Tetangga Keraton Agung Sejagat Beberkan Aktivitas Anggota, Sempat Ada Tantangan Duel dengan Warga
Sejumlah warga yang tinggal di sekitar Keraton Agung Sejagat mengaku sudah lama resah dengan aktivitas anggota kerajaan.
Penulis: Muji Lestari | Editor: Kurniawati Hasjanah
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Muji Lestari
TRIBUNJAKARTA.COM - Kabar munculnya Kerajaan Agung Sejagat di Purworejo, Jawa Tengah sontak membuat geger publik.
Bagaimana tidak, Raja dan Ratu Keraton Agung Sejagat, Totok Santoso Hadiningrat dan Dyah Gitarja mengaku kekuasaannya meliputi seluruh penjuru negeri.
Namun kejayaan Kerajaan Agung Sejagat rupanya tak berlangsung lama.
Setelah kabar tersebut menyebar dan menjadi viral, pihak kepolisian langsung bergerak untuk menyelidiki kerajaan tersebut.
Benar saja, kerajaan yang dipimpin oleh Totok Santoso Hadiningrat itu rupanya kedok penipuan.
• Pengakuan Mantan Pengikut Kerajaan Agung Sejagat, Bayar Seragam Rp 3 Juta hingga Dijanjikan Dolar US
Totok Santoso Hadiningrat dan Dyah Gitarja pun diamankan polisi.
Tak hanya mengamankan Raja dan Ratu Kerajaan, tempat berkumpul yang mereka sebut sebagai keraton pun digeledah.
Polisi pun mengamankan sejumlah pernak-pernik kerajaan, dan beberapa dokumen yang diduga palsu.
Melansir tayangan YouTube Kompas TV (15/1/2020), sejumlah warga yang tinggal di sekitar Keraton Agung Sejagat mengaku sudah lama resah dengan aktivitas anggota kerajaan.
Seorang Warga Desa Pogung Jurutengah, tetangga Keraton Agung Sejagat bernama Jumeri mengatakan belum pernah ada izin apa pun terkait kemunculan kerajaan tersebut.
"Enggak ada, belum pernah ada izin," ujar Jumeri.
Jumeri mengungkapkan, kebanyakan pengikut Kerajaan Agung Sejagat berasal dari luar desa bahkan hingga luar kota.
"(Pengikut) dari jauh-jauh semua," katanya.
Jumeri kemudian membeberkan beberapa aktivitas yang dilakukan oleh anggota keraton.
Ia mengatakan aktivitas keraton biasanya dimulai saat malam hari.
Mulai dari pukul 21.00 hingga tengah malam.
Aktivitas yang dilakukan pun cenderung tidak jelas tujuannya.
Jumeri menyebutkan hampir setiap malam kerap mendengar suara tepuk tangan, dan orang bersorak-sorak dari area keraton.
"Kegiatannya mulai ramai dari pukul 21.00 sampai jam 24 .00 malam, keprok-keprok, sorak-sorak," beber Jumeri
"Hampir tiap malam," lanjutnya.
Seorang warga sekitar bernama Ahmad Riyanto juga mengungkapkan keresahannya terkait aktivitas di dalam Keraton Agung Sejagat.
• Taktik Raja dan Ratu Keraton Agung Sejagat Naikkan Jabatan Anggota, Setor Uang hingga Puluhan Juta
Riyanto bahkan mengungkapkan bahwa dirinya sangat menentang berdirinya keraton tersebut.
"Sangat menentang, saya nangis batin dalam hati," ungkap Riyanto.
Riyanto mengungkapkan kepedihan yang pernah ia alami dengan anggota Keraton Sejagat.
Mulanya ia menceritakan sempat ada seorang warga yang tak disebutkan namanya, ditantang berkelahi oleh anggota kerajaan.
Tak dijelaskan secara detail bagaiman tantangan berduel itu terjadi, namun Riyanto mengatakan tantangan tersebut juga terjadi pada dirinya.
"Anak itu ditantang sama anggotanya, ditantang gelut," ujar Riyanto.
"Pertama anak itu, terus kedua saya (ditantang)," imbuhnya.
SIMAK VIDEONYA:
Pengakuan Mantan Pengikut Kerajaan Agung Sejagat
Seorang warga yang mengaku mantan pengikut kerajaan Agung Sejagat memberikan kesaksian, terkait fenomena kemunculan kerajaan baru yang menggemparkan tersebut.
Diketahui Raja Keraton Agung Sejagat, Totok Santosa Hadiningrat, atau yang kerap dipanggil Sinuhun oleh Punggawa (pengikut) ternyata pernah mejadi pemimpin sebuah organisasi bernama Jogjakarta Development Committe (Jogja DEC).
Sinuhun lantas mengklaim dirinya sebagai pemimpin Kerajaan Agung Sejagat, atau yang mereka sebut sebagai World Empire.
• Gemas Lihat Kiano Tiger Wong, Ashanty Jadi Ingin Punya Anak Lagi, Baim Wong Beri Kode: Mas Anang
Jogja DEC ini merupakan organisasi yang bergerak di bidang kemasyarakatan dan kemanusiaan.
Hal tersebut dibenarkan oleh Sri Utami (40), tetangga rumah yang berda dekat dengan istana Keraton Agung Sejagat.
Sri Utami mengaku pernah menjadi anggota dan ikut dalam organisasi yang dipimpin oleh Totok Santosa tersebut.
Dilansir TribunJateng, Sri menyebut bahwa organisasi tersebut memiliki kegiatan terkait kemanusiaan.
• Maknai Kebersamaan Putri Delina dan Teddy, Pakar Ekspresi Bocorkan Perasaan Sebenarnya Anak Sule
""Sekitar tiga tahun yang lalu, awal kegiatannya seperti membantu rakyat kecil.
Waktu terbentuk sudah ada bidang-bidangnya seperti pendidikan, sanitasi dan lain-lainnya," ujar Utami Selasa (14/1/2020).
Kartu Anggota dan Seragam
Utami menceritakan saat dirinya bergabung dalam Jogja DEC dulu, sempat ada iuran sebesar RP 15 ribu.
• 5 Fakta Raja Keraton Agung Sejagat Ditangkap, Terkuak Nama Asli Dyah Gitarja Istri Sinuhun
Iuran tersebut digunakan untuk menerbitkan kartu tanda anggota (KTA) organisasi.
Selain membayar iuran KTA, Utami juga mengungkapkan ada iuran lain senila Rp 3 juta.
"Selain iuran KTA suruh bayar seragam juga senilai Rp 3 juta. Seragamnya itu dulu seperti army atau militer loreng-loreng," katanya.
Sinuhun Janjikan Dolar US
Dikutip TribunJakarta dari TribunJateng, Totok Santosa Hadiningrat, yang kerap dipanggil Sinuhun itu pernah menjanjikan mendatangkan Dolar Amerika Serikat ke Indonesia.
Uang tersebut rencananya akan digunakan untuk membiayai kegiatannya di kerajaan.
Tak hanya itu uang tersebut kabarnya juga akan digunakan Sinuhun untuk memberikan kesejahteraan bagi bangsa Indonesia.
Sri Utami Akhirnya Memutuskan Keluar
Setelah beberapa waktu bergabung dengan organisasi yang dipimpin oleh Sinuhun, Sri Utami akhirnya memutuskan keluar dari keanggotaan.
Sebab ia merasa tidak ada kegiatan yang jelas dan hanya kumpul-kumpul saja, Utami akhirnya keluar dari DEC.
• Diduga Sebarkan Hoaks, Raja dan Ratu Keraton Agung Sejagat Ditangkap Polisi, Istana Digeledah
"Bilangnya bergerak di bidang kemanusiaan, tetapi nyatanya belum ada yang disalurkan. Karena keberadaanya DEC itu dulu masih merintis disini," tambahnya.
Sri utami yang hanya berjarak 2 rumah dari Istana Keraton Agung Sejagad (KAS) menceritakan jika sedang tidak ada kegiatan rumah atau istana itu kosong.
Rumah atau istana itu kosong karena para anggota atau yang disebut punggawa kerajaan berasal dari luar dan mereka bekerja masing-masing.
Warga sekitar jarang melihat secara langsung karena memang setelah datangnya batu besar ada sedikit ketakutan.
"Mengganggu sih sebenarnya, tetapi selama tidak mengganggu masyarakat tidak masalah, karena mereka itu kejawen," paparnya.
Yang menjadi permasalahan bagi warga adalah kegiatan atau kumpul malam-malam mereka yang terlihat mencurigakan dan terkesan mistis.
"Pokoknya sebulan itu dua atau tiga kali pertemuan dan sebetulnya kumpul-kumpul seperti itu sudah lama, cuma menang ramai itu setelah datangnya batu besar itu," pungkasnya.
Proses Pembangunan Keraton Agung Sejagat sampai saat ini masih terus dikerjakan.
Terlihat ada sebuah bangunan kerangka mirip saka atau tiang-tiang dari kayu berdiri kokoh seperti akan menjadi sebuah pendopo.
Di sisi yang lain yang kurang lebih 20 meter dari bangunan pendopo,
Terdapat sebuah kolam atau sendang yang memiliki sumber air tapi tidak terlalu jernih.
Sementara di sudut lain juga ada sebuah batu besar di gubug kecil agar terhindar dari hujan atau panas secara langsung.
(TribunJakarta/TribunJateng)