Natal dan Tahun Baru 2020

Bukan dari Cemara, Deretan Pohon Natal Unik Ini Dibuat dari Berbagai Macam Bahan Daur Ulang

Seorang tukang tambal ban di Kota Kotamobagu, Sulawesi Selatan menyulap ban bekas menjadi pohon Natal unik.

Penulis: MuhammadZulfikar | Editor: Muhammad Zulfikar
Youtube Kompas TV
Pohon Natal unik dari ban bekas yang dibuat oleh Piet Kapuhu, tukang tambal ban di Kota Kotamobagu, Sulawesi Selatan. 

TRIBUNJAKARTA.COM, JAKARTA - Selama 20 tahun, lomba menyambut Natal tidak pernah terlaksana diantara umat Santa Clara, Bekasi Utara.

‎Jangankan untuk lomba, ibadah yang dilakukan 20 tahun di ruko tentunya sangat terbatas dan tidak leluasa terlebih jika cuaca hujan disertai angin.

Agar tetap semarak, biasanya panitia membuat nasi tumpeng ataupun lomba kecil-kecilan mewarnai di rumah lalu hasilnya dikumpulkan di gereja.

Natal 2019 ini, umat Santa Clara pertama kalinya menggelar lomba antar wilayah maupun lingkungan.

Lomba yang bergengsi ini diikuti oleh 13 wilayah di Santa Clara.

Mereka berlomba membuat pohon natal ‎dengan bahan daur ulang.

Pohon Natal ini‎ dibuat setinggi kira-kira 3 meter, menggunakan kantong keresek, botol plastik hingga keranjang telur.

Oleh panitia, mereka diberi waktu satu minggu untuk membuat pohon Natal di gereja mulai 15 hingga 22 Desember 2019.

Selain itu, umat juga diminta untuk menyertakan unsur seni baik ondel-ondel ataupun bambu yang menjadi ciri khas dari Kota Bekasi.

Benar saja, umat tampak antusias mengikuti lomba. Mereka gotong ‎royong menyusun botol plastik, kantong keresek hingga kardus tempat telur menjadi pohon Natal.

Deretan pohon Natal dari barang bekas hasil karya umat Gereja Santa Clara.
Deretan pohon Natal dari barang bekas hasil karya umat Gereja Santa Clara. (Tribunnews.com/Theresia Felisiani)

Agar kian menarik, barang-barang bekas itu di cat dengan warna khas Natal seperti hijau, merah, kuning hingga perak.

‎Penenang lomba sudah diumumkan, juara 1 jatuh pada wilayah Fidelis‎, juara 2 wilayah Konradus, dan juara 3 wilayah Thomas.

Masing-masing wilayah yang menang akan mendapatkan hadiah yang diserahkan oleh romo paroki pada Minggu (25/12/2019).

Penampilan pohon Natal dari barang bekas ini sangat cantik hingga banyak warga yang berebut foto bersama pohon Natal yang dipamerkan di halaman gereja.

Endang umat Paroki Bekasi Utara mengaku bangga dengan semangat Natal di gerejanya, Minggu (25/12/2019). Dia tidak menyangka dan terharu Natal perdana di gereja bisa semarak.

"Inilah yang dirindu-rindukan umat Paroki kami, Natal dengan semarak dan khusyuk. Pohon Natal hasil lomba warga juga indah. Dari jauh tidak ada yang menyangka itu dari botol plastik dan kantong keresek," tambahnya.

Pohon Natal dari ban bekas

Seorang tukang tambal ban di Kota Kotamobagu, Sulawesi Selatan menyulap ban bekas menjadi pohon Natal unik.

Dalam perayaan Hari Natal 2019, tukang tambal ban bernama Piet Kapuhu ingin memiliki pohon Natal di rumahnya.

Piet hanya menginginkan pohon Natal yang sederhana.

Ia belajar dari Yesus Kristus yang lahir di kandang domba yang sarat kesederhanaan.

Demi mewujudkan keinginannya itu, Piet akhirnya memanfaatkan tumpukan ban yang berada di halaman rumahnya.

Piet bercerita, keinginannya itu bermula saat dirinya melihat tumpukan ban-ban bekas tersebut.

"Saya sebagai tukang tambal ban, saya melihat ada ban-ban bekas," ujar Piet, dikutip dari YouTube Kompas TV, Rabu (25/12/2019).

Sehingga, dari ban-ban bekas yang menumpuk itu, ia mempunyai ide untuk membuat sebuah pohon Natal unik.

"Ban-ban yang sudah tidak bisa lagi terpakai, itulah yang terinspirasi bagi saya untuk membuat pohon Natal unik dari ban bekas," jelasnya.

Ia pun bangga dengan hasil karyanya itu.

Piet mengaku senang meski pohon Natal buatannya sederhana.

"Lewat pohon Natal unik ini, walaupun sederhana saya buat, tetapi saya senang saya buat sendiri," ungkap Piet.

Piet mencat dan menyusun ban mulai dari yang terbesar hingga terkecil, kemudian menghiasinya dengan pernak-pernik.

Ia lalu berharap, pohon natal sederhana dari tumpukan ban ini bisa menyebar sukacita natal di hati semua orang.

Melansir Kompas.com, selain pohon Natal buatan Piet Kapuhu, ada juga pohon Natal unik lainnya di Indonesia dalam perayaan Hari Natal 2019.

Terletak di Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, ada pohon Natal Raksasa yang disebut sebagai "Pohon Natal Persatuan."

Pohon Natal ini menjadi area foto pengunjung yang hadir ke Thamrin 10.

Keunikan pohon Natal menyedot perhatian pengunjung, karena terbuat dari botol plastik dan dibalut kain warna-warni.

Botol-botol itu juga dihiasi mata-mata imitasi, lampu kelap-kelip yang menghiasi membuat pohon semakin indah.

Di bawah pohon Natal juga terdapat papan yang menjelaskan makna "Pohon Natal Persatuan."

Pohon Natal terbuat dari 8.000 botol air mineral bekas yang dihias menyerupai ondel-ondel.

Siswa-siswi SD Tarakanita, jemaat Gereja Keluarga Kudus Rawamangun, dan pegawai Pemprov DKI dari berbagai kelurahan, bergotong-royong membuat pohon Natal raksasa ini.

Setiap botol yang dihias dengan warna-warni bergaya ondel-ondel dibalut dengan kain nusantara dari berbagai daerah punya maksud khusus.

"Botol dan kain-kain itu menggambarkan keberadaan Jakarta sebagai 'Indonesia Mini' di mana seluruh masyarakat dengan keberagaman budaya dan agama hidup berdampingan," demikian sepenggal penjelasan soal pohon Natal tersebut di papan itu.

Hiasan botol di pohon Natal dipasang berdampingan, bukan digantung secara terpisah.

"Ini menyimbolkan semangat Jakarta yang sejak dulu selalu mengusahakan persatuan di tengah keberagaman," tertulis dalam papan itu.

Pohon Natal dari botol

Hadirnya pohon cemara dan pinus sebagai pohon Natal selalu identik dengan Hari Kelahiran Tuhan Yesus Kristus yang diperingati setiap 25 Desember.

Seiring perkembangan zaman, pohon Natal tidak lagi menggunakan cemara ataupun pinus baik yang asli hingga plastik untuk menghadirkan suasana Natal di rumah, kantor, gereja, hingga pusat perbelanjaan.

Umat Gereja Santa Clara Paroki Bekasi Utara membuat pohon Natal dari barang-barang bekas seperti botol plastik, kantong keresek, ‎hingga tanaman hias gantung.

Ketua Panitia Natal 2019 Alfons F Djari mengatakan pohon Natal ramah lingkungan yang menghiasi gereja merupakan hasil dari lomba.

"Lomba merangkai pohon Natal dari barang bekas diikuti 13 wilayah. Para peserta dimotivasi untuk berkreasi semaksimal mungkin dan menyampaikan pesan berbasis keinginan untuk menjadi sahabat bagi semuua orang, menjaga lingkungan dan ajakan untuk rukun," ucap Alfons.

Keluar sebagai juara 1 adalah wilayah Fidelis‎, juara 2 wilayah Konradus, dan juara 3 wilayah Thomas.
Masing-masing wilayah yang menang akan mendapatkan hadiah yang diserahkan romo paroki pada Minggu (25/12/2019) besok.

Pantauan Tribunnews.com, usai misa malam Natal pertama selesai, umat Santa Clara langsung menuju ke pohon Natal untuk swafoto.

Deretan pohon Natal dari barang bekas hasil karya umat Gereja Santa Clara.
Deretan pohon Natal dari barang bekas hasil karya umat Gereja Santa Clara. (Tribunnews.com/Theresia Felisiani)

Bebas di Hari Natal, Nani Hendak Pulihkan Nama Baik Keluarga

Jadwal Video Mapping Monas Ditampilkan Hingga Perayaan Tahun Baru 2020

Shin Tae-yong Jadi Pelatih Timnas Indonesia, Durasi Kontrak Hingga Gaji Masih Jadi Tanda Tanya

Kios Penggilingan Bakso di Rawamangun Terbakar, Dua Orang Mengalami Luka Bakar

Meski terbuat dari barang bekas, pohon Natal terlihat sangat indah dan mewah ditambah dengan aksen lampu Natal yang kelap kelip.

Alhasil umat rela mengantri bergantian demi bisa foto dengan latar belakang pohon Natal dengan handphone maupun kamera mereka.

Sementara itu, dalam kotbah misa malam Natal pertama yang dipimpin Romo Anselmus Haloho OFMCap ‎dikatakan sama seperti pohon Natal yang terbuat dari barang bekas, manusia juga didaur ulang oleh Tuhan.

"‎Kenapa kita daur ulang sampah jadi pohon terang (pohon Natal)? Karena begitulah diri kita dibuat oleh Tuhan. Kita penuh dosa, dimata Tuhan kita adalah sampah, tinggal dibuang ke neraka," ujarnya.

"Tapi ‎Yesus Kristus Putera Allah rela turun ke dunia, mendaur ulang diri kita dengan cahayanya menjadi pohon terang. Itulah yang terjadi dalam penebusan. Itu simbol pohon terang. Lakukanlah demikian di rumah kita, daur ulang sampah jadi pohon terang yang indah. Disitu ada diri kita masing-masing," tambah Romo Anselmus. (Tribunnews.com)

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved