Kisah Engkong Tangeng, Penjual Buah dan Sayur yang Tak Tega Ambil Untung Rp 3 Ribu
Jangankan mengambil untung belasan ribu, untuk mengambil untung Rp 5 ribu saja hatinya terasa berat.
Penulis: Nur Indah Farrah Audina | Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Nur Indah Farrah Audina
TRIBUNJAKARTA.COM, CIPAYUNG - Dikala matahari masih malu-malu memancarkan sinarnya, Tangeng (65) sudah berkeliling menjajakan sayuran dan buah-buahan.
Tangeng merupakan pria keturunan Betawi yang lama bermukim di Kelurahan Bambu Apus, Jakarta Timur.
Sedari kecil, Tangeng yang biasa disapa Engkong ini selalu menjual hasil buah dan sayur dari kampungnya.
Selepas melaksanakan salat subuh, Tangeng mulai keliling kampung untuk bertemu pemilik tanah.
Ketika sampai, dirinya segera melihat sayuran dan buah apa saja yang dapat dijualnya.
"Ya sama aja kayak kita belanja di pasar. Begitu sampai, saya bayar. Makanya yang saya jual enggak pernah tentu. Tergantung yang sudah siap jual aja," katanya di Jakarta Timur, Kamis (21/11/2019).
Akibat menyesuaikan dengan hasil kebun yang siap jual, jumlah barang dagangan Engkong pun ikut tak pernah menentu.
Jika sedang banyak, dikeranjangnya akan tersedia banyak varian sayur dan buah.
Namun, bila sedikit maka beban yang dipikulnya pun sedikit ringan.
Sebenarnya, Engkong ingin sekali berbelanja di pasar ketika hasil kebun yang ada hanya sedikit.
Hanya saja, kendala modal menjadi alasannya mengurungkan niat tersebut.
"Ya sekarang kalau kita ke yang punya kebun kan murah. Kalau di pasar pasti lebih mahal. Jadi ibaratnya Engkong bawa uang sekian di kampung dapat banyak, tapi di pasar belum tentu dapat segitu," sambungnya.
Selain itu, untuk harga sayuran dan buah yang dijual Engkong juga tak pernah menentu.
Ketika pemilik kebun memberikan harga yang murah karena barang yang tersedia banyak, maka Engkong pun bisa menjualnya lebih murah.
Engkong pun mengakui bila harga jual buah dan sayurnya bisa lebih murah ketimbang di pasar.
"Namanya kita dari kebun langsung pasti jual ke orang juga lebih murah. Apalagi kalau lagi musimnya," katanya.
Setiap harinya, Engkong akan berkeliling Kelurahan Lubang Buaya dan Kelurahan Bambu Apus selepas subuh hingga siang hari.
"Ya pokoknya sehabis dagangannya aja. Tapi baru sampai dua kelurahan aja sudah habis biasanya," ungkapnya.

Ambil Untung Tak Lebih Dari Rp 3 Ribu
Membeli hasil panen dari kampungnya, membuat Engkong Tengeng tak tega bila harus mengambil keuntungan yang terlalu banyak.
Jangankan mengambil untung belasan ribu, untuk mengambil untung Rp 5 ribu saja hatinya terasa berat.
"Namanya kita jual hasil dari kampung dan yang beli orang dari kampung kita juga, mana tega ambil untung banyak. Ya kan sekelilingan di sini banyak juga teman Engkong dan mereka suka beli sama saya," ungkapnya.
Untuk satu macam sayur atau buah, Engkong hanya mengambil untung paling banyak Rp 3 ribu.
Tak jarang, ia hanya mengambil keuntungan sebesar Rp 2 ribu.
"Enggak bohong saya ma, memang segitu untung yang saya ambil," lanjutnya.
Sehingga ketika ada yang menawar, Engkong pasti akan menyebutkan harga asli pembelian buah maupun sayur yang dipikulnya.
"Kadang ada yang ngomong mahal banget. Saya suka sebutin harga aslinya. Alhamdulillah sekarang lebih banyak yang enggak nawar lagi. Karena mereka percaya saya kalau jualan enggak pernah magal," katanya.

• Remaja di Bekasi Tewas Tersengat Listrik Saat Bersihkan Saluran Air di Toko Roti
• Pengamat Soroti Penerapan Jalan Berbayar di Kota Tangerang, Dianggap Tak Berpihak pada Masyarakat
• Kapolsek Angkat Bicara Ciputat Jadi Wilayah Rawan Maling Motor, Singgung Marak Mahasiswa Indekos
Pernah Jadi Penjual Papan Penggilasan
Meskipun untungnya saat ini tak seberapa, Engkong merasa sangat bersyukur karena hidupnya jauh lebih baik ketimbang dulu.
Pasalnya, saat belum bermunculan usaha laundry dan mesin cuci, Engkong harus keliling Jakarta untuk menjual papan penggilasan.
"Jualan ini lebih mendingan, cuma keliling kampung aja. Kalau dulu kan Engkong keliling Jakarta buat jualan gilasan. Dipikul-pikul sampai Senen, sampai Monas. Pokoknya keliling," katanya.
Ketika tubuhnya merasa lelah, akhirnya sejak belasan tahun belakangan Engkong berpikir untuk menjual sayuran dan buah saja.
Sebab, saat itu ia merasa tubuhnya tak kuat lagi menahan beban belasan papan penggilasan yang harus dipikulnya.
"Ya pokoknya alhamdulillah pilihan Engkong tepat. Jualan keliling kampung buat Engkong bisa sedikit lebih menghemat tenaga ketimbang dulu. Yang penting intinya kan mau usaha dan enggan andelin anak. Sebab hidup mereka juga sulit, jadi kitanya juga jangan malas," ucapnya.
Nantinya, tiap kali berjualan omset yang di dapat Engkong berkisar Rp 200-250 ribu dengan penghasilan bersih Rp 50 ribu, usai dikurangi untuk membeli kopi dan makan.