Suami Bantah Terlantarkan Anak yang Cacat, Dina Oktavia Beri Pengakuan Lain: Saya Pontang-panting
Suami bantah menelantarkan anaknya yang mengidap hidrosefalus, Dina Oktavia justru memberi pengakuan lain.
Penulis: Kurniawati Hasjanah | Editor: Siti Nawiroh
Padahal status hubungannya dengan Muhammad Abdul Aziz masih suami istri.
• 5 Fakta Juara Olimpiade Matematika se-Medan Tewas Kecelakaan, Pesan Terakhir Eidelweis Mengiris Hati
Dina Oktavia menyayangkan perilaku suami yang meninggalkan sepekan sebelum putra mereka di rawat di rumah sakit.
"Dia ke mana aja waktu itu, saya sama ibu sendiri mas pontang-panting. Saya sempat WA dia. Dia cuma bertanya 'Pandhu bisa dijenguk kah', itu saja," ucap Dina Oktavia.
Dina Oktavia menceritakan, ia sempat menanggung malu kala ditanya keberadaan suaminya saat di rumah sakit itu.
Ia lantas mengaku sang suami saat itu sedang pergi ke luar kota. Diketahui, sang suami menekuni hobi bidang fotografi.
"Dia sukanya motret-motret. Saat saya cari keberadaannya waktu itu dia kalau nggak salah lagi di Trawas Pacet," imbuh Dina Oktavia.
• Terkuak CCTV Rumah Dicabut di Kasus Kematian Hakim PN Medan, Sang Istri Beri Kesaksian Begini
Diberitakan sebelumnya, Dina Oktavia menegaskan, sang suami meninggalkannya sejak buah hati mereka diperiksa ke dokter dan mengidap hidrosefalus.
Tak cuma itu, Muhammad Pandhu Firmansyah juga mengalami kerusakan di bagian wajah khususnya di bagian bibir, hidung dan kedua mata.
Menurut Dina Oktavia, suaminya merasa malu mempunyai anak yang terlahir tak sempurna.
Bahkan, mertua Dina Oktavia juga enggan mengakui keberadaan Muhammad Pandhu Firmansyah yang merupakan cucu mereka.
• Sosok Ibu Calon Mertua Boy William Bukan Orang Sembarangan, Lihat Gaya Elegan Penampilannya
Hidrosefalus
Hidrosefalus adalah kondisi yang ditandai oleh ukuran kepala bayi yang membesar secara tidak normal akibat adanya penumpukan cairan di dalam rongga ventrikel otak
Dilansir dari HelloDokter, otak normal mengandung cairan bening yang diproduksi dalam rongga ventrikel otak.
Cairan ini disebut dengan cairan serebrospinal. Cairan serebrospinal mengalir dari sumsum tulang belakang ke seluruh otak untuk menunjang berbagai fungsi otak.
Namun ketika jumlahnya berlebihan, ini justru akan mengakibatkan kerusakan permanen jaringan otak yang menyebabkan terganggunya perkembangan fisik dan intelektual anak.
Pembesaran ukuran kepala terjadi karena jumlah produksi cairan serebrospinal berlebih sehingga menekan tengkorak, atau karena cairan serebrospinalnya tidak dapat mengalir dengan baik di dalam otak.
Sebagian besar kasus hidrosefalus pada anak terjadi sejak lahir (cacat lahir bawaan/kelainan kongenital). (tribunjakarta/surya)