Sisi Lain Metropolitan

Bisa Kemudikan Pesawat & Helikopter, Ini Tujuan Habibi Beralih Pekerjaan Jadi Petugas Kebersihan

Pilihan hidupnya kini bermuara di Kelurahan Lebak Bulus, Cilandak, Jakarta Selatan sebagai petugas Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU).

Penulis: Satrio Sarwo Trengginas | Editor: Wahyu Aji
TribunJakarta/Satrio Sarwo Trengginas
Petugas PPSU Lebak Bulus, Khairil Habibi yang bisa kemudikan pesawat dan helikopter di Kantor Kelurahan Lebak Bulus pada Senin (3/2/2020). 

Ia memilih mengemban pendidikan lagi di sekolah penerbangan serupa untuk mengambil lisensi pemandu pesawat atau marshaller.

Selama dua bulan, Habibi bisa menamatkan pendidikan itu.

"Selepas lulus saya sempat bekerja di Bandara Hang Nadim sebagai pemandu pesawat dan helikopter selama satu tahun," ungkapnya.

Habibi merasakan bekerja di Batam berjarak jauh dengan rumah asalnya di kawasan Cinere.

Apalagi, ia bertemu jodoh di sana dan hendak menikah.

Ia memutuskan untuk meminta mutasi ke sekitaran pulau Jawa.

Namun, tak ada bandara di sana yang memiliki lowongan untuk pemandu pesawat.

"Akhirnya saya keluar," ujarnya.

Jadi Petugas Kebersihan

Petugas PPSU Lebak Bulus, Khairil Habibi yang bisa kemudikan pesawat dan helikopter di Kantor Kelurahan Lebak Bulus pada Senin (3/2/2020).
Petugas PPSU Lebak Bulus, Khairil Habibi yang bisa kemudikan pesawat dan helikopter di Kantor Kelurahan Lebak Bulus pada Senin (3/2/2020). (TribunJakarta/Satrio Sarwo Trengginas)

Setelah menikah, Habibi pernah bekerja sebentar di sebuah perusahaan e-commerce.

Ia kemudian melabuhkan diri ke Kantor Kelurahan Lebak Bulus sebagai petugas kebersihan.

Awalnya, pihak keluarga tak setuju dengan pekerjaan yang dipilih Habibi.

"Istri saya dan keluarga mulanya enggak setuju. Tapi saya ingin mencari pengalaman baru. Saya juga masih penasaran kerja jadi petugas kebersihan," tambahnya.

Dari segi penghasilan, pendapatannya sebagai pemandu pesawat dan petugas kebersihan jelas berbeda.

Di lingkungan pekerjaan, Habibi harus menyesuaikan pergaulannya dengan pekerja di lapangan dan belajar membersihkan lingkungan.

Pasalnya, ia mengakui belum pernah memegang sapu untuk membersihkan sampah.

Ia juga ditugaskan untuk mengendarakan mobil operational PPSU.

"Dulu awal-awal saya ditugaskan membersihkan sampah di sekitar wilayah Lebak Bulus," ungkapnya.

Seiring berjalannya waktu, ia diminta oleh pihak kelurahan untuk bekerja di bagian dalam kantor kelurahan.

Ia membantu membuat desain untuk keperluan kelurahan.

Kendati demikian, ada banyak pelajaran hidup yang didapat dari bekerja bersama rekan-rekan PPSU di lapangan.

Ia tak memandang sebelah mata rekan-rekannya lantaran mereka belajar dari pengalamannya selama hidup.

Misalnya, seorang petugas PPSU bisa membuat alat yang bisa menghidupkan kembali mesin pompa air yang rusak.

"Mesin pompa air yang rusak, harganya bisa mencapai 2 juta, bisa diakalin. Dia belajar dari pengalaman. Belum tentu profesor punya ilmu ini," ujarnya seraya berkelakar.

Selain itu, Habibi belajar akan kesederhanaan hidup. Ia mengetahui setiap orang memiliki kesulitan dalam hidupnya masing-masing.

Tak terkecuali sebagian petugas PPSU, mereka masih bisa tersenyum dan tertawa bersama-sama seolah tak ada beban dalam hidupnya.

"Saya belajar arti kesederhanaan. Selama bekerja di sini saya banyak mendapatkan banyak pelajaran hidup," pungkasnya.

Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved