai kuli angkut.

Di tengah jalan ia berhenti, lantaran fisiknya sudah tak sekuat dulu.
"Ini lagi istirahat di sini sebentar," ungkapnya singkat.
Beralaskan sandal jepit, Takim menarik tumpukan-tumpukan balok kayu untuk dibawa ke gudang di sekitar kawasan Kota Tua, Taman Sari, Jakarta Barat.
Kelelahan tak jarang dirasakannya kala menarik gerobak berisi tumpukan balok kayu itu.
Takim menarik gerobak berisi tumpukan balok panjang itu setiap hari.
Ia mengaku sudah 30 tahun bekerja sebagai kuli angkut barang di sekitar kawasan Mangga Dua itu.
"Sudah lama jadi kuli angkut kayu. Biasanya saya bawa dari kawasan Mangga Dua ke sekitaran Jalan Kunir," ungkapnya kepada TribunJakarta.com di Jalan Jembatan Batu, Taman Sari, Jakarta Barat pada Rabu (20/11/2019).

Dalam sehari menarik gerobak berisi kayu, Takim menerima rata-rata sekira Rp 40 ribu sampai Rp 50 ribu.
Namun, ia pernah juga merasakan dapat kurang di bawah upah standarnya.
Penghasilannya sehari digunakan untuk membiayai hidupnya dan istri di rumah.
Meski telah memiliki delapan anak dan 15 cucu, nyatanya ia juga harus membanting tulang.