Ada Pohon Natal dari Barang-barang Bekas Bertema Tolerasi di Gereja Santa Clara Bekasi Utara

Panitia perayaan hari Natal 2019, Gereja Santa Clara Bekasi Utara menggelar kegiatan lomba unik untuk para jemaatnya.

Penulis: Yusuf Bachtiar | Editor: Suharno
TRIBUNJAKARTA.COM/YUSUF BACHTIAR
Pohon natal dari barang bekas yang merupakan pelombaan dalam rangka perayaan hari raya di Gereja Katolik Santa Clara Bekasi Utara. 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Yusuf Bachtiar

TRIBUNJAKARTA.COM, BEKASI UTARA - Panitia perayaan hari Natal 2019, Gereja Santa Clara Bekasi Utara menggelar kegiatan lomba unik untuk para jemaatnya.

Lomba tersebut berupa pembuatan pohon natal dengan menggunakan barang-barang bekas atau daur ulang.

Eni Widiastuti, kordinator lomba, mengatakan, peserta merupakan perwakilan dari 13 wilayah yang ada di Paroki Santa Clara Bekasi Utara.

"Jadi lomba ini diikuti 13 wilayah, jurinya nanti romo (pastor) Gereja Santa Clara," kata Eni saat dijumpai di gereja, Kamis, (19/12/2019).

Lomba ini mengharuskan peserta memanfaatkan barang-barang bekas seperti bekas botol minuman, karton, plastik kemasan dan semacamnya.

Kriteria pohon natal sendiri harus minimal setinggi 3 meter lengkap dengan hiasan dan pernak-pernik khas pohon natal pada umumnya.

"Kriteria penilaian pertama harus bahan daur ulang, kedua harus ada pesan (tema), ketiga kreativitas keindahan, keempat ada unsur muatan loka, seperti misal di sini kan Bekasi, apa saja yang menyangkut Bekasi dimasukkan," jelas dia.

Lomba tersebut sudah dimulai sejak 15 Desember 2019 lalu, untuk penjuriannya dijadwalkan bakal berlangsung pada 22 Desember 2019 mendatang.

"Proses pembuatan dilakukan di sini (Greja Santa Clara), mereka memabwa sendiri perlengkapannya, sudah ada bebarapa yang hampir jadi," jelas dia.

Ketika TribunJakarta.com menyambangi Gereja Santa Clara Bekasi Utara, nampak sejumlah karya pohon natal dengan bahan baku dari barang bekas yang hampir jadi.

Salah satu diantaranya nampak memasukkan konsep toleransi dengan menyisipkan simbol-simbol keagamaan seperti islam, hindu dan budha.

Di dalamnya juga terdapat simbol-simbol yang melambang Kota Bekasi dan burung Garuda tanda Bhineka Tunggal Ika.

"Iya itu artinya menonjolkan kearifan lokal bahwa sekarang di area Santa Clara ini toleransi sudah terbentuk dari berbagai macam latar belakng, makannya kebhinekaan itu untuk NKRI," jelas dia.

Sementara itu, Pastor Gereja Santa Clara Bekasi Utara, Raymundus Sianipar, mengatakan, kegiatan lomba ini adalah yang pertama digelar.

Sumber: Tribun Jakarta
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved