Sisi Lain Metropolitan

Lika-liku Hidup Pengamen Bekasi Berdarah Jerman, Belanda dan India: Ganteng-ganteng Kok Ngamen, Mas

Tak hanya miliki suara merdu, Winlie Bryan Fransischus (27) juga miliki paras tampan dan berprofesi sebagai pengamen.

Tribunjakarta.com/Nur Indah Farrah Audina
Bryan, pengamen di Bekasi yang berdarah Jerman, Belanda dan India, Minggu (12/1/2020) 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Nur Indah Farrah Audina

TRIBUNJAKARTA.COM, PONDOK GEDE - Tak hanya miliki suara merdu, Winlie Bryan Fransischus (27) juga memiliki paras tampan dan berprofesi sebagai pengamen.

Bryan, sapaannya, merupakan Warga Negara Indonesia (WNI) keturunan Jerman, Belanda dan India.

Sang ayah yang bernama Sabir merupakan keturunan asli India dan Ibunya, Yuli merupakan keturunan Jerman, Belanda.

Bryan, pengamen di Bekasi yang berdarah Jerman, Belanda dan India, Minggu (12/1/2020)
Bryan, pengamen di Bekasi yang berdarah Jerman, Belanda dan India, Minggu (12/1/2020) (Tribunjakarta.com/Nur Indah Farrah Audina)

Menjadi sulung dari enam bersaudara, Bryan menuturkan banyak sekali mengalami lika-liku kehidupan.

Segelintir kisah hidupnya pun kini membawanya menjadi pengamen di kawasan Bekasi, Jawa Barat.

Diceritakannya, sedari kecil kehidupan Bryan selalu berkecukupan bahkan lebih dari cukup.

Kala itu, ayahnya, Sabir merupakan pengusaha karpet dan usahanya cukup sukses hingga ke luar negeri.

Tepat di usianya menginjak enam tahun, keluarganya memboyong Bryan pindah ke Brunei Darussalam hingga berumur 21 tahun.

Saat itu, ayahnya mengembangkan usaha karpet di sana dan tetap memasok persediaan karpet di Ibu Kota.

"Waktu di sana saya dimasukan ke pesantren sama orang tua. Jadi mereka mengurus bisnis di sana," katanya kepada TribunJakarta.com, Minggu (12/1/2020).

Pada awalnya, kehidupan yang dijalani oleh keluarga Bryan tampak biasa.

Namun, tepat di tahun 2014, keretakan rumah tangga di antara kedua orang tua Bryan mulai tercium olehnya.

Ia yang mengetahui adanya kehadiran orang ketiga di antara keharmonisan orang tuanya merasa sangat tak nyaman.

Akhirnya, tepat di tahun yang sama, Bryan yang berumur 21 tahun nekat datang ke Jakarta dengan uang simpanannya.

"Lihat orang tua begitu saya enggak nyaman. Akhirnya datang ke Jakarta dan ikut teman aja," sambungnya.

Bryan, pengamen di Bekasi yang berdarah Jerman, Belanda dan India, Minggu (12/1/2020)
Bryan, pengamen di Bekasi yang berdarah Jerman, Belanda dan India, Minggu (12/1/2020) (Tribunjakarta.com/Nur Indah Farrah Audina)

Memiliki teman di Ibu Kota, Bryan diajak oleh rekannya untuk bekerja di kota hujan, Bogor, Jawa Barat.

"Sampai di Bogor kerjanya di depo isi ulang gitu. Gajinya kecil saat itu cuma Rp 500 ribu perbulan," ungkapnya.

Bryan tak betah dan tak berselang lama ia mulai memanfaatkan suara merdu dan gitar kesayangannya untuk mencari pemasukan.

"Sejak saat itu saya akhirnya hidup di jalan jadi pengamen hingga saat inj," jelasnya.

Ia yang tak suka bekerja di bawah tekanan dan aturan, memantapkan hati untuk menekuni profesi tersebut.

Tak miliki kendaraan ataupun Surat Izin Mengemudi (SIM), tak pernah disesalinya asalkan ia bisa hidup mandiri dan tak mengandalkan uang orang tuanya.

"Ya saya mau kerja apalagi, jadi ojol pun enggak bisa karena motor dan SIM itu. Yang penting saat ini saya tak meminta uang sama orang tua, sekalipun saya tahu jika papa sudah di Jakarta dan mama sudah di Bekasi," jelasnya.

Selama hampir enam tahun menjadi pengamen, Bryan menuturkan penghasilannya lumayan besar.

Dalam satu harinya, Rp 100 ribu- Rp150 ribu pasti ia kantongi usai bekerja dari pagi hingga malam hari.

Tanggapan warga

Bryan, pengamen di Bekasi yang berdarah Jerman, Belanda dan India, Minggu (12/1/2020)
Bryan, pengamen di Bekasi yang berdarah Jerman, Belanda dan India, Minggu (12/1/2020) (Tribunjakarta.com/Nur Indah Farrah Audina)

Jika biasanya profesi pengamen masih dianggap rendah oleh sebagaian orang, beberapa orang yang ditemui oleh Bryan saat mengamen justru mengungkapkan hal lain.

Menurut Bryan, bukan cemooh atau sindiran yang ia dapat, melainkan kata-kata yang sering ia dengar dan setiap hari selalu didengar.

"Ganteng-ganteng kok ngamen sih mas," tutur Bryan mencontohkan.

Berikut 5 Manfaat Stroberi Bagi Tubuh, Bisa Bantu Turunkan Berat Badan

Bocah 13 Tahun Disekap Orangtua di Kandang Ayam, Kaki Diborgol hingga Kabur Dalam Kondisi Telanjang

Tim Jaguar Ringkus 2 Terduga Pelaku Pemalakan Sopir Angkot di Depok

"Ya begitu kata-kata yang selalu diucap sama orang-orang yang saya temuin. Padahal buat saya enggak masalah ya. Selama halal kenapa enggak," katanya.

Kendati demikian, Bryan tak terlalu menghiraukan hal tersebut.

Baginya saat ini, yang terpenting ialah memiliki penghasilan sehari-hari untuk memberikan nafkah pada istrinya yang bernama Nanda dan buah hatinya, El Gibran yang masih berusia 9 bulan.

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved